10
Spesies : Artemia salina
Genus Artemia memiliki beberapa spesies yang telah dikenal antara lain Artemia salina Leach, Artemia parthenogenetica, Artemia franciscana Kellog,
Artemia urmiana Gunther, Artemia persimilis Prosdicimi dan Piccinelli, Artemia monica Verril, dan Artemia odessensisr Isnansetyo, 1995.
2.2.1 Morfologi
Istilah untuk telur artemia adalah sistekista, yaitu telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh
cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan
mempermudah pengapungan. Oleh karena itu, ia sangat tahan menghadapi keadaan lingkungan yang buruk Mudjiman, 1989.
Gambar 2.2 Tahapan penetasan Artemia salina Isnansetyo, 1995
Sistekista Artemia yang direndam dalam air laut bersuhu 25
o
C akan menetas dalam waktu 24-36 jam lalu dari dalam cangkangnya keluar larva yang
juga dikenal dengan istilah nauplius, selanjutnya larva akan mengalami perubahan
11
bentuk atau metamorphosis. Setiap kali larva mengalami perubahan bentuk merupakan satu tingkatan. Larva tingkat I dinamakan instar I, tingkat II
dinamakan instar II, tingkat III dinamakan instar III, demikian seterusnya sampai instar XV hingga berubah menjadi artemia dewasa Mudjiman, 1989.
Larva yang baru saja menetas masih dalam tingkatan instar I warnanya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung makanan cadangan, oleh
karena itu mereka masih belum perlu makan. Anggota badannya terdiri dari sepasang sungut kecil antenule atau antena I dan sepasang sungut besar antenna
atau antena II. Sungut besar memiliki sepasang mandibulata rahang yang kecil, sedangkan di bagian ventral perut terdapat labrum Mudjiman, 1989.
Gambar 2.3 Morfologi naupius Artemia salina Isnansetyo, 1995
Larva akan berubah menjadi instar II sekitar 24 jam setelah menetas. Larva tingkat instar II sudah mempunyai mulut, saluran pencernaan dan dubur,
oleh karena itu mereka mulai mencari makanan karena cadangan makanannya juga sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya mereka lakukan dengan
menggerakkan antena II-nya, selain itu untuk mengumpulkan makanan, antenna II tersebut juga berguna untuk bergerak Mudjiman, 1989.
Larva tingkatan selanutnya mulai memiliki sepasang mata majemuk, selain itu berangsur-angsur tumbuh tunas-tunas kakinya. Larva pada fase instar
12
XV, kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa larva, dan berubah menjadi artemia dewasa Mudjiman, 1989. Artemia salina dewasa
bentuknya telah sempurna dan menyerupai udang kecil dengan ukuran panjang sekitar 1 cm, dengan kaki yang sudah lengkap sebanyak 11 pasang yang secara
khusus torakopoda.
Gambar 2.4 Morfologi Artemia salina dewasa Isnansetyo, 1995
Baik pada yang jantan maupun pada yang betina, antenna I-nya antenula tetap saja sebagai sungut, yang fungsinya sebagai alat peraba. Artemia jantan
memiliki antenna II berubah menjadi alat penjepit yang membesar dan berotot yang kegunaannya untuk berpegangan pada betina waktu menjelang perkawinan,
sedangkan pada betina, antenna II-nya mengalami penyusutan yang akhirnya berubah menjadi alat peraba. Sepasang alat kelamin luarnya terdapat di belakang
kaki torakopod yang jantan penis, sedangkan pada yang betina terdapat sepasang indung telur ovarium yang terletak di sebelah kanan dan kiri saluran pencernaan
Mudjiman, 1989.
13
2.2.2 Lingkugan hidup artemia