wajar untuk petani penyakap dan tersedianya barang dan jasa yang diperlukan oleh petani dan keluarganya.
5. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan faktor kunci dalam proses pembangunan pertanian. Pengangkutan ini diperlukan untuk membawa alat-alat dan bahan-
bahan produksi usahatani serta membawa hasil-hasil pertanian ke konsumen di pusat-pusat pemasaran lokal maupun kota. Tanpa adanya sarana dan jaringan
pengangkutan yang efisien dan murah, ke tempat syarat mutlak di atas tidak mungkin dapat diadakan secara efektif.
2.8 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan Rumah Tangga adalah kumpulan dari pendapatan anggota- anggota rumah tangga dari masing-masing kegiatan. Pendapatan rumah tangga
umumnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerjaberusaha lebih giat untuk memenuhi
kebutuhan. Bagi sebagian rumah tangga, upaya-upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada, tetapi juga melakukan
kegiatan-kegiatan lain Nurmanaf 1988, dalam Suharni 2010 Menurut Soeharjo dan Patong 1973, untuk mengetahui pendapatan
petani dikenal bebera ukuran pendapatan usaha tani : a.
Pendapatan kerja petani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan
kenaikan inventarisnya. b.
Penghasilan kerja petani diperoleh dari menambah pendapatan kerja petani dengan penerimaan tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga diperoleh dari menambah penghasilan kerja
petani dengan nilai kerja keluarga.
d. Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari
sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarganya, disamping kegiatan pokok.
2.9 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang atau sekelompok dalam memenuhi standar kebutuhan
dasar sehari-hari. Standar kebutuhan dasar untuk masing-masing Negara berbeda- beda, PBB menetapkan bahwa batas kemiskinan dihitung dari pendapatan
hariannya, yaitu 2oranghari. Sementara BPS menentukan batas kemiskinan dari jumlah rupiah yang dibelanjakan per-kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan
minimum makanan dan bukan makanan yang dibutuhkan, yaitu 2.100 kalorioranghari Kuncoro 2003. Dengan demikian kemiskinan itu sangat
fenomenalogis, karena menunjuk pada berbagai konsep itu didefinisikan. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, antara lain terbatasnya kesempatan,
kapasitas diri yang rendah, tingkat keamanan yang rendah, dan ketidakberdayaan. Hal tersebut seperti diungk
apakan oleh Bank Dunia 2003, “poverty is multidimentional, extending beyond low levels of income;
Lack of opportunity : Low levels of consumptionincome, ussualy relative
to a national poverty line. This is generally associated with the level and distributionof physical assets, such land, human capital and sosial assets;
and markets opportunities which determine the returns to these assets
Low capabilities : Little or no improvements in helath and education
indicator among a particular socio-economic group;
Low level of security : Exposure to risk and income shocks, which may
arise at the national, local, household or individual level.
Empowerment : The capacity of poor people to acces and influence state
institutions and sosial processes that shape resource allocations and public policy choises.
Supriatna 1997 mengungkapkan bahwa suatu keadaan disebut miskin ditandai dengan kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan dasar
yang mencakup aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan; dan informal seperti kekurangan gizi, air, perumahan, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan pendidikan yang
relatif rendah. Sedangkan kemiskinan dalam dimensi ekonomi dipandang sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan standar hidup minimal yang diukur
berdasarkan kebutuhan konsumsi atau pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan dalam dimensi ini bersifat sangat mendasar.
Menurut Sen seperti yang dikutip Sari 2003 mengatakan bahwa kemiskinan itu didorong oleh suatu kondisi keadaan dimana individunya
mengalami keterbatasan pilihan dan kemampuan atau „lack of choice and capability
‟. Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan suatu keadaan atau kondisi hilangnya hak serta peluang seseorang atau sekelompok orang terhadap
penguasaan, pemilikan, dan pengaturan atau kontrol terhadap sumber daya yang diperlukan bagi terjaminnya kehidupan seseorang.
2.10 Persepsi masyarakat