Aspek Pasar Analisis Kelayakan Bisnis Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Kota Bogor

67

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

Model konseptual yang dianalisis adalah model rancangan yang direncanakan untuk dapat menanggulangi sampah dalam lingkup satu kelurahan dengan pendekatan ramah lingkungan, menyerap tenaga kerja, dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Tidak tertutup kemungkinan model yang dirancang dapat dikembangkan untuk model industri dengan kapasitas yang lebih besar, namun dengan konsekuensi dibutuhkan dana yang lebih besar. Saat ini telah terdapat sebuah demplot IPST di Kota Bogor yang terletak di Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan. IPST ini telah berjalan selama tiga bulan sejak penelitian ini dilakukan, sehingga dapat dievaluasi sebagai bahan penilaian kelayakan dari aspek non finansial. Terdapat beberapa poin penting yang akan dievaluasi terkait dengan rencana pengadaan IPST Kota Bogor dinilai dari aspek non finansial, yaitu: 1 Peluang pasar dan penetapan harga jual hasil olahan sampah berupa pupuk dan sampah plastik daur ulang yang akan dibahas pada aspek pasar. 2 Tahap persiapan dan pemanfaatan teknologi tepat guna pada IPST yang akan dibahas pada aspek teknis. 3 Mekanisme organiasi kerjasama swasta terkait serta retribusitipping fee sampah Kota Bogor yang akan dibahas pada aspek manajemen dan hukum. 4 Aspek lainnya yang mendukung penerapan IPST di Kota Bogor yang akan dibahas pada aspek sosial ekonomi, dan lingkungan.

6.1. Aspek Pasar

Analisis yang akan dibahas pada aspek pasar lebih menekankan kepada pemasaran produk pupuk kompos, meskipun terdapat output lain dari hasil pengolahan sampah pada IPST yaitu sampah plastik. Hal tersebut didasari dengan asumsi output plastik merupakan barang setengah jadi yang telah memiliki banyak pengumpul dan pabrik pengolahan tersendiri sehingga pasar untuk output plastik lebih pasti dibandingkan dengan output kompos. Saat ini biji plastik bekas banyak diminati karena harga biji plastik asli yang semakin mahal. Harga output plastik yang akan dihasilkan IPST Kota Bogor diasumsikan sama dengan harga output plastik pada IPST Mitran Bekasi. Untuk harga plastik perkilogram beragam mulai dari plastik PP sebesar Rp 1.600,-, Plastik PE Rp 2.000,- dan HDPE sebesar Rp 400,-, serta harga Biomasa sebesar Rp 150,- perkilogram. Harga plastik diasumsikan tidak 68 mengalami kenaikan selama umur proyek. Hal tersebut karena trend harga plastik selalu mengalami flukuasi sepanjang 5 tahun terakhir sehingga penetapannya dilakukan berdasarkan harga rata-rata.

6.1.1 Analisis Peluang Pasar

Analisis peluang pasar pengolahan kompos dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats atau kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman secara umum dengan cara membandingkan produk sendiri dengan produk yang ada dipasaran. Secara umum analisis dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis SWOT Pemasaran Produk Kompos Kekuatan Faktor Internal Kesempatan Faktor Eksternal • Harga terjangkau oleh masayarakat dan lebih murah dibanding harga kompos pada Industri besar. • Pengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan lebih baik karena tidak mengandung bahan kimia atau pestisida. • Memiliki demplot dengan hasil tanam yang cukup baik. • Merupakan produk masyarakat lokal. • Adanya dukungan pemerintah melalui program go organik. • Merupakan program kerjasama dengan pemerintah Kota Bogor. • Adanya hubungan kerjasama dengan MITRAN sebagai pengumpul output pupuk dan plastik. • Adanya pasar potensial yang cukup tinggi pada sektor pertanian organik dan reklamasi lahan tambang. Kelemahan Faktor Internal Ancaman Faktor Eksternal • Kualitas Produksi belum sesuai standar nasional indonesia SNI. • Menggunakan teknologi konvensional dan semi manual. • Lingkup pemasaran masih terbatas. • Permintaan kompos di Kota Bogor belum dapat di pastikan karena belum adanya data permintaan dan penyediaan pupuk organik. • Bersaing dengan Industri pupuk organik lain maupun kimia dengan kapasitas yang besar. 69 Selanjutnya adalah menentukan strategi yang sesuai untuk menganalisa peluang pasar dengan menggunakan matrik strategi, yakni dengan membandingkan masing-masing faktor internal kekuatan dan kelemahan dengan masing-masing faktor eksternal ancaman dan peluang. Strategi-strategi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 . Matriks Strategi Pemasaran Produk Kompos Kekuatan-Kesempatan S-O Kekuatan-Ancaman S-T • Menciptakan produk yang lebih berkualitas dengan harga yang bersaing. • Mencari pangsa pasar lainnya diluar Bogor dan Pulau Jawa serta tidak hanya disektor pertanian tetapi juga reklamasi lahan tambang. • Memberikan edukasi terhadap petani Bogor untuk beralih menggunakan pupuk organik dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah • Meningkatkan kapastitas produksi di masa mendatang. • Ekspansi pemasaran melalui komunitas-komunitas organik dan melalui jaringan internet. • Melakukan diversifikasi produk kompos melalui pendirian pabrik pengolahan guna menyesuaikan dengan permintaan. • Melakukan perbaikan secara kontinyu serta menciptakan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dalam pengolahan produk Kelemahan-Kesempatan W-O Kelemahan-Ancaman W-T • Membuat kontrak bisnis dengan usaha lain seperti nursery, perkebuanan, dan pertanian organik. • Promosi yang gencar dan menyeluruh • Kerjasama dengan Pemerintah Bogor dalam hal pemasaran internal. • Meminimumkan ongkos produksi • Melakukan penelitian mengenai permintaan dan penawaran pupuk organik di Kota Bogor dan sekitarnya. • Menjalin kerjasama dengan industri kompos lainnya. 70

6.1.2 Bauran Pemasaran 1. Kebijakan Produk

Produk yang akan diproduksi oleh PT X adalah jenis pupuk organik padat. Pengemasan pupuk menggunakan karung dengan kapasitas 30 Kg tanpa label. Pengemasan tersebut dilakukan karena sebagian besar konsumen langsung dan pelaku bisnis tanaman hias, dan buah-buahan mengininkan kemasan tersebut sesuai dengan kebutuhan pupuk dan praktis. Namun demikian, perusahaan lebih fokus terhadap pembelian dalam jumlah besar untuk perkebunan, reklamasi lahan tambang, dan lainnya tanpa pengemasan.

2. Kebijakan Harga

Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan. PT X menetapkan harga jual pupuk organik sebesar Rp. 400,- perkilogram, harga tersebut menyesuaikan dengan kompos yang diproduksi oleh Mitran. Hasil observasi terhadap beberapa penjual pupuk di daerah Dramaga, dan Jalan Padjajaran Bogor, harga pasaran pupuk organik dalam kemasan berlabel berkisar antara Rp 1.000,- sampai dengan Rp 2.000,- per kilogram. Harga yang diterapkan oleh PT X berada cukup jauh dibawah harga kompos pasaran, hal ini disebabkan produk kompos yang dihasilkan belum sesuai dengan kadar SNI, meskipun kualitas kompos dinilai memiliki kualitas yang baik melalui demplot tanaman yang dimiliki oleh Mitran.

3. Kebijakan Promosi

Promosi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pemasaran, tanpa adanya promosi maka masyarakat tidak akan mengenal produk dan mengetahui kegunaan produk dengan baik. Promosi kompos PT X yang paling optimal yaitu melalui kerjasama dengan Pemda Kota Bogor, seperti melalui program edukasi kepada penyuluh pertanian dan masyarakat, sehingga dapat meminimalkan biaya promosi. Selain itu promosi juga dapat dilakukan melalui situs pemasaran online, serta mengikuti pameran-pameran pertanian. 71

4. Kebijakan Distribusi

Berdasarkan penelitian pada aspek pasar, terdapat dua tipe pasar dalam pemasaran kompos, yaitu 1 pasar real atau pasar yang ada saat ini dengan jumlah permintaan yang tetap, dan 2 pasar potensial yaitu pasar yang belum terlihat jumlah permintaan pastinya namun memiliki potensi sebagai pasar yang cukup besar. Contoh pasar real pada pengusahaan kompos ini antara lain nursery, pedagang buah, dan sayuran organik, serta pelaku bisnis kompos lain khususnya yang berada didalam kota bogor dan sekitarnya. Sedangkan pasar potensial dalam usaha ini adalah sektor perkebunan, dan pertambangan, serta pertanian sawah yang diprediksi akan menggunakan pupuk organik. Pasar-pasar potensial tersebut harus dicapai agar pemasaran dapat berjalan optimal, oleh karena itu perlu dilakukan ekspansi pasar terutama pada pasar-pasar yang masih potensial namun belum terjangkau. Jalur distribusi pada usaha ini tidak berbeda dengan pengusahaan kompos pada perusahaan lainnya, jalur distribusi pupuk organik ditempuh hingga sampai pada pelaku tanaman hias, sayuran organik, buah-buahan, dan rumah tangga sebagai konsumen. Pengusahaan pupuk pada PT X direncanakan menjadi suplier kompos yang besar karena memiliki jumlah bahan baku yang besar dan jaringan, sehingga jalur distribusi unuk pasar besar seperti perkebunan dan pertambangan juga perlu direncanakan. Gambar 4 menunjukkan jalur distribusi kompos PT X sampai kepada konsumen. Gambar 4. Jalur Distribusi Pemasaran Kompos PT X PT X Pelaku bisnis Petani Nursery MITRAN Pertambangan Perkebunan Konsumen Konsumen Petani 72

6.2. Aspek Teknis