11 manajemen, lingkungan, sosial, ekonomi, dan hukum serta finansial layak
untuk dijalankan sehingga dapat dilakukan kerjasama dengan swasta? 2
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kelayakan, serta seberapa besarkah perubahan elemen penting pada proyek tersebut akan mempengaruhi kondisi
kelayakan usaha pengelolaan sampah dengan metode IPST di Kota Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam rangka mengembangkan kerjasama dengan swasta, maka penelitian ini bertujuan:
1 Melakukan analisis secara komprehensif terhadap kelayakan pendirian
Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu IPST di Kota Bogor pada dua model kerjasama yang dirancang dilihat dari aspek teknis, pasar, manajemen,
lingkungan, sosial, ekonomi, dan hukum serta aspek finansial. 2
Mengidentifikasi faktor-faktor penentu yang akan mempengaruhi kondisi kelayakan pengusahaan pengelolaan sampah dengan metode IPST.
1.4 Manfaat Penelitian
1 Sebagai bahan kontribusi yang positif kepada Pemerintah Daerah maupun
masyarakat umum dalam hal pengelolaan persampahan di Kota Bogor.
2 Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bogor dalam membuat kebijakan yang terkait dengan manajemen pengelolaan sampah di Kota Bogor.
3 Sebagai bahan referensi dalam pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan
perwujudan kota berwawasan lingkungan.
4 Sebagai referensi bagi investor yang ingin berinvestasi terkait pengelolaan
sampah Kota Bogor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menilai kelayakan perencanaan proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu IPST di Kota Bogor
sebagai alternatif pengolahan sampah terkait dengan keikutsertaan pihak swasta sebagai mitra yang ditinjau dari aspek finansial dan non finansial, serta analisis
switching value terhadap perubahan variabel yang dianggap berpengaruh penting
12 pada proyek. Penelitian kelayakan perencanaan proyek IPST ini memiliki batasan
penelitian berupa objek kajian kelayakan hanya pada 10 IPST yang ditargetkan pemerintah Kota Bogor Tahun 2011, serta pada metode analisis secara kualitatif
yang dilakukan untuk merumuskan aspek-aspek non finansial, seperti halnya pada penelitian-penelitian lainnya dengan topik yang sama. Selain itu, untuk
memudahkan dalam kegiatan analisis aspek finansial, dilakukan pembuatan beberapa buah asumsi dalam perhitungan yang dapat dilihat pada penjelasan
metode penelitian. Alat analisis finansial terbatas pada software microsof excel 2007
. Sedangkan ruang lingkup lokasi penelitian ini adalah Demplot IPST Kota Bogor dan IPST Mitran yang terletak di Kota Bekasi sebagai acuan lokasi yang
telah menerapkan IPST. Meskipun memiliki beberapa batasan, namun diharapkan penelitian ini tetap memiliki esensi sesuai dan menghasilkan kesimpulan yang
akurat dan bermanfaat besar bagi banyak pihak.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah
adalah kegiatan
yang sistematis
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah
Kementrian Lingkungan Hidup 2007. Pemerintah bertanggung jawab dalam pengumpulan ulang dan pembuangan sampah dari permukiman secara
memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk operasionalisasi
pengelolaan persampahan, menjadikan pada beberapa daerah kegiatan pengelolaan sampah ini tidak seperti yang diharapkan.
Hal tersebut semakin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa yang memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang yang
diproduksi. Beberapa kondisi umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan sampah perkotaan selama ini, di mana sampah rumah tangga oleh masyarakat
dikumpulkan dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan atau kontainer yang disediakan oleh pemerintah,kemudiansampah diangkut oleh truk ke landfill yang
umumnya kurang terkontrol, karena terdapat para pemulung yang mencari barang-barang yang dapat didaur ulang.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap
lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia kualitas air dan udara, biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan. Dampak
operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya konflik sosial antar komponen masyarakat. Pada tahap pembuangan akhir atau pengolahan,
sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Namun jika sampah dapat
dikelola dan diolah dengan tepat dapat memiliki potensi bisnis yang prospektif, sehingga sampah tidak hanya dipandang sebagai barang tidak berguna, namun
memiliki nilai tambah. Hal tersebut berbeda dengan pandangan beberapa ahli yang menyatakan bahwa sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
14 dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis Suprihatin 1999.
2.1.1 Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 merupakan sebuah aturan baru dalam usaha pengelolaan sampah di Indonesia. Sebagai salah satu bentuk keseriusan
pemerintah terhadap usaha perbaikan pengelolaan sampah di sebagian besar daerah di Indonesia, undang-undang ini mengatur segala hal yang berkaitan
dengan pengelolaan sampah, mulai dari mekanisme pengelolaan sampah sampai dengan sanksi-sanksi terhadap pelanggaran aturan pengelolaan tersebut. Secara
ringkas mekanisme pengelolaan sampah pada UU No.18 Tahun 2008 mengatur hal-hal sebagai berikut:
1 Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah rumah tangga, pasar, dan lainnya, mengguna ulang sampah dari sumbernya danatau di tempat pengolahan, dan daur ulang
sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah diatur dalam peraturan menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam
pengurangan sampah ini adalah: a
Menetapkan sasaran pengurangan sampah b
Mengembangkan teknologi bersih dan label produk c
Menggunakan bahan produksi yang dapat didaur ulang atau diguna ulang d
Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang e
Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang 2
Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis
dan sifatnya, pengumpulan memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu, pengangkutan kegiatan
memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir mengubah bentuk, komposisi, karateristik
dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau
residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke lingkungan.
15 Dalam perencanaan pengelolaan sampah, Undang-Undang Pengelolaan
Sampah mengharapkan pemerintah kota atau kabupaten dapat membentuk semacam forum pengelolaan sampah skala kota atau kabupaten atau provinsi.
Forum ini beranggotakan masyarakat secara umum, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi lingkungan atau persampahan, pakar, badan usaha dan
lainnya. Hal-hal yang dapat difasilitasi forum adalah memberikan usul, pertimbangan dan saran terhadap kinerja pengelolaaan sampah, membantu
merumuskan kebijakan pengelolaan sampah, memberikan saran dan dapat dalam penyelesaian sengketa persampahan.
Mengenai sampah spesifik baik B3 Bahan Berbahaya dan Beracun maupun sampah medis yang bersifat infektius menyebabkan infeksi
pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 dan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun
1999 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah B3. Menilai perlunya penanganan sampah yang tepat dan
cepat, diharapkan UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dapat diimplementasikan dengan baik.
2.1.2 Sistem Pengelolaan Sampah Perkotaan Ideal
Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh
oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Hal ini diperlukan karena
sampah pada dasarnya bukan sekedar permasalahan Pemda atau Dinas Kebersihan Kota Bogor saja, namun lebih dari itu merupakan masalah bagi setiap
individu, keluarga, organisasi dan akan menjadi masalah negara bila sistem perencanaan dan pelaksanaannya tidak dilakukan dengan terpadu dan
berkelanjutan. Aparat terkait sebaiknya tidak terlibat secara teknisuntuk menghindari
meningkatnya anggaran biaya penyelenggaraan, selain itu keterlibatan aparat terkait dikhawatirkan akan membentuk budaya masyarakat yang bersifat tidak
peduli. Pemerintah dan aparat terkait sebaiknya memposisikan kewenangannya
16 Penerapan teknologi
Tempat pembuangan akhir sampah TPA Peran serta masyarakat pengelola sampah
Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah
Pengelolaan Sampah Kota
Ideal
sebagai fasilitator dan konduktor, dan setiap permasalahan persampahan sebaiknya dimunculkan oleh masyarakat atau organisasi sosial selaku produsen
sampah. Hal ini diharapkan terciptanya sikap peduli dari masyarakat selaku individu, keluarga dan organisasi yang menunjukkan kepedulian terhadap
kebersihan dan kelestarian lingkungan. Pengelolaan sampah terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan
sampah perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah yang dibuat dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern,
dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Sistem tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan standar
kesehatan masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif. Pendekatan yang digunakan dalam konsep
rencana pengelolaan sampah ini adalah meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan dalam pengelolaan sampah yang berbasis
peran serta masyarakat.
Gambar 1 . Pengelolaan Sampah Kota Ideal
Sumber: Aboejoewono 1999
Aboejoewono 1999 menyatakan bahwa perlunya kebijakan pengelolaan sampah perkotaan yang ditetapkan di kota-kota di Indonesia
meliputi 5 lima kegiatan, yaitu: 1
Penerapan teknologi yang tepat guna
17 2
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah 3
Perlunya mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah 4
Optimalisasi TPA sampah 5
Sistem kelembagaan pengelolaan sampah yang terintegrasi Penjelasan rinci dari Gambar 1 adalah sebagai berikut:
1 Penerapan teknologi
Teknologi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan sampah ini merupakan kombinasi tepat guna yang meliputi teknologi
pengomposan, teknologi penanganan plastik, teknologi pembuatan kertas daur ulang, Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu menuju “Zero Waste”
harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum digunakan adalah:
a Teknologi pembakaran Incenerator
Dengan cara ini dihasilkan produk samping berupa logam bekas skrap dan uap yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik.
Keuntungan lainnya dari penggunaan alat ini adalah dapat mengurangi volume sampah sekitar 75-80 persen dari sumber sampah tanpa proses
pemilahan. Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ke tempat
penimbunan pada lahan kosong, rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurung timbunan.
b Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan
sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah. c
Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial, seperti: kertas, plastik, logam dan kacagelas.
2 Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Partisipasi masyarakat dalam pengelolan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara
terpadu. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan
atau lingkungan permukiman yang dari tahun ke tahun semakin kompleks. 3
Mekanisme keuntungan dalam pengelolaan sampah
18 Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang dimulai pada skala yang lebih luas lagi. Misalnya melalui kegiatan
pemilahan sampah mulai dari sumbernya yang dapat dilakukan oleh skala rumah tangga atau skala perumahan. Dari sistem ini akan diperoleh
keuntungan berupa: biaya pengangkutan dapat ditekan karena dapat memotong mata rantai pengangkutan sampah, tidak memerlukan lahan
besar untuk TPA, dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat lebih
menyejahterakan petugas pengelola kebersihan, bersifat lebih ekonomis dan ekologis, dapat lebih memberdayakan masyarakat dalam mengelola
kebersihan kota. 3
Tempat Pembuangan Akhir sampah TPA Pada dasarnya pola pembuangan sampah yang dilakukan dengan sistem
Tempat Pembuangan Akhir TPA sudah tidak relevan lagi dengan lahan kota yang semakin sempit dan pertambahan penduduk yang pesat, sebab
bila hal ini terus dipertahankan akan membuat kota dikepung ”lautan sampah” sebagai akibat tingginya kebutuhan lahan akibat tingginya volume
sampah. Pembuangan yang dilakukan dengan pembuangan sampah secara terbuka dan di tempat terbuka juga berakibat meningkatnya intensitas
pencemaran. Penanganan model pengelolaan sampah perkotaan secara menyeluruh adalah meliputi penghapusan model TPA pada jangka panjang
karena dalam banyak hal pengelolaan TPA masih sangat buruk mulai dari penanganan air sampah leachet sampai penanganan bau yang sangat
buruk. Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan
adalah dengan
cara membuang
sampah sekaligus
memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal tersebut secara ekonomi akan
mengurangi biaya penanganannya. 4
Kelembagaan dalam pengelolaan sampah yang ideal. Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem manajemen
persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang
19 berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah ditingkat
rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-
lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkatan
aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan mengurangi beban pendanaan serta peningkatan aspek legal.
2.2 Pengelolaan Sampah Kota Dengan Pola 3R Reduce, Reuse, Recycle