Penggunaan Artemia salina pada metode BSLT

14 namun berpengaruh terhadap penetasan telur. Efisiensi penetasan akan menurun Apabila pH untuk penetasan kurang dari 8 Mudjiman, 1989.

2.2.3 Cara penetasan telur

Telur Artemia salina Leach dapat ditetaskan dalam air laut biasa kadar garam 30 per-mil. Air berkadar garam 5 permil yang dibuat dengan cara pengenceran air laut biasa dengan air tawar diperlukan untuk mencapai hasil penetasan yang baik. Natrium hidrokarbonat sebanyak 2gl perlu ditambahkan agar pH air laut yang diencerkan tidak turun namun tetap antara 8-9, selain itu dapat juga digunakan air laut buatan yang berkadar garam 5 permil Mudjiman, 1989. Pemecahan cangkang telur dibantu oleh kegiatan enzim, yaitu enzim penetasan. Enzim ini bekerja pada pH 8 antara 8-9. Suhu air selama penetasan hendaknya tetap, yaitu berkisar antara 25 o C-30 o C. Kadar oksigennya harus lebih dari 2mgl sehingga air perlu diaerasi diberi udaraoksigen. Sumber udara yang digunakan berupa penghembus udara blower atau aerator, yaitu pompa udara untuk aquarium Mudjiman, 1989. Naupilus Artemia yang baru menetas berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron, lebar 170 mikron, dan berat 0,002 mg. Ukuran-ukuran tersebut bervariasi tergantung strainnya Isnansetyo, 1995.

2.2.4 Penggunaan Artemia salina pada metode BSLT

Artemia salina Leach secara luas telah digunakan untuk pengujian aktivitas farmakologi ekstrak suatu tanaman. Artemia salina juga merupakan hewan uji yang digunakan untuk praskrining aktivitas kanker di National Cancer Institude NCI, Amerika Serikat. Uji BSLT dengan hewan uji artemia dapat 15 digunakan untuk skrining awal terhadap senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antikanker karena uji ini mempunyai korelasi yang positif dengan potensinya sebagai antikanker maupun fisiologis aktif tertentu Panjaitan, 2011. Penggunaan Artemia salina ini memang tidak spesifik untuk anti kanker maupun fisiologis aktif tertentu, namun beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang signifikan terhadap beberapa bahan, baik berupa ekstrak tanaman, ata aksinya sebagai antikanker secara lebih cepat dibandingkan dengan prosedur pemeriksaan sitotoksik yang umum, misalnya dengan biakan sel kanker. Melihat adanya potensi sebagai anti kanker tersebut, maka penelitian lanjutan dapat dilanjutkan, yaitu dengan mengisolasi senyawa berkhasiat yang terdapat di dalam ekstrak disertai dengan monitoring aktivitasnya dengan uji larva udang atau metode yang lebih spesifik sebagai anti kanker Meyer, dkk., 1982. Artemia salina digunakan sebagai hewan uji karena memiliki kesamaan tanggapan dengan mamalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA polymerase artemia serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organism yang memiliki ouabine-sensitive Na + dan K + dependent ATPase, sehingga senyawa maupun ekstrak yang memiliki aktivitas pada system tersebut dapat terdeteksi Solis, 1993. DNA-dependent RNA polymerase merupakan DNA yang mengarahkan proses transkripsi RNA yang bergantung pada RNA polymerase. Enzim ini membuka pilinan kedua untai DNA sehingga terpisah dan mengkaitkannya dengan bersama-sama nukleotida RNA pada saat nukleotida-nukleotida ini membentuk pasangan basa di sepanjang cetakan DNA. Eukariotik mempunyai 3 16 macam RNA polymerase, yaitu mRNA messenger RNA yang merupakan pembawa kode genetik dari DNA ke ribosom, tRNA transfer RNA yang berfungsi untuk menterjemahkan kodon dan mengikat asam amino yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom, serta rRNA ribosomal RNA yang bersamaan dengan protein membentuk ribosom. Jika RNA polymerase tersebut dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat. Protein merupakan komponen utama semua sel. Protein berfungsi sebagai unsure struktural, hormon, immunoglobulin, serta terlibat dalam kegiatan transport oksigen, kontraksi otot, dan lainnya. Metabolisme sel dapat terganggu jika protein tidak terbentuk sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel Nuswantari, 1998. Artemia salina juga memiliki ouabine-sensitive Na + dan K + dependent ATPase yang merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis ATP menjadi ADP serta menggunakan energi untuk mengeluarkan 3Na + dari sel dan mengambil 2K + ke dalam, tiap sel bagi tiap mol ATP dihidrolisis. Na + K + ATPase ditemukan dalam semua bagian tubuh. Aktivitas enzim ini dihambat oleh ouabine. Adanya ouabine menyebabkan keseimbangan ion Na + dan K + tetap terjaga homeostatis, selain itu sekarang ini ouabine juga digunakan untuk terapi jantung. Na + K + ATPase di dalam jantung, secara tak langsung mempengaruhi transport Ca 2+ karena Na ekstrasel akan ditukar dengan Ca 2+ intrasel. Na + K + ATPase yang dihambat menyebabkan Ca 2+ intrasel lebih sedikit dikeluarkan dan Ca 2+ intrasel meningkat, sehingga memudahkan kontraksi otot jantung Ganong, 1995. Suatu senyawa yang bekerja mengganggu kerja salah satu enzim ini pada Artemia salina dan menyebabkan 17 kematian, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian sel mamalia Solis, dkk., 1993.

2.3 Toksisitas