36
4.4.2 Uji toksisitas utama
Dilakukan uji toksisitas utama dengan seri konsentrasi berikut:
Tabel 4.5 Persentase kematian larva Artemia salina Leach akibat pemberian
ekstrak n-heksan tinta cumi-cumi Konsentrasi µgml
Kematian larva artemia 10
31,11 18
33,33 32
37,77 58
40,90 104
72,72
Tabel 4.6 Persentase kematian larva Artemia salina Leach akibat pemberian
ekstrak etilasetat tinta cumi-cumi Konsentrasi µgml
Kematian larva artemia 2
39,13 2,8
43,47 3,9
48,88 5,5
55,55 7,7
59,09
Tabel 4.7 Persentase kematian larva Artemia salina Leach akibat pemberian
ekstrak etanol tinta cumi-cumi Konsentrasi µgml
Kematian larva artemia 0,1
37,5 0,17
41,66 0,31
46,93 0,55
52 0,98
54
37
Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan toksisitas antara ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat, dan ekstrak etanol dari tinta cumi-cumi. Hasil
penelitian membuktikan bahwa ketiga ekstrak tinta cumi-cumi mempunyai potensi toksisitas. Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam
tinta cumi-cumi yaitu steroidtriterpenoid, di mana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas serta dapat menyebabkan kematian larva artemia Pringgenies,
dkk., 2013 Uji toksisitas akut dengan hewan uji artemia ini dapat digunakan sebagai
uji pendahuluan pada penelitian yang mengarahkan pada uji sitotoksik karena ada kaitannya antara uji toksisitas akut dengan uji sitotoksik jika harga LC
50
dari uji toksisitas akut lebih kecil dari 1000µgml. Parameter yang digunakan untuk
meunjukkan adanya aktivitas biologis suatu senyawa pada Artemia salina adalah kematian Meyer, 1982. Artemia salina digunakan karena memiliki kesamaan
tanggapan dengan mamalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA polymerase artemia serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organism yang memiliki
ouabine-sensitive Na
+
dan K
+
dependent ATPase, sehingga senyawa maupun ekstrak yang memiliki aktivitas pada system tersebut dapat terdeteksi Solis,
1993. DNA-dependent RNA polymerase merupakan DNA yang mengarahkan proses transkripsi RNA yang bergantung pada RNA polymerase. Enzim ini
membuka pilinan kedua untai DNA sehingga terpisah dan mengkaitkannya dengan bersama-sama nukleotida RNA pada saat nukleotida-nukleotida ini
mmbentuk pasangan basa di sepanjang cetakan DNA. Jika RNA polymerase tersebut dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak
dapat terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat Nuswantari, 1998.
38
Data yang diperoleh tabel 4.5, 4.6, dan 4.7 kemudian dianalisis dengan analisis probit menggunakan Program SPSS statistik 17.00 untuk mendapatkan
nilai Lc
50.
Tingkat toksisitas dari ekstrak dapat ditentukan dengan melihat harga LC
50
. Nilai LC
50
dihitung dengan analisis probit. Dari persentase data kematian larva artemia dikonversikan ke nilai probit untuk menghitung harga LC
50
. Senyawa dapat dikataka toksik apabila harga LC
50
1000µgml. Pengujian antikanker dengan menggunakan biakan sel kanker dapat dilanjutkan apabila
pengujian dengan larva artemia menghasilkan harga LC
50
1000µgml. Meyer, dkk., 1982.
Pada penelitian ini digunakan analisis probit agar didapatkan kurva yang terbentuk garis lurus sehingga penentuan nilai LC
50
lebih tepat. Jika hanya memplotkan persentase kematian larva nilai y dengan logaritma konsentrasi
nilai x maka akan didapatkan kurva berbentuk sigmoid sehingga dalam penentuan nilai LC
50
dapat menjadi kurang tepat. Dalam analisis probit didapatkan kurva yang berbentuk garis lurus karena konsentrasi sampel
ditansformasikan menjadi logaritma konsentrasi sebagai variable tetap nilai x dan persentase kematian larva ditransformasikan menjadi nilai probit sebagai
variabel terikat nilai y.
4.5 Analisa Normalitas, Korelasi, Regresi Linear Dan Probit LC