sebesar Rp. 60.000, penjarangan tanaman yang dilakukan setengah daur 4 tahun sebesar Rp. 2.500m
3
, penebangan saat pemanenan 8 tahun sebesar Rp. 5.000 meter kubik, dan pemberian bibit karet gratis sebanyak 21 batangha. Keuntungan
lain adalah lahan itu tetap milik masyarakat dan perjanjian akan berlaku setiap satu daur 8 tahun, disamping ada pemasukan lain masyarakat yang didapat dari
perusahaan, yakni jika mengerjakan lahannya sendiri untuk kegiatan pembinaan hutan. Namun penawaran perusahaan tersebut masih dirasakan tidak puas oleh
masyarakat 61,67 dan hanya 35 yang menyatakan puas. Ketidakpuasan ini dipengaruhi oleh hasil upah ganti rugi lahan yang kecil dan proses pembayaran
yang lama, dan hasil panen yang juga lama. Tingkat kepuasan ganti rugi lahan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Tingkat kepuasan ganti rugi lahan. Kepuasan Ganti
rugi lahan Selange
Ampadi Total Responden
N N
N Puas
7 23,33
14 46,67
21 35,00
tidak puas 21
70,00 16
53,33 37
61,67 tidak tahu
2 6,67
0,00 2
3,33 Total
30 100,00
30 100,00
60 100,00
5.4 Analisis Penyelenggaraan Kegiatan PMDH
Perusahaan telah melakukan berbagai kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH yang sesuai dengan rencana perusahan dalam Rencana Kerja
Tahunan RKT 2010. Namun kegiatan tersebut belum berjalan efektif dan optimal sehingga perlu dilakukan evaluasi kegiatan, baik yang sudah berjalan
maupun yang belum berjalan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15.
5.5 Analisis Masalah dan Konflik
Permasalahan-permasalahan penyelenggaraan PMDH berasal dari pihak masyarakat sebagai peserta PMDH dan perusahaan pemegang IUPHHK-HT
sebagai pelaksana kegiatan PMDH. Jika tidak diatasi akan menghambat kegiatan perusahaan lainnya. Analisis terhadap permasalahan tersebut dijelaskan pada
Tabel 16.
Tabel 15 Rencana kegiatan perusahan dalam Rencana Kerja Tahunan RKT 2010 dan evaluasi kegiatan
No. Judul Program
Uraian Evaluasi
1 Meningkatkan
kapasitas karyawan
perusahaan dalam
pengembangan masyarakat
- Pelatihan Pengembangan masyarakat
- Training for trainer
- Pelatihan konsep pemberdayaan masyarakat
- Pelatihan konsep dan program kelompok swadaya
masyarakat -
Belum optimalisasi program karena orang-orang yang terpilih belum mampu mentransfer informasi
yang didapat dari pelatihan tersebut -
Tidak adanya tindak lanjut dan pendampingan dari program tersebut
2 Tersediannya sistem operasi bisnis
- Merancang prosedur pembuatan sistem operasi bisnis
secara partisipatif -
Membuat aturan kerjasama bersama petani -
Membuat standar kerja dan mekanisme kerja bersama petani
- Sistem operasi yang dibangun adalah dalam bentuk
kerjasama lahan tertuang dalam perjanjian mata beliung, aturan kerja dan pembayaran upah pegawai
lepas pembukaan lahan dan pemeliharaan
- Upah kerja pegawai lepas yang masih rendah
- Kegiatan pemeliharaan yang belum berjalan optimal,
hal ini yang menyebabkan masyarakat tidak mau mengkerjasamakan lahannya untuk ditanam sengon.
- Bahwa aturan dari pemerintah dalam kegiatan
pembukaan lahan tidak diboleh dilakukan dengan cara dibakar, namun berbeda dengan masyarakat
yang lebih sering membuka lahan untuk ditanam dengan dibakar. Alasannya adalah jika lahan dibakar,
maka lebih meningkatkan kesuburan tanah.
- Mekanisme pembayaran upah atau ganti rugi lahan
relatif lebih lama, -
Perlu adanya pemahaman dan sosialisasi epada masyarakat
3 Tersediannya
rencana program
pengembangan pertanian berkelanjutan -
Melakukan pemetaan kebun sengon, padi, karet dan palawija
- Merumuskan masalah, kebutuhan dan sumberdaya
kebun petani -
Menyusun rencana kegiatan kebun tahunan -
Kegiatan pemetaan sudah dilakukan, untuk membagi kawasan yang dimungkinkan untuk
ditanam sengon, namun masih belum terealisasi karena masih ada lahan yang tumpang tindih,
misalnya pada tanaman karet. Kemudian masih sedikit keinginan warga untuk mengkerjasamakan
lahannya ditanam sengon
- Rencana kegiatan kebun tahunan tidak berjalan
secara optimal, saat ini perusahaan sedang membuat berbagai demplot pertanian sebagai contoh kepada
masyarakat. Namun persepsi masyarakat saat ini
36
No. Judul Program
Uraian Evaluasi
adalah kegiatan pertanian dengan sistem berladang berpindah tidak hanya dilihat dari sisi ekonominya
saja, namun dari segi budaya yang menjadi tradisi, bahkan dirayakan setiap tahunnya.
4 Tersediannya
lahan pertanian
yang produktif
- Mempersiapkan bibit jagung 400 kg
- Mempersiapkan bibit kacang tanah
- Membeli bibit padi
- Membuka lahan
- Mempersiapkan pupuk organik dan biopestisida
- Memelihara kebun
- Menanam kebun
- Memanen kebun
- Mengelola hasil kebun pasca panen
- Memasarkan produk
- Kegiatan ini belum berjalan, namun bantuan ini
sudah pernah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Bantuan ini dinilai masyarakat tidak
efektif, karena pada saat itu, bibit hanya diberikan, namun tidak ada pendampingan dan pelatihan,
sehingga bibit tidak termanfaatkan dengan baik.
- Sampai saat ini bantuan bibit dari perusahaan
diberikan pada masyarakat yang ingin membuat demplot pertanian menetap.
5 Pengembangan pertanian berkelanjutan
- Peningkatan kompetensi petani dalam pengembangan
teknologi budidaya -
Merancang pelatihan budidaya padi, palawija, sengon, dan karet
- Pelatihan budidaya tumpang sari
- Mendirikan pondok pertemuan di setiap dusun
- Pendampingan petani dalam pengembangan budidaya
- Peningkatan kompetensi petani dalam pengembangan
manajemen usaha tani dan konservasi lahan -
Peningkatan kompetensi petani dalam pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan
- Terbangunnya kelompok swadaya masyarakat
- Kebisaaan pertanian masyarakat di daerah tersebut
dilakukan dengan sistem pertanian berladang berpindah.
- Saat ini perusahaan telah memperkenalkan sistem
pertanian menetap, namun masyarakat belum tertarik dengan sistem yang baru ini jika belum ada bukti.
- Kegiatan pertanian dengan sistem berladang
berpindah, bagi masyarakat bukan hanya dinilai dari sisi ekonomi saja, namun juga dari sisi budaya,
karena sudah menjadintradisi yang turun temurun, bahkan dirayakan setiap tahunnya dengan hari raya
padi.
- Pembuatan demplot pertanian dengan sistem
pertanian menetap ini dilakukan dengan membentuk kelompok masyarakat. Dengan banyaknya desa
binaan, dan kurangnya personil bidang CSR, maka pendampingan tidak berjalan optimal, sehingga
kelompok yang terbentuk pun masih sedikit.
6 Mendorong kesadaran dan arti penting
pendidikan -
Beasiswa anak sekolah SMP -
Beasiswa anak sekolah SMK -
Honor guru bantu -
Pemutaran film pendidikan -
Beasiswa hanya diberikan kepada pelajar berprestasi. -
Honor guru bantu sudah diberikan bagi guru SD honorer di setiap sekolah. Pemberian honor ini tidak
diketahui secara umum oleh masyarakat, sehingga
Tabel 15 lanjutan
37
No. Judul Program
Uraian Evaluasi
citra positif yang terbangun kecil. -
Pemutaran film pendidikan belum dilakukan, dikarenakan kondisi waktu.
7 Mendukung
perkembangan kegiatan
keagamaan -
Pembangunan tempat ibadah -
Peringatan hari besar keagamaan -
Perusahaan belum memberikan bantuan bagi pembangunan tempat ibadah, dengan alasan tidak
adanya pengajuan anggaran ke mereka. Sedangkan masyarakat
hanya menunggu
bantuan yang
diberikan. Namun dalam pelaksanaan peringatan hari besar agama, perusahaan memberikan bantuan untuk
kegiatan keagamaan
tersebut sesuai
dengan pengajuan masyarakat.
8 Seminar penguatan hukum adat
- Honor pembicara
- Uang saku peserta
- Konsumsi peserta
- Penginapan
- Belum pernah dilakukan karena kondisi waktu,
berbagai masalah lain yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Sehingga program ini tidak menjadi
prioritas.
9 Meningkatakan
derajat kesehatan
masyarakat -
Tindakan medis -
Pembuatan mck -
Kesehatan ibu dan anakkegiatan posyandu -
Bantuan medis yang diberikan perusahaan hanya pada pengadaan transportasi dari rumah warga yang
cukup jauh dari puskesmas setempat atau rumah sakit
- Untuk pembuatan mck belum dilakukan perusahaan
dengan alasan tidak adanya pengajuan dari masyarakat. Sedangkan untuk bantuan kesehatan
dalam kegiatan posyandu belum berjalan. Pernah ada komunikasi dan janji dari perusahaan akan
memberikan bantuan, namun belum terealisasi.
10 Membantu peningkatan sarana umum
- Perbaikan jalan kampung
- Pengadaan air bersih
- Bantuan yang paling besar yang diberikan
perusahaan adalah pembukaan akses jalan. Akses selain dilakukan untuk mempermudah transportasi
kegiatan perusahaan, namun juga mempermudah akses bagi masyarakat. Namun yang dikeluhkan
masyarakat saat ini adalah tidak adanya perbaikan dan perawatan jalan atau jembatan yang rusak.
Sedangkan keinginan perusahaan adalah jalan tersebut dirawat bersama oleh masyarakat tanpa
menuntut kepada perusahaan.
Tabel 15 lanjutan
38
No. Judul Program
Uraian Evaluasi
11 Membangun komunikasi masa di radio
kumunitas “banua cordis”
- Talkshow kemitraan di radio komunitas “banua cordis”
- Pembuatan film documenter NI
- Kerjasama ini belum berjalan, karena keterbatasan
personil yang ada. 12
Pelatihan pengurus koperasi Pembentukan koperasi mitra perusahaan
- Pemilihan calon pengurus koperasi dari masyarakat
- Pengajuan legalitasbadan hukum ke notaris
- Pengajuan legalitas koperasi ke desperindagkop
- Bantuan modal awal koperasi
- Masyarakat masih belum paham dan yakin dengan
sistem koperasi yang diperkenalkan. -
Sulitnya mengumpulkan masyarakat dalam suatu kelompok dan menjalankan sistem koperasi. Mereka
cenderung menjalankan sistem ekonomi mereka sendiri secara kekeluargaan
13 Pelatihan manajemen dan kepemimpinan
koperasi -
Honor trainer -
Uang transport peserta -
Material pelatihan dan fotocopy handout -
Uang saku peserta -
Sampai saat ini koperasi belum terbentuk sehingga program ini belum berjalan.
14 Pelatihan
teknis dan
pengembangan kapasitas petani
Pelatihan kapasitas pertanian di KPPT -
Biaya training 3 bulan di kppt -
Tiket Pontianak jogja pp travel jogja-salatiga pp -
Uang saku peserta -
Kegiatan ini sudah berjalan dengan mengirimkan peserta ke salatiga. Namun saat ini tidak ada tindak
lanjut dan pendampingan program. Mereka belum melakukan
pemberdayaan masyarakat
untuk pertanian
sistem menetap
dikarenakan tidak
difasilitasi dan tidak ada modal dari perusahaan. Sedangkan harapan perusahaan adalah mereka bisa
lebih mandiri setelah mengikuti program tersebut. 15
Pelatihan teknis corporate forum for comummunitydevelopment CFCD
- Pelatihan teknis CFCD Di Bogor
- Visitasi tokoh masyarakatagama relationship
- Studi banding tokoh masyarakat untuk pengenalan
industri di Surabaya -
Pelatihan MQ di Bandung -
Perusahaan telah melakukan kegiatan kunjungan dan pelatihan
manajemen diri
bagi masyarakat.
Tujuannya adalah memberikan pemahaman kepada tokoh masyarakat kegiatan perusahaan yang mampu
memberikan dampak dan keuntungan yang positif bagi masyarakat. Sehingga tokoh masyarakat ini
dapat mengajak warganya untuk mengkerjasamakan lahan dengan perusahan untuk ditanam sengon.
Namun hal ini belum berjalan optimal, tokoh masyarakat
tersebut ternyata
belum mampu
mengarahkan warganya,
karena keinginan
masyarakat yang besar dan kebiasaan tradisi mereka.
16 Pertemuan untuk persiapan kajian sosial
- Penyebaran quisioner
- Pembuatan peta situasi
- Pendataan potensi lahan
- Belum terlaksana. Hal ini dikarenakan kurangnya
personil dan tenaga ahli untuk menganalisa tersebut. Sehingga program PMDH yang berjalan dilihat
Tabel 15 lanjutan
39
No. Judul Program
Uraian Evaluasi
- Pembuatan kelompok kerja
berdasarkan aturan yang ada dan diskusi dengan tokoh masyarakat.
17 Pemantapan
akhir dan
Pembayaran- pembayaran
- Pembayaran mata beliung
- Materai
- Pengadaan dan distribusi karet unggul
- Resolusi konflik lahan
- Mata beliung, adalah surat perjanjian kerjasama
antara masyarakat dan perusahaan. -
Pembayaran mata beliung masih relatif lebih lama -
Pengadaan karet diberikan pada warga yang telah mengkerjasamakan lahannya untuk ditanam sengon,
yakni 21 batang per hektar. Namun dalam distribusinya belum optimal, masih banyak warga
yang belum memperoleh bibit karet setelah satu tahun perjanjian kerjasama.
18 Operasional tenaga lapangan
- Upacara bunuh adat
- Naik dango
- Sosialisasi rutin dengan masyarakat
- Kontribusi ritual adat musiman
- Perusahaan juga memberikan bantuan untuk
masyarakat, baik itu pada kegiatan adat atau pada kegiatan keagamaan.
- Sosialisasi rutin ke masyarakat tidak berjalan secara
optimal, bahkan terkadang informasi yang diberikan karyawan lapangan pun terbatas dan cenderung
negatif. Hal ini disebabkan karyawan khusus dibidang CSR sedikit dan tidak bisa menjangkau
seluruh desa.
Tabel 15 lanjutan
40
Tabel 16 Analisis permasalahan dan konflik yang pernah terjadi
No Lahan
Hubungan Kerja Kesehatan
Pendidikan Organisasi dan regulasi
Ekonomi, Sosial Budaya
1 Areal kerja perusahaan
sebagian besar berada pada lahan yang
diklaim milik masyarakat
Sedikit masyarakat yang mengelola
lahannya sendiri untuk tanaman sengon karena
upah kerja pengelolaan lahan yang rendah
Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi obat
puyertablet setiap hari dan minum arak
Motivasi belajar masyarakat rendah
Kurangnya karyawan bidang sosial jika
dibandingkan banyaknya desa binaan
Pengangguran yang tinggi, dengan basis
ekonomi pada pertanian
2 Belum adanya
legalisasi lahan milik masyarakat
Keterlambatan pembayaran mata
beliung sebagai ganti rugi lahan
Lokasi sarana kesehatan yang jauh dari desa
Sarana pendidikan yang kurang memadai dengan
lokasi yang jauh Produktivitas dan
kemampuan kerja karyawan perusahaan
terutama yang berasal dari masyarakat setempat di
lapangan masih kurang Pendapatan
masyarakat yang masih rendah
3 Ganti rugi lahan yang
dinilai masyarakat masih rendah
Pemeliharaan tanaman yang tidak dilakukan
Kebiasaan masyarakat memelihara hewan babi dan
anjing tanpa kandang Tingkat pendidikan yang
rendah Kurangnya koordinasi
antara perusahaan, pemerintah daerah, dan
aparat desa dalam pelaksanaan program
PMDH Pola pikir masyarakat
yang tradisional dengan gaya hidup
modern
4 Lahan yang ingin
dikerjasamakan masih banyak ditanami
pohon karet Demplot pertanian
sebagai upaya penyelesaian masalah
perladangan berpindah yang belum optimal
Bantuan kesehatan misalnya posyandu yang
belum diberikan oleh perusahaan
Kurangnya media informasi bagi
masyarakat belum optimalnya peran
serta tokoh masyarakat dalam pengembangan HTI
dan PMDH Kurangnya sosialisasi
program PMDH sehingga masyarakat
tidak tahu kegiatan PMDH
5 Pembukaan lahan yang
dilakukan masyarakat untuk berladang
dengan cara dibakar Transportasi untuk
kesehatan harus setiap saat tersedia oleh perusahaan,
karena pernah terjadi konflik terkait masalah tersebut
Bantuan pendidikan yang belum menyeluruh pada
siswa, hanya berupa bantuan untuk guru
honor
41
5.5.1 Identifikasi Masalah Pada Peserta PMDH masyarakat
Salah satu bentuk kegiatan PMDH PT. Nityasa Idola adalah pembinaan pertanian menetap. Pada saat ini telah dilakukan pembuatan demplot pertanian
menetap sebagai contoh bagi masyarakat. Namun kegiatan tersebut belum berjalan dengan optimal, karena partisipasi masyarakat yang masih kurang karena
menilai pertanian menetap sulit untuk dilakukan. Selain itu masyarakat belum percaya jika belum melihat hasilnya secara langsung. Hal ini disebabkan adanya
anggapan dari masyarakat bahwa pola perladangan berpindah yang selama ini dilakukan sudah menjadi tradisi yang turun-temurun dan lebih menguntungkan
dengan alasan sebagai berikut: a.
Pola perladangan berpindah lebih mudah dan praktis karena dengan perlakuan minim mampu berproduksi tinggi
b. Hama dan penyakit tanaman pada pola perladangan berpindah lebih kecil
c. Pengelolaan lahan yang intensif memerlukan teknologi yang sulit dan biaya
yang besar Asumsi masyarakat tersebut sangat wajar karena rendahnya pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki serta pengaruh budaya yang melekat secara turun- temurun. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat belum dapat sepenuhnya
menerima perubahan dan inovasi dari luar secara positif dan cepat. Dilihat dari kultur pengelolaan usaha, masyarakat desa di dalam areal hutan dalam
mengusahakan usahanya masih mengikuti adat atau tradisi nenek moyang secara turun-temurun, masih sulit menerima perubahan-perubahan dari luar. Pola
usahatani yang diterapkan oleh masyarakat tersebut pada umumnya bersifat ekstensif dan tanpa perlakuan-perlakuan intensif. Tahap pengerjaan lahan sangat
tidak efisien, misalnya dalam pembukaan lahan sampai dengan penanaman memerlukan waktu sampai empat bulan, dalam pemanenan diperlukan waktu
sampai dua bulan. Frekuensi panen pun hanya satu tahun sekali dengan produktivitas yang rendah. Pengeluaran biaya relatif besar karena mengikuti
tradisi dan ritual yang harus dilakukan. Hal-hal tersebut sebenarnya sudah disadari masyarakat, dengan kerugian masyarakat karena pengeluaran biaya yang besar
tapi hasil panen yang lebih rendah dari pengeluaran. Karena permasalahan
tersebut, maka pada awal tahun 2010 dilakukan pelatihan pertanian bagi beberapa warga masyarakat di Salatiga, Jawa Tengah, dengan harapan dapat memberikan
contoh kepada warga masyarakat lain di desanya. Namun hal ini masih belum berjalan dengan baik, karena menurut para peserta pelatihan, mereka tidak
difasilitasi baik dari dana maupun kebutuhan alat pertanian. Luasnya areal yang dimiliki setiap masyarakat, tidak hanya dimanfaatkan
untuk lahan pertanian tapi juga lahan dikerjasamakan untuk ditanam pohon sengon sebagai mitra perusahaan dan sebagai penambah pendapatan, sebagian
lahan ditanam pohon karet. Desa-desa binaan PT. Nitysa Idola umumnya mempunyai aksesibilitas yang cukup baik. Pembukaan jalan ini dilakukan oleh
perusahaan sebagai tanggungjawab sosial kepada masyarakat. Aksesibilitas ini sangat penting berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan PMDH di desa-desa binaan
serta berkaitan dengan pengangkutan yang diperlukan untuk sarana produksi usaha tani, mengangkut hasil-hasil pertanian, dan mempermudah menuju lokasi
penanaman sengon. Pembangunan hutan tanaman dengan jenis kayu sengon oleh PT. Nityasa
Idola berupaya membangun bersama masyarakat, dengan ini peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kerjasama dan kegiatan pembinaan masyarakat
dapat tercapai. Kegiatan sosial adalah kegiatan penting yang harus dijalankan oleh perusahaan di bidang kehutanan, salah satunya hutan tanaman. Perusahaan harus
mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Upaya mengetahui keinginan masyarakat sebagai tanggungjawab sosial akan tertuang dalam program
Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH, maka perlu diadakan pertemuan dan diskusi dengan masyarakat. Pertemuan ini biasanya dilakukan di setiap dusun
sebelum dusun tersebut melakukan kerjasama pengelolaan lahan untuk tanaman sengon. Namun intensitas pertemuan antara masyarakat dan perusahaan dirasakan
belum maksimal dan berkala, sehingga keinginan dan keluhan masyarakat tidak sepenuhnya tersampaikan kepada perusahaan. Dengan intensitas pertemuan yang
kurang ini, perusahaan belum mengetahui keinginan masyarakat sepenuhnya sehingga penyusunan dan pelaksanaan program PMDH belum tepat sasaran. Hal
ini memunculkan pendapat bahwa perusahaan belum mengayomi masyarakat.
Penyebaran informasi yang cepat antar masyarakat baik informasi negatif atau positif, menyebabkan pengaruh yang besar terhadap perusahaan. Lebih besar
lagi apabila informasi tersebut disampaikan oleh karyawan perusahaan sendiri. Melihat informasi di lapangan, isu yang berkembang lebih besar mengarah kepada
hal negatif. Terkadang masalah perusahaan yang tidak seharusnya dibicarakan secara terbuka menjadi bahan pembicaraan umum. Informasi negatif ini dapat
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Intensitas penyebaran informasi ini dapat dipengaruhi dari bentuk interaksi masyarakat terhadap
perusahaan. Bentuk interaksi ini dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Bentuk interaksi masyarakat terhadap perusahaan
Bentuk interaksi dengan perusahaan
Selange Ampadi
Total Responden n
n n
Karyawan tetap 3
10,00 0,00
3 5,00
Pegawai harian lepas 1
3,33 0,00
1 1,67
Penyedia barangjasa 1
3,33 0,00
1 1,67
Diundang rapat untuk membicarakan
berbagai permasalahan
1 3,33
2 6,67
3 5,00
Diundang untuk sosialisasi program,
24 80,00
28 93,33
52 86,67
Tidak pernah berinteraksi
0,00 0,00
0,00 Total
30 100,00
30 100,00
60 100,00
Berdasarkan data diatas bahwa bentuk interaksi terbesar adalah pada saat diundang untuk sosialisasi program sebesar 86,67, sebagian kecil lainnya
sebagai pegawai harian lepas dan penyedia barang dan jasa masing-masing 1,67. Dengan bentuk interaksi terbesar pada saat diundang sosialisasi dan
dengan intensitas yang rendah dan tidak dilakukan secara berkala, maka penyampaian informasi ke masyarakat belum optimal sehingga rawan terjadinya
salah paham dan konflik. Konflik yang muncul sebagai akibat dari keinginan masyarakat yang tidak ditanggapi atau dipenuhi oleh perusahaan. Masyarakat
cenderung menginginkan sesuatu secara instan, sedangkan perusahaan memiliki
aturan yang harus diikuti. Biasanya mereka melakukan protes ke kantor baik secara sendiri atau berkelompok, dan terkadang memberikan ancaman. Di
beberapa kasus mereka terkadang melakukan pemukulan, penahananan inventarisasi atau pengrusakan. Masalah-masalah yang timbul itu diatasi secara
kekeluargaan, atau secara adat, atau jika tidak terselesaikan dan termasuk dalam tindakan kriminal akan diselesaikan melalui hukum formal. Berdasarkan data dari
responden, 78,33 mengatakan pernah ada konflik dan 21,67 mengatakan tidak pernah ada konflik. Konflik yang terjadi tidak hanya pada diri mereka namun bisa
juga yang terjadi pada tetangga mereka. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 18. Konflik-konflik yang pernah terjadi antara masyarakat dengan
perusahaan dapar dilihat pada Tabel 19. Tabel 18 Konflik dengan Perusahaan
Konflik dengan Perusahaan
Selange Ampadi
Total Responden n
n n
Ada 25
83,33 22
73,33 47
78,33 Tidak
5 16,67
8 26,67
13 21,67
Total 30
100,00 30
100,00 60
100,00 Tabel 19 Konflik yang pernah terjadi sepanjang tahun 2009-2010
No Deskripsi Konflik
No Deskripsi Konflik
1 Penahananan kunci alat berat oleh masyarakat
Angkabang karena permohonan rehabilitasi tanaman di desa tersebut belum dilakukan
oleh bagian produksi tanam 10
Pemilik lahan pada petak 28 melakukan pemagaran di petak tersebut karena tidak
dilakukan penyulaman tanaman 2
Terjadi overlap lahan milik Maradan dan Lyus di petak 21A B
11 Kesalahan pembukaan lahan pada petak 055
mengakibatkan kerugian 50 batang karet 3
Penahananan kunci alat berat oleh Suar karena bagian perencanaan salah membuat
trase jalan 12
Pemilik lahan melakukan pemagaran di petak 81 dan 96 karena pembayaran upah kerja
pemeliharaan tidak tepat waktu 4
Karena tidak ada komunikasi dari produksi tanam bahwa alat berat brig down , maka
masyarakat harus menunggu di lokasi yang akan di kerjakan. Atas kejadian tersebut,
masyarakat akan minta ganti rugi lahan 13
Pemilik lahan pada petak 91 akan menuntut ganti jika tidak dibuatkan gorong-gorong
untuk mengatasi genangan air pada ruas jalan dari Desa Anggam ke Desa Bati. Karena
dikhawatirkan air akan masuk ke petak tersebut
5 Karena tidak dilakukannya pemeliharaan oleh
perusahaan, pemilik lahan melakukan protes 14
Tumis melakukan pemukulan kepada Sabian karena salah paham dalam pemakaian motor
No Deskripsi Konflik
No Deskripsi Konflik
dengan menahan motor perusahaan 6
Pemilik lahan akan mencabut bibit sengon di lahannya jika tidak ada penjelasan dari
perusahaan terkait ganti rugi lahan miliknya. 15
Soeharto melakukan perusakan pintu dan solo karena pembayaran upah kerja pembuatan
pondok tidak tepat waktu 7
Pemilik lahan petak 5 melakuakn penahanan kunci alat berat karena tidak diberitahukan
pada saat pembuatan jalan di petak tersebut 16
Sukses malakukan penahanan mobil ekstrada karena karyawan perusahaan terlambat
mengantar Jonggan 8
Pemilik lahan pada petak 29B2 melakukan penebangan pohon sengon karena janji
pembayaran upah kerja pemeliharaan tidak tepat waktu
17 Kimlin melakukan pemukulan kepada Pak
Jufri karyawan PT. NI karena pembayaran ganti rugi lahan tidak tepat waktu
9 Protes warga Ampadi karena jalan menuju
desa tersebut rusak dan belum ada bantuan dari perusahaan
18 Masyarakat Ampadi melakukan demonstrasi
karena pembayaran penyiapan lahan dan penanaman tidak tepat waktu
5.5.2 Identifikasi Masalah Pada Pelaksana PMDH PT. Nityasa Idola
Permasalahan utama pelaksanaan PMDH di PT. Nityasa Idola adalah banyaknya desa binaan yang berada di dalam dan sekitar areal hutan tanaman
industri PT. Nityasa Idola, dan keterbatasannya tenaga kerja pelaksanaan PMDH. Penyebab lainnya adalah tidak adanya kerjasama yang baik antara perusahaan
dengan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembenahan pola perladangan berpindah menjadi pertanian menetap.
Keterbatasan tenaga pelaksana PMDH ini juga sangat berpengaruh pada pendekatan dengan masyarakat desa binaan. Pendekatan-pendekatan yang
dilakukan oleh perusahaan terhadap desa binaan dirasakan masih sangat kurang. Hal ini terlihat masih banyak masyarakat peserta PMDH yang tidak memiliki
pengetahuan tentang kegiatan itu sendiri. Sosialisasi tentang perencanaan PMDH juga masih sangat kurang sehingga banyak peserta PMDH yang tidak terlibat
dalam pengajuan usulpendapat, penentuan prioritas tentang jenis bantuan atau pembinaan yang dibutuhkan serta tidak adanya pemberitahuan kepada seluruh
peserta PMDH terkait pertemuan untuk membahas kegiatan PMDH yang akan dilaksanakan. Peserta hanya diikutsertakan menyepakati bantuanpembinaan yang
terpilih. Tabel 19 lanjutan
Masalah pelaksanaan teknis kegiatan perusahaan banyak di keluhkan oleh masyarakat. Misalnya masalah penanaman yang tidak dirawat, masalah upah yang
terlambat. Mereka berpendapat bahwa perusahaan hanya mementingkan target tanam tanpa adanya perawatan yang dilakukan, sehingga ketika panen tiba,
masyarakat pula yang akan dirugikan. Masyarakat belum merasakan adanya kegiatan dan bantuan yang diberikan perusahaan. Masyarakat masih menganggap
perusahaan sebagai ladang bantuan yang bisa di minta kapan saja dan harus memberikan segala sesuatu keinginan masyarakat.
Perusahaan telah berupaya melakukan kegiatan pembinaan masyarakat, diantaranya kegiatan yang pernah dilakukan oleh perusahaan berdasarkan
pendapat masyarakat adalah 45 responden mengatakan kegiatan yang dilakukan berupa pembangunan sarana dan prasarana, 30 kegiatan pendidikan, yakni
pemberian bantuan dana untuk guru honorer, 21,67 kegiatan pelayanan kesehatan, dan 3,3 kegiatan pelatihan, yakni kegiatan pelatihan pertanian
menetap dan pelatihan manajemen diri. hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 20.
Tabel 20 Kegiatan yang pernah dilakukan oleh perusahaan Kegiatan yang
pernah dilakukan Selange
Ampadi Total Responden
n n
n Pelayanan
kesehatan 0,00
13 43,33
13 21,67
Pelatihan 2
6,67 0,00
2 3,33
Pendidikan 1
3,33 17
56,67 18
30,00 Pembanguanan
sarana prasarana 27
90,00 0,00
27 45,00
Lainnya 0,00
0,00 0,00
Total 30
100,00 30
100,00 60
100,00 Namun kegiatan-kegiatan yang pernah berjalan tersebut belum dirasa
optimal dan perlu adanya evaluasi dan pengkajian ulang agar kegiatan dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat
yang sudah berjalan dan sedang berjalan lainnya yang diketahui masyarakat adalah pemberian bibit karet unggul, pengiriman tokoh masyarakat ke pelatihan
manajemen qolbu dan pelatihan pertanian, pemberian bantuan pada guru honor
dan pemberdayaan pertanian menetap. Namun demikian, kegiatan sosial perusahaan belum dirasakan secara merata oleh masyarakat, hanya sebagian kecil
masyarakat yang telah merasakannya. Oleh karena itu, masyarakat tetap beranggapan
perusahaan belum
melakukan kegiatan
yang mampu
memberdayakan mereka. Pelaksanaan kegiatan yang tidak berkala lebih dari 3 bulan dengan
intensitas kegiatan yang dilaksanakan perusahaan masih kurang, maka masyarakat merasakan perusahan tidak banyak memberikan perubahan terhadap mereka.
Namun masyarakat tetap menyadari keuntungan yang mereka peroleh dengan adanya PT. NI ini, seperti pembangunan jalan yang menjadikan terbukanya akses,
masyarakat mendapatkan kompensasi atas tanah yang dikerjasamakan dengan perusahaan, menyerap tenaga kerja, mendapatkan bantuan-bantuan yang bersifat
operasional bagi desa. Masih kurangnya peran serta karyawan bidang sosial untuk lebih dekat ke
masyarakat dan fokus kerja bidang sosial yang tidak hanya memberdayakan masyarakat namun juga berperan penting dalam pencarian lahan yang siap
dikerjasamakan. Dengan personil yang terbatas dan banyaknya desa binaan dan fokus kerja yang bercabang antara pembukaan lahan dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Selain itu kesiapan dan kemampuan pelaksana teknis terutama bidang sosial perlu ditingkatkan dan adanya penyamaan persepsi. Artinya peran serta
karyawan terutama bidang sosial sangat penting untuk memberikan persepsi positif masyarakat terhadap perusahaan. Kurangnya tenaga terampil bidang
PMDH dan kurangnya dukungan pelaksanaan program dari berbagai pihak, menyebabkan program PMDH belum berjalan optimal. Kemudian belum adanya
sosialisasi rutin untuk menggali kebutuhan masyarakat, apa yang diinginkan, konflik yang terjadi, sehingga kegiatan tidak tepat sasaran.
5.6 Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Kegiatan PMDH
Persepsi responden terhadap manfaat kegiatan PMDH dilihat dari pendapatan masyarakat tentang kegiatan PMDH yang berjalan selama ini, apakah
bermanfaat atau tidak, apakah kegiatan IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola
bermanfaat bagi masyarakat, dan dengan adanya kegiatan PMDH apakah kebutuhan masyarakat akan hasil hutan terpenuhi. Dari hasil wawancara tersebut
diperoleh bahwa bentuk manfaat yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah aksesbilitas menjadi lebih mudah 58,33, adanya pembangunan sarana dan
prasarana terutama jalan 16,67, dan yang kurang dirasakan adalah peluang kerja bagi masyarakat 20. Hal ini disebabkan oleh kemampuan ide usaha
masyarakat yang masih kurang, sehingga perlu adanya kegiatan yang mengarah kepada peningkatan kemampuan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Bentuk manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 22 Bentuk Manfaat Kegiatan PMDH
Bentuk Manfaat Selange
Ampadi Total Responden
N N
N
Peluang kerja
4 13,33
8 26,67
12 20,00
Peluang berusaha
2 6,67
1 3,33
3 5,00
Desa menjadi ramai
0,00 0,00
0,00
Aksesibilitas menjadi lebih
mudah desa lebih mudah dijangkau
20 66,67
15 50,00
35 58,33
Dibangunnya sarana dan
prasarana
4 13,33
6 20,00
10 16,67
Total 30
100,00 33
100,00 60
100,00 Dari bentuk kegiatan manfaat tersebut, sebagian besar responden
menyatakan adanya manfaat dari kegiatan PMDH. Persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil Pengukuran Persepsi Masyarakat terhadap manfaat Kegiatan PMDH
Persepsi Masyarakat
Selange Ampadi
Total Responden N
N N
Tidak Bermanfaat 1
3,33 1
3,33 2
3,33 Bermanfaat
27 90,00
26 86,67
53 88,33
Sangat Bermanfaat
2 6,67
3 10,00
5 8,33
Total 30
100,00 30
100,00 60
100,00
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa pada umumnya 88,33 responden menyatakan kegiatan PMDH bermanfaat bagi mereka. Adapun alasan responden
menyatakan bahwa PMDH bermanfaat karena: 1.
Adanya pembangunan sarana dan prasarana, seperti pembangunan dan perbaikan jalan sebagai jalur transportasi.
2. Adanya kerjasama lahan masyarakat untuk ditanam sengon dengan
perjanjian keuntungan tertentu. 3.
Peserta PMDH yang melakukan kerjasama lahan dengan perusahaan diberikan bibit karet sebanyak 21 bibit per hektar
4. Peserta PMDH mendapatkan bantuan berupa bantuan sosial seperti,
bantuan keagamaan, bantuan kesehatan, serta bantuan hari raya Alasan responden yang menyatakan bahwa kegiatan PMDH tidak
bermanfaat 3,3 adalah kegiatan PMDH belum berjalan dengan baik, tidak ada pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, tidak ada bantuan personal, dan ada
juga karena alasan tidak ikut terlibat dalam kerjasama lahan dengan perusahaan, sehingga tidak tahu tentang kegiatan PMDH.
5.7 Potensi Desa