Tujuan Ruang Lingkup Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa

kesejahteraan masyarakat, kebijaksanaan ini dikenal dengan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH. Sampai saat ini, pemegang IUPHHK HT PT. Nityasa Idola telah melakukan upaya PMDH dalam jangka pendek melalui kerjasama lahan dan pemberian ganti rugi lahan. Namun kegiatan pembinaan masyarakat tersebut masih belum optimal sehingga target tanam HTI tidak tercapai. Untuk itu perlu dilakukan Rencana Kelola Sosial sebagai program PMDH dalam jangka panjang.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk : a. Menganalisis penyelenggaraan PMDH di PT. Nityasa Idola b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan PMDH di PT. Nityasa Idola c. Merumuskan upaya-upaya pengembangan PMDH di PT. Nityasa Idola

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah analisis aspek-aspek yang mempengaruhi kondisi sosial masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Aspek- aspek tersebut meliputi : 1. Analisis permasalahan dan konflik yang mungkin pernah terjadi antara perusahaan dengan masyarakat land tenure, hubungan kerja, kesehatan, pendidikan, prasarana dan sarana, dan sebagainya, serta upaya penyelesaian yang pernah dilakukan. 2. Analisis pelaksanaan kegiatan sosial yang telah dilakukan perusahaan dan hasil yang telah dicapai. 3. Analisis persepsi masyarakat terhadap perusahaan, harapan dan keinginan masyarakat terhadap perusahaan, serta mekanisme pemenuhannya. 4. Analisis potensi pembangunan usaha pada masyarakat di desa sekitar perusahaan 5. Rencana kelola sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

2.6.1 Pengertian

Pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan adalah upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam atau sekitar areal hutan dan usaha meningkatkan kualitas sumber daya hutan Abdulbari 1993. Menurut Departemen Kehutanan 2000, Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pemegang IUPHHK-HAIUPHHK-HT dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui terbukanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta tumbuhnya ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai, serta terciptanya kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya PMDH, diantaranya sebagai berikut: 1. PMDH sebagai upaya untuk mengendalikan ladang berpindah. 2. PMDH sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan dan tekanan masyarakat internasional, khususnya negara-negara maju importer kayu tropis. 3. PMDH sebagai upaya menciptakan mekanisme distribusi sebagai keuntungan, dimana pihak perusahaan dipertimbangkan telah memperoleh keuntungan dari sumberdaya hutan, oleh karena itu dipertimbangkan sangat wajar apabila pihak perusahaan mengucurkan sebagian keuntungannya untuk kepentingan masyarakat.

2.6.2 Tujuan dan Sasaran

Menurut Departemen Kehutanan dalam Sitanggang 2009 tujuan PMDH adalah membantu mewujudkan terciptanya masyarakat Desa Hutan yang mandiri, sejahtera, dan sadar lingkungan, terutama masyarakat yang berada di dalam hutan dan sekitarnya meliputi kegiatan : 1. Meningkatkan pendapatan, membuka kesempatan kerja serta menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan 2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial, ekonomi yang memadai. 3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan guna meningkatkan pengamanan hutan. Sasaran PMDH adalah masyarakat desa hutan yaitu sekelompok masyarakat setempat, terutama masyarakat tradisional baik yang berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan. Adapun prioritas kelompok sasaran PMDH masyarakat tradisional dengan urutan sebagai berikut: 1. Kelompok yang berada di areal IUPHHK HAIUPHHK HT 2. Kelompok yang berada di perbatasan areal IUPHHK HAIUPHHK HT 3. Desa-desa terdekat yang berada di sekitar areal IUPHHK HAIUPHHK HT

2.6.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

Menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan 1991, rencana pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal kerja IUPHHK-HT disusun dengan memperhatikan hal-hal seperti: potensi, kondisi, dan aspirasi masyarakat setempat, bersifat saling menguntungkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung kelestarian hutan, merangsang dan menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, serta menimbulkan kemandirian masyarakat tersebut. Selanjutnya dalam SK Dirjen PH No. 210Kpts-BPH1995 dinyatakan tahap-tahap dalam penyelenggaraan kegiatan PMDH yaitu: a. Tahap Perencanaan Kegiatan PMDH Kegiatan terpenting dalam tahap ini adalah studi diagnostik dan konsultasi dengan instansi yang terkait. Setiap kegiatan memerlukan rencana untuk mempermudah pelaksanaan dan monitoring kegiatan di lapangan. Menurut Departemen Kehutanan dalam Sitanggang 2009 tahap perencanaan dalam kegiatan PMDH meliputi beberapa tahapan, yaitu studi diagnostik, rencana umum 20 tahun rencana menengah 5 tahun, rencana jangka pendek 1 tahun serta rencana operasional. Pada tahapan rencana di atas memiliki keterkaitan antara satu sama lainnya, sehingga mempermudah dalam pelaksanaan dan monitoring kegiatan di lapangan. Rencana umum merupakan penjabaran dari studi diagnostik yang telah dilaksanakan. Rencana umum tersebut memuat rencana kegiatan yang global yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun Rencana Lima Tahun dan Rencana Tahunan PMDH. Rencana Lima Tahun adalah rencana kegiatan PMDH selama jangka waktu lima tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Umum yang dijadikan sebagai acuan dari Rencana Tahunan PMDH. Rencana Tahunan merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan selama jangka waktu satu tahun. Rencana Operasional RO adalah penjabaran dari Rencana Tahunan secara teknis dan administratif. Studi diagnostik merupakan kegiatan identifikasi yang mencakup seluruh potensi, aspirasi, tata nilai masyarakat serta potensi sumber daya alam. Studi diagnostik ini merupakan kegiatan pra perencanaan yang berfungsi menyediakan informasi dasar untuk keadaan fisik, sosial, ekonomi dan budaya di wilayah kerja IUPHHK HAIUPHHK HT yang digunakan sebagai bahan penyusun PMDH Departemen Kehutanan 2000 b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PMDH Tahap pelaksanaan meliputi penentuan lokasi dan kelompok masyarakat binaan, dan penentuan bentuk-bentuk pembinaan. Kegiatan pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal IUPHHK HT diprioritaskan dengan urutan, yaitu kelompok masyarakat di dalam areal kerja IUPHHK HT, kelompok masyarakat yang berbatasan dengan areal IUPHHK HT, kelompok masyarakat dan atau masyarakat pedesaan terdekat dari areal kerja IUPHHK HT. Adapun bentuk-bentuk pelaksanaan pembinaan masyarakat desa hutan ini meliputi : 1. Peningkatan pendapatan, membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Bentuk kegiatan yang dilakukan dapat berupa pendidikan dan latihan diklat keterampilan bidang budaya dan intensifikasi tanaman pangan, tanaman holtikultura dan tanaman kehutanan serta usaha peternakan, pertukangan, seni ukir dan perpatungan, sebagai bapak angkat dalam pemasaran hasil usahataniwanatani, kerajinan serta bantuan modal kerjausaha 2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dengan bentuk kegiatannya berupa sarana bangunan atau fisik, antara lain: a. Sarana dan prasarana ekonomi pedesaan, yaitu jalan, jembatan, pengairan dan pasar b. Sarana dan prasaran sosial masyarakat, yaitu sekolah, kesehatan, olahraga, keagamaan mesjid, gereja dan lain-lain 3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dengan bentuk kegiatan pembinaannya, antara lain : a. Penyuluhan konservasi tentang sumberdaya alam dan hutan b. Pengembangan hutan rakyat melalui penyediaan bibit, penyiapan lahan dan penanaman Lingkup kegiatan pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan berdasarkan SK. Menhut No. 691KPTS-II1991 terdiri dari lima aspek meliputi aspek pertanian menetap, aspek peningkatan ekonomi, aspek pengembangan sarana dan prasarana umum, aspek sosial budaya, serta aspek pelestarian sumberdaya hutan dan lingkungan. c. Tahap Pengendalian dan Penilaian Evaluasi pengawasan kegiatan PMDH di lapangan menurut SK. Dirjen PH No. 210Kpts-BPH1995, dilakukan oleh Kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I. Bimbingan dan pengendalian kegiatan pembinaan dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan. Secara priodik bulanan, triwulan, dan tahunan IUPHHK-HT wajib menyampaikan laporan pelaksanaan PMDH kepada kakanwil Departemen Kehutanan dengan tembusan dirjen PH, Dirjen RRL, dan Kepala Dinas Kehutanan Tingkat I setempat. Penilaian keberhasilan PMDH dilakukan oleh Kakanwil Departemen Kehutanan dengan mempertimbangkan masukan dari Kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I. Rujukan bagi penilaian tersebut adalah SK. Dirjen PH No. 288IV-PHH1992, tentang kriteria dan tolak ukur penilaian keberhasilan pelaksanaan HPH Bina Desa Hutan yang sekarang disebut dengan PMDH.

2.7 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa

Struktur sosial merupakan pola hubungan sosial yang terpola secara permanen dalam ruang dan waktu, dengan segenap atribut sosial budaya yang menyatu dalam masyarakat itu. Proses pembangunan pedesaan yang ditujukan untuk masyarakat lokal, sangat tergantung pada kesiapan sosial budaya dari masyarakat itu dalam mendukung proses tersebut. Konteks kesiapan sosial budaya itu membuat struktur sosial dari masyarakat menjadi faktor penting untuk mewujudkan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa Soetrisno 1990. Masyarakat lokal yang hidup di hutan-hutan di luar Pulau Jawa sebagian besar merupakan masyarakat peladang dan juga pekebun atau pengumpul hasil hutan. Sistem pertanian yang digunakan adalah sistem ladang atau sistem tebas dan bakar, dimana pohon-pohon ditebang dan dibakar sehingga tanah bisa ditanami tanpa pembajakan disebut pertanian ladang shifting cultivation. Corak bercocok tanam tersebut muncul di lokasi yang ditutupi hutan. Di daerah tropis, kesuburan tanah biasanya merosot dengan cepat sesudah ditanami. Tanah yang dibuka tersebut setelah ditanami beberapa musim, dan sesudah kesuburan tanahnya menurun dan rumput merajalela, kemudian bidang-bidang tanah ditinggalkan untuk mencari tanah baru. Hak atas tanah didasarkan atas adat suku atau masyarakat setempat. Tanah itu menjadi miliknya karena ia telah membukanya atau karena ia telah mengusahakannya terus-menerus, dan akan menjadi miliknya selama ia masih menggunakannya Mosher 1987. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi budaya tersebut, rekayasa kegiatan pembangunan atau kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan hendaknya dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Ada atau sudah dikenal masyarakat, sehingga segera dapat berjalan dengan lancar, karena sejalan secara dinamika sosial ekonomi budaya setempat. 2. Mempunyai potensi sumber-sumber produksi yang memadai atau kalaupun belum memadai sumber-sumber tersebut masih dapat dikembangkan. 3. Mempunyai potensi pasar yang memadai atau dapat dikembangkan 4. Sejalan dengan pelestarian sumberdaya, khususnya sumberdaya hutan dan pelestarian lingkungan hidup setempat, sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan berbagai kepentingan hubungan internasional. Pengembangan kegiatan pembangunan desa meliputi kegiatan-kegiatan penyuluhan, pembinaan, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, peningkatan pendidikan dalam arti luas, kesehatan, peningkatan keterampilan teknis manajemen, leadership dan pengembangan teknologi tepat guna. Dalam pengembangan kegiatan tersebut di samping perlu ditunjang dengan penyediaan sarana dan prasaran produksi, permodalan, fasilitas kelembagaan ekonomi seperti pasar, juga diperlukan penciptaan ilmu atau tatanan politik, ekonomi dan sosial budaya yang mendukung Soehoed 1992 Mosher 1987 menyatakan bahwa dalam pembangunan masyarakat pedesaan, diperlukan lima macam tindakan pemerintah yang dapat menjamin petani menguasai tanah mereka secara efektif dan memungkinkan bertani efisien. Kelima tindakan tersebut, yaitu pemetaan tanah dan pendaftaran hak milik, pemagaran tanah untuk menghindarkan penggembala sewenang-wenang, penyatuan pemilik tanah yang terpencar-pencar, redistribusi tanah untuk membentuk satuan-satuan manajemen yang efisien dan pengubah syarat-syarat penyakapan. Selanjutnya dalam rangka mempercepat pembangunan pedesaan perlu memperhatikan syarat-syarat pokok dan faktor-faktor pelancar pembangunan pertanian Mosher 1987, syarat-syarat pokok pembangunan pertanian meliputi : 1. Pasar untuk hasil-hasil pertanian Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil- hasil usaha tani. Untuk menampung hasil-hasil tersebut harus tersedia pasar serta harga yang menguntungkan untuk membayar kembali pengorbanan dan daya upaya yang telah dikeluarkan oleh petani sewaktu memproduksinya. Tanpa adanya pasar dan harga yang kompetitif ini maka petani akan sulit untuk menerima atau mengembangkan inovasiperubahan-perubahan dalam berusaha tani sehingga proses pembangunan pun akan tersendat-sendat. 2. Teknologi yang selalu berubah Untuk dapat meningkatkan produksi pertanian harus tersedia teknologi atau cara-cara yang baik, seperti cara-cara penebaran benih, pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil, pemeliharaan ternak dan sebagainya. Termasuk didalamnya benih unggul, pupuk, obat-obatan hamapenyakit, obat-obatan ternak dan lain-lain, termasuk juga diversifikasi dalam pengelolaan usahataninya. Teknologi yang berubah-ubah ini sangat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan proses pembangunan. 3. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi Dalam penerapan suatu inovasiteknologi diperlukan penggunaan bahan- bahan dan alat-alat produksi yang khusus untuk petani. Alat-alat dan bahan-bahan produksi tersebut harus tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai tempat serta dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan petani. Dengan demikian para petani tersebut dapat memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan produksi pertanian. 4. Perangsang produksi bagi petani Petani mau menerapkan suatu inovasi teknologi baru apabila ada harapan akan diperolehnya keuntungan bagi dirinya dan keluarganya. Perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani tersebut terutama hal-hal yang bersifat ekonomis antara lain relasi harga yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar untuk petani penyakap dan tersedianya barang dan jasa yang diperlukan oleh petani dan keluarganya. 5. Pengangkutan Pengangkutan merupakan faktor kunci dalam proses pembangunan pertanian. Pengangkutan ini diperlukan untuk membawa alat-alat dan bahan- bahan produksi usahatani serta membawa hasil-hasil pertanian ke konsumen di pusat-pusat pemasaran lokal maupun kota. Tanpa adanya sarana dan jaringan pengangkutan yang efisien dan murah, ke tempat syarat mutlak di atas tidak mungkin dapat diadakan secara efektif.

2.8 Pendapatan Rumah Tangga