Penyiapan sampel Identifikasi hewan Preparasi sampel tinta cumi-cumi Uji kualitatif senyawa steroidtriterpenoid Analisis data

25 AJ, neraca kasar Saherand, penangas air Yenaco, flakon, aquarium khusus BSLT, lampu penerang 5 watt Hannochs, dan seperangkat alat destilasi.

3.4 Bahan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinta dari cumi- cumi jenis Photololigo duvaucelii di mana hewan cumi-cumi berasal dari pusat Pasar Tradisional Sambu Kota Medan. Bahan yang digunakan untuk penyarian yaitu berupa pereaksi n-heksan, etilasetat, dan etanol 96 berkualitas teknis yang telah dimurnikan dengan cara destilasi. Bahan yang digunakan untuk uji BSLT antara lain telur Artemia salina Leach Brine Shrimp Egg, Ocean Star International Inc, air laut buatan berkadar garam 5 per mil, ekstrak n-Heksan, ekstrak etilasetat, dan ekstrak etanol tinta cumi- cumi Photololigo duvaucelii, dan suspensi ragi Saccharomyces cerevisae. Bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan air laut buatan berupa aquades dan garam air laut yang mengandung natrium klorida, magnesium sulfat, magnesium klorida, kalsium klorida, kalium klorida, dan natrium bikarbonat.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Penyiapan sampel

Penyiapan sampel dlakukan secara purposif sengaja yaitu tanpa membandingkan dengan hewan yang sama dari daerah lain yaitu cumi-cumi jenis Photololigo duvaucelii yang diperoleh dari salah satu kios perikanan di pusat pasar Sambu Kota Medan, provinsi Sumatera Utara.

3.5.2 Identifikasi hewan

Identifikasi hewan cumi-cumi dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan 26 Indonesia Pusat Penelitian Oseanografi di Jakarta. Hasil identifikasi hewan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 46.

3.5.3 Preparasi sampel tinta cumi-cumi

Cumi-cumi segar sebanyak 6 kg diambil kantung tintanya dengan pinset anatomi lalu dibedah untuk mengeluarkan tintanya. Tinta ditampung dalam wadah beaker glass dan disimpan dalam lemari pendingin sebelum digunakan. 3.5.4 Ekstraksi berkesinambungan tinta cumi-cumi 3.5.4.1 Pembuatan ekstrak n-heksan Tinta Cumi-cumi diukur volumenya dengan gelas ukur kemudian dimasukkan dalam wadah beaker glass dan diekstraksi dengan pelarut n-heksan dengan perbandingan 1:3. Tinta diaduk perlahan-lahan bersama pelarut menggunakan batang pengaduk dan disimpan selama 7 hari di dalam lemari pendingin. Masing-masing ekstrak disaring dengan kertas saring Whatmann No.1 dan dipekatkan pada suhu 40 o C di atas penangas air. Ekstrak dikumpulkan dan ditimbang beratnya Girija, 2012. 3.5.4.2 Pembuatan ekstrak etilasetat Sisa tinta dari ekstraksi pertama dibebaskan dari n-heksan dengan cara dikeringanginkan dengan hair dryer kemudian diukur kembali volumenya dengan gelas ukur, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan pelarut etilasetat dengan perbandingan 1:3. Tinta diaduk perlahan-lahan bersama pelarut menggunakan batang pengaduk dan disimpan dalam lemari pendingin selama 7 hari. Ekstrak disaring dengan kertas saring Whatmann No.1, dipekatkan pada suhu 40 o di atas penangas air, dikumpulkan dan ditimbang beratnya Girija, 2012. 27

3.5.4.3 Pembuatan ekstrak etanol

Sisa tinta dari ekstraksi kedua dibebaskan dari etilasetat dengan cara dikeringanginkan dengan hair dryer kemudian diukur kembali volumenya dengan gelas ukur, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan pelarut etanol dengan perbandingan 1:3. Tinta diaduk perlahan-lahan bersama pelarut menggunakan batang pengaduk dan disimpan dalam lemari pendingin selama 7 hari. Ekstrak disaring dengan kertas saring Whatmann No.1 dan dipekatkan pada suhu 40 o C di atas penangas air. Ekstrak dikumpulkan dan ditimbang beratnya Girija, 2012.

3.5.5 Uji kualitatif senyawa steroidtriterpenoid

Tinta cumi-cumi ditambah setetes asam asetat anhidrida dengan setetes asam sulfat pekat. Terbentuknya warna biru, hijau, atau merah menandakan adanya steroid triterpenoid. Ekstrak tinta cumi-cumi diambil cupikannya masing- masing sebanyak tiga tetes untuk diujikan dengan pereaksi lieberman burchard.

3.5.6 Uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test BSLT

3.5.6.1 Pembuatan air laut buatan Air laut buatan berkadar garam 5 per mil dan pH antara 7,3 - 8,4 merupakan media hidup yang sesuai untuk larva Artemia salina Leach. Bahan yang digunakan untuk pembuatan air laut buatan berkadar garam 5 per mil yaitu 10 gram garam air laut yang terdiri dari 5 g natrium klorida, 1,3 g magnesium sulfat, 1 g magnesium klorida, 0,3 g kalsium klorida, 0,2 g kalium klorida, dan 2 g natrium bikarbonat dicampur dalam 1 liter aquadest. Bahan untuk pembuatan air laut buatan dapat diracik secara manual atau langsung menggunakan garam air 28 laut yang telah jadi ada tersedia dipasaran. Bahan-bahan tersebut ditimbang lalu dilarutkan dalam sebagian aquadest pada labu takar 1 liter kemudian ditambahkan aquadest sampai volume tepat 1 liter. Mudjiman, 1989. Tabel 3.1 Bahan untuk pembuatan air laut buatan No Bahan Jumlah g 1. NaCl 5,0 2. MgSO4 1,3 3. MgCl2 1,0 4. CaCl2 0,3 5. KCl 0,2 6. NaHCO3 2,0 7. Aquadest Sampai 1 liter 3.5.6.2 Penetasan telur Artemia salina Leach Tempat penetasan telur artemia berupa aquarium dengan kaca gelap yang terbagi menjadi dua bagian dengan suatu sekat berlubang pada bagian bawahnya. Salah satu bagian adalah area yang terang, sedangkan bagian lain adalah area yang gelap tempat telur artemia ditaburkan. Suhu penetasan berkisar antara 25 o C-30 o C, pH antara 7,3 - 8,4. Air laut buatan dengan kadar garam 5 per mil diaerasi selama 1 jam. Air laut buatan dimasukan dalam aquarium khusus BSLT. Siste artemia ditaburkan di area gelap secara merata dan diberi penerangan., Siste akan menetas setelah 24 jam menjadi nauplius yang aktif bergerak menuju ke tempat terang. Larva yang akan digunakan adalah larva yang telah berumur 48 jam. Siste artemia yang telah menetas harus ditambahkan lagi air laut buatan yang telah diaerasi selama 1 jam agar larva artemia yang baru menetas tidak kekurangan oksigen.

3.5.6.3. Pembuatan larutan A dan B ekstrak n-heksan tinta cumi-cumi

29 Larutan A dengan konsentrasi 10 mgml dibuat dengan menimbang 100,0 mg ekstrak n-heksan tinta cumi-cumi kemudian dilarutkan dalam n-heksan sampai 10,0 ml. Larutan B dengan konsentrasi 1 mgml dibuat dengan mengambil 1,0 ml dari larutan A kemudian dilarutkan dalam n-heksan sampai 10,0 ml.

3.5.6.4 Pembuatan larutan uji sampel ekstrak n-heksan tinta cumi-cumi

Larutan B diencerkan hingga konsentrasi 100 µgml kemudian dibuat seri konsentrasi 10, 18, 32, 58, dan 105 µgml. Adapun cara untuk mendapatkan seri konsentrasi ekstrak n-heksan yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 51. Tabel 3.2 Seri konsentrasi larutan sampel ekstrak n-heksan Konsentrasi larutan C1 µgml Volume larutan stok yang diambil V1 ml Volume air laut buatan yang ditambahkan V2 ml Konsentrasi larutan sampel yang diujikan C2 µgml 100 0,5 0,9 1,6 5 10 5 18 5 32 1000 0,3 0,5 5 58 5 105 3.5.6.5 Pembuatan larutan A dan B ekstrak etilasetat tinta cumi-cumi Larutan A dengan konsentrasi 10 mgml dibuat dengan menimbang 100,0 mg ekstrak etilasetat tinta cumi-cumi kemudian dilarutkan dalam etilasetat sampai 10,0 ml. Larutan B dengan konsentrasi 1 mgml dibuat dengan mengambil 1,0 ml dari larutan A kemudian dilarutkan dalam etilasetat sampai 10,0 ml.

3.5.6.6 Pembuatan larutan uji sampel ekstrak etilasetat

30 Larutan B, diencerkan hingga konsentrasi 100 µgml kemudian dibuat seri konsentrasi ekstrak 2; 2,8 ; 3,9 ; 5,5 ; dan 7,7 µgml. Adapun cara untuk mendapatkan seri konsentrasi ekstrak etilasetat yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 63. Tabel 3.3 Seri konsentrasi larutan sampel ekstrak etilasetat Konsentrasi larutan Stok C1 µgml Volume larutan stok yang diambil V1 ml Volume air laut buatan yang ditambahkan V2 ml Konsentrasi larutan sampel yang diujikan C2 µgml 100 0,1 5 2 0,14 5 2,8 0,19 5 3,95 0,28 5 5,5 0,39 5 7,7 3.5.6.7 Pembuatan larutan A dan B ekstrak etanol tinta cumi-cumi Larutan A dengan konsentrasi 10 mgml dibuat dengan menimbang 100,0 mg ekstrak etanol Tinta Cumi-cumi kemudian dilarutkan dalam etanol sampai 10,0 ml. Larutan B dengan konsentrasi 1 mgml dibuat dengan mengambil 1,0 ml dari larutan A kemudian dilarutkan dalam etanol sampai 10,0 ml.

3.5.6.8 Pembuatan larutan uji sampel ekstrak etanol

Larutan B diencerkan hingga konsentrasi 1 dan 10 µgml kemudian dibuat seri konsentrasi 0,1 ; 0,17 ; 0,31 ; 0,55 ; dan 0,98 µgml. konsentrasi tersebut diperoleh dengan terlebih dahulu membuat serikonsentrasi 0,1; 1 dan 5 µgml kemudian dipilih seri konsentrasi terkecil dan terbesar yang menyebabkan kematian larva. Seri konsentrasi tersebut dihitung dengan faktor pengali sehingga 31 diperoleh seri konsentrasi pengujian terhadap larva. Adapun cara untuk mendapatkan seri konsentrasi ekstrak etanol yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 75. Tabel 3.4 Seri konsentrasi larutan sampel ekstrak etanol Konsentrasi larutan Stok C1 µgml Volume larutan stok yang diambil V1 ml Volume air laut buatan yang ditambahkan V2 ml Konsentrasi larutan sampel yang diujikan C2 µgml 1 0,5 5 0,1 0,88 5 0,17 0.15 5 0,31 10 0,27 5 0,55 0,49 5 0,98

3.5.6.9 Pelaksanaan uji BSLT

Sepuluh ekor larva Artemia salina Leach yang telah berumur 48 jam diambil, dimasukkan dalam flakon yang berisi sampel dengan konsentrasi tertentu yang sebelumnya telah dikeringkan, kemudian ditambahkan air laut buatan sebanyak 3 ml. lalu di tambah 1 tetes suspensi ragi 3 mg ragi dalam 5 ml ALB sebagai makanan dan air laut buatan sampai 5 ml. Setiap pengujian selalu disertai dengan kontrol, yaitu pelarut dengan jumlah yang sama dengan jumlah ekstrak ditambahkan stiap flakon, kemudian setiap konsentrasi dibuat dalam 5 kali replikasi. Flakon dijaga agar selalu mendapat penerangan. Setelah 24 jam, jumlah larva yang mati dihitung untuk mengetahui nilai probit dan dianalisis untuk mengetahui harga LC 50 Meyer, dkk., 1982. 32

3.5.7 Analisis data

Data persentase kematian larva artemia yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis probit untuk menghitung LC 50 Persentase kematian ditentukan dengan rumus Abbot : Kematian = x 100 Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS 17.00. Cara perhitungan statistik dapat dilihat pada Lampiran 7, 10, 13 halaman 58, 71, dan 83. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Hewan Cumi-cumi

Hasil identifikasi hewan cumi-cumi yang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Ancol, Jakarta, menunjukkan bahwa spesies sampel hewan adalah cumi-cumi jenis Photololigo duvaucelii dOrbigny, 1835, divisi Mollusca, kelas Cephalopoda, bangsa Myopsida, suku Loliginidae, marga Uroteuthis Photololigo. Hasil identifikasi terlampir pada Lampiran 1, halaman 46.

4.2 Ekstraksi Berkesinambungan Tinta Cumi-cumi

Sampel hewan cumi-cumi sebanyak enam kilogram menghasilkan 46 ml tinta dengan berat ekstrak kasar sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil ekstraksi berkesinambungan tinta cumi-cumi Fraksi Warna larutan ekstrak Berat ekstrak kasar mg Ekstrak n-heksan Hitam kebiruan 495 Ekstrak etil asetat Kuning Jingga 540 Ekstrak etanol Hijau kekuningan 948,5

4.3 Uji Kualitatif Senyawa SteroidTriterpenoid

Uji yang banyak digunakan dalam mengidentifikasi steroidtriterpenoid adalah reaksi Liebermann-Burchard anhidrida asetat-asam sulfat pekat yang kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru Harborne, 1987. Hasil uji kualitatif senyawa steroidtriterpenoid dari ekstrak tinta cumi- cumi menunjukkan hasil positif pada ekstrak n-heksan dan etilasetat, namun menunjukkan hasil yang negatif pada ekstrak etanol. Hal ini diduga kerena pada