87 masyarakat  yang  mendapatkan  layanan  pengelolaan  sampah  atau  lokasi  IPST
dengan  modal  investasi  swasta.  Skenario  III  dan  Skenario  IV  merupakan modifikasi modal dari Skenario I dan II. Skenario III IPST dijalankan berdasarkan
pemasukan  dari  penjualan  output  dan  tipping  fee  yang  dibayarkan  pemerintah sebagai public service untuk pengolahan sampah kepada manajemen IPST dengan
modal  pinjaman  bank.  Sedangkan  Skenario  IV  IPST  dijalankan  berdasarkan pemasukan dari penjualan output dan retribusi masyarakat di sekitar pengelolaan
sampah atau lokasi IPST dengan modal pinjaman bank. Umur proyek untuk IPST ini  adalah  20  tahun  yang  didasarkan  dari  umur  ekonomis  bangunan  IPST  dan
Gudang.  Namun  berdasarkan  kondisi  di  lapangan  umur  proyek  dapat  mencapai lebih dari 20 tahun.
7.1 Arus Manfaat Inflow
Manfaat  merupakan  sesuatu  yang  dapat  menambah  pendapatan  bagi usaha.  Dengan  kata  lain  segala  sesuatu  yang  diperoleh  setelah  adanya
pengorbanan atau biaya. Pada unit usaha IPST Skenario I, manfaat yang diperoleh berasal dari penjualan kompos, plastik PP, plastik PE, plastik HDPE, biomasa, dan
tipping  fee serta  nilai  sisa  dari  barang  investasi  pada  saat  proyek  berakhir.
Sedangkan pada unit usaha IPST Skenario II, manfaat yang diperoleh berasal dari penjualan  kompos,  plastik  PP,  plastik  PE,  plastik  HDPE,  biomasa,  dan  retribusi,
serta nilai sisa dari barang investasi pada saat proyek berakhir. Skenario III dan IV merupakan  pengembangan  dari  Skenario  I  dan  II,  dimana  terdapat  rencana
peminjaman 50 persen modal dari bank sebesar 3 miliyar rupiah sehingga terdapat modal investasi bank pada arus inflow, oleh karena itu, pada skenario III manfaat
yang  diperoleh  berasal  dari  penjualan  kompos,  plastik  PP,  plastik  PE,  plastik HDPE,  biomasa,  tipping  fee,  dan  pinjaman  bank  serta  nilai  sisa  dari  barang
investasi  pada  saat  proyek  berakhir.  Manfaat  pada  Skenario  IV  berasal  dari penjualan  kompos,  plastik  PP,  plastik  PE,  plastik  HDPE,  biomasa,  retribusi,
pinjaman bank, serta nilai sisa dari barang investasi pada saat proyek berakhir
88
7.1.1 Penjualan Kompos
Kompos  yang  dihasilkan  pada  usaha  IPST  ini  merupakan  kompos  yang berbahan baku sampah organik rumah tangga. Pengolahan kompos yang dilakukan
dengan  cara  sederhana  mengakibatkan  unsur  yang  terdapat  pada  kompos  tidak memiliki  kontrol  yang  tepat,  hal  ini  berdampak  pada  kurang  bersaingnya  harga
produk  tersebut  dibandingkan  produk  kompos  dipasaran.  Harga  jual  kompos ditetapkan  berdasarkan  harga  dasar  kompos  pasaran,  yaitu  Rp  400  perkilogram.
Pada  kondisi  dilapangan  harga  kompos  jarang  mengalami  peningkatan,  rata-rata kenaikan harga kompos sekitar 10 persen per dua tahun. Maka dalam perhitungan
arus  kas,  harga  kompos  juga  akan  dinaikkan  sebesar  10  persen  tiap  dua  tahun, sehingga  mencapai  harga  Rp  948  di  tahun  ke-20.  Setiap  IPST  diprediksi
menghasilkan 135 Kg kompos per hari. Hal tersebut berdasarkan jumlah sampah yang masuk sebesar 4,5 ton per hari dengan kandungan organik sebesar 30 persen.
Kemudian  mengalami  proses  fermentasi,  pengeringan  dan  pengayakan  sehingga kompos  yang  dihasilkan  hanya  10  persen  dari  berat  awal.  Dengan  asumsi
pengolahan  dilakukan  selama  satu  tahun  penuh,  maka  jumlah  kompos  yang dihasilkan 10 IPST adalah sebesar 40,5 ton perbulan atau sekitar 486 ton pertahun.
Menurut  pengalaman  pengelolaan  IPST  di  kawasan  Jati  Warna  Bekasi oleh Mitran, biasanya IPST belum beroperasi secara penuh di tahun pertama. Hal
tersebut  terkait  dengan  diperlukannya  waktu  sosialisasi  dan  edukasi  kepada masyarakat  terhadap  pengelolaan  sampah  berbasis  komunitas.  Oleh  karena  itu,
untuk  memperhitungkan  risiko  tersebut,  layanan  pengolahan  sampah  diprediksi hanya  mencakup  50  persen  wilayah  ditahun  pertama.  Sejalan  dengan  itu  dapat
dilakukan  perluasan  wilayah  dan  jumlah  KK  yang  dilayani  sehingga  mencapai optimal yaitu 100 persen yang diprediksi baru akan terjadi pada tahun ke-6 sampai
ke-20.  Sehingga  hal  tersebut  berdampak  pada  input  sampah  dan  output  kompos serta  sampah  plastik  yang  dihasilkan.  Setiap  tahun  output  diasumsikan  naik  10
persen  sampai  dengan  tahun  ke-5  dan  stabil  pada  tahun  ke-6  sampai  ke-20. Proyeksi pendapatan tahunan kompos dalam cashflow dapat dilihat pada Tabel 11.
89
Tabel 11. Proyeksi Pendapatan Kompos IPST Kota Bogor Tahun 2011
Tahun ke-
Output KomposThn ton
Harga JualKg Rp
Penjualan RpTahun
1 243,0
400,00
97.200.000,00
2 291,6
400,00 116.640.000,00
3 340,0
400,00 149.688.000,00
4 388,8
400,00 171.072.000,00
5 437,4
484,00 211.701.600,00
6 486,0
484,00 235.224.000,00
7-8 486,0
532,40 258.746.400,00
9-10 486,0
585,64 284.621.040,00
11-12 486,0
644,20 313.083.144,00
13-14 486,0
708,62 344.391.458,40
15-16 486,0
779,49 378.830.604,24
17-18 486,0
857,40 416.713.664,66
19-20 486,0
943,18 458.385.031,13
7.1.2 Penjualan Plastik Bekas
Plastik  yang  dihasilkan  pada  pengolahan  sampah  IPST  terdiri  dari  tiga jenis, yaitu plastik jenis PP, plastik jenis PE, dan plastik jenis HDPE atau plastik
kresek.  Selain  itu,  dihasilkan  biomasa  untuk  plastik  yang  tidak  dapat  diolah  atau didaur ulang namun dapat digunakan sebagai bahan bakar. Plastik-plastik tersebut
tidak  diolah,  karena  tidak  ada  investasi  pabrik  pengolahan  plastik  menjadi  bijih plastik  bekas  dan  sebagainya.  Sampah  plastik  yang  dihasilkan  dari  pengolahan
sampah  dipilah  sesuai  dengan  jenisnya,  lalu  dipadatkan  pres  sehingga  menjadi bentuk padat.
90 Harga  jual  masing-masing  plastik  disesuaikan  dengan  harga  beli  pada
pengumpul  plastik  di  daerah  Bogor.  Untuk  plastik  PP  dijual  dengan  harga  Rp 1.500Kg,  plastik  PE  dijual  dengan  harga  Rp  2.000Kg,  plastik  HDPE  dijual
dengan  harga  Rp  400Kg,  sedangkan  untuk  biomasa  dijual  dengan  harga  Rp 150Kg.  Harga  jual  seluruh  jenis  plastik  diasumsikan  tetap.  Berdasarkan
pengalaman penjualan Mitran, harga jual sampah plastik cenderung tetap selama 5 tahun dan kadang fluktuatif dengan kisaran harga yang tidak jauh.
Seperti  halnya  output  kompos,  output  pada  masing-masing  jenis  plastik juga  diprediksi  tidak  optimal  ditahun-tahun  awal  pengoperasian  IPST.  Output
plastik tahun pertama diproyeksi hanya sekitar 50 persen dari output optimal, yang kemudian  ditingkatkan  10  persen  pertahun  sampai  dengan  tahun  ke-6,  dan
diasumsikan stabil pada tahun ke-6 sampai dengan tahun ke-20. Kuota  sampah  plastik  yang  masuk  pada  masing-masing  IPST  adalah
sebesar  50  persen  dari  total  input  sampah  yang  akan  diolah.  Sampah  plastik tersebut paling didominasi oleh biomasa yaitu sebesar 60 persen dari total sampah
plastik.  Maka  dalam  satu  hari  akan  dihasilkan  biomasa  sebanyak  1.350  Kg  dari satu  IPST  pada  kondisi  optimal.  Komposisi  sampah  plastik  paling  banyak
selanjutnya  dalah  plastik  HDPE  atau  plastik  kresek  yaitu  sebesar  30  persen  dari total sampah plastik atau sekitar 450 Kg perhari, Sedangkan untuk plastik jenis PE
dan PP hanya sekitar 5 persen atau sekitar 112,5 Kg per hari. Proyeksi pendapatan output IPST dari plastik dapat dilihat pada Tabel 12.
91
Tabel 12. Proyeksi Pendapatan Plastik IPST Kota Bogor Tahun 2011
Jenis Plastik
Tahun ke-
Output Thn ton
Harga JualKg Rp
Penjualan RpTahun
Plastik PP 1
202,5 1.500,00
303.750.000,00 2
243,0 1.500,00
364.500.000,00 3
283,5 1.500,00
425.250.000,00 4
324,0 1.500,00
486.000.000,00 5
364,5 1.500,00
546.750.000,00 6-20
405,0 1.500,00
607.500.000,00
Plastik PE 1
202,5 2.000,00
405.000.000,00 2
243,0 2.000,00
486.000.000,00 3
283,5 2.000,00
567.000.000,00 4
324,0 2.000,00
648.000.000,00 5
364,5 2.000,00
729.000.000,00 6-20
405,0 2.000,00
810.000.000,00
Plastik HDPE
1 810,0
400,00 324.000.000,00
2 972,0
400,00 388.800.000,00
3 1.134,0
400,00 453.600.000,00
4 1.296,0
400,00 518.400.000,00
5 1.458,0
400,00 583.200.000,00
6-20 1.620,0
400,00 648.000.000,00
Biomasa 1
2.430,0 150,00
364.500.000,00 2
2.916,0 150,00
437.400.000,00 3
3.402,0 150,00
510.300.000,00 4
3.888,0 150,00
583.200.000,00 5
4.374,0 150,00
656.100.000,00 6-20
4.860,0 150,00
729.000.000,00
Pada  kenyataannya,  penjualan  biomasa  paling  sering  mengalami gangguan, sehingga sangat fluktuatif. Hal tersebut disebabkan belum adanya pasar
tetap  bagi  sampah  biomasa  plastik  sampai  saat  ini.  Berdasarkan  pengalaman Mitran  dalam  melakukan  penjualan  biomasa,  biomasa  yang  tidak  terjual  dapat
menjadi  beban  dalam  pengelolaan  sampah  di  IPST.  Volume  output  yang  sangat banyak  justru  dapat  menghabiskan  tempat  pada  gudang  penyimpanan.  Sehingga
terkadang  biomasa  terpaksa  dibuang  atau  diberikan  secara  cuma-cuma  kepada konsumen  biomasa.  Risiko  tersebut  akan  dianalisis  pada  analisis  switching  value
untuk  menilai  sejauh  mana  biomasa  yang  tidak  termanfaatkan  berpengaruh terhadap kelayakan usaha pengelolaan sampah di IPST.
92
7.1.3 Tipping feePublic Service
Tipping  fee adalah  biaya  yang  dikeluarkan  anggaran  pemerintah  kepada
pengelola sampah, berdasarkan jumlah  yang dikelola per ton  atau satuan  volume m3.  Dalam  analisis  arus  kas  penerimaan  proyek  IPST  Skenario  I  dan  III  biaya
tipping  fee tahun  pertama  diproyeksi  sebesar  Rp  100.000ton,  dan  mengalami
peningkatan 6 persen setiap dua tahun. Sehingga proyeksi pendapatan tipping fee selama umur proyek dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Proyeksi Pendapatan Tipping fee Kota Bogor
Tahun ke- Jumlah Sampah Diolah
ton Tipping Fee
Ton Tipping fee
Tahun 1
8.100 100.000,00
810.000.000,00 2
9.720 100.000,00
972.000.000,00 3
11.340 106.000,00
1.202.040.000,00 4
12.960 106.000,00
1.373.760.000,00 5
14.580 112.360,00
1.638.208.800,00 6
16.200 112.360,00
1.820.232.000,00 7-8
16.200 119.101,60
1.929.445.920,00 9-10
16.200 126.247,70
2.045.212.675,20 11-12
16.200 133.822,56
2.167.925.435,71 13-14
16.200 141.851,91
2.298.000.961,85 15-16
16.200 150.363,03
2.435.881.019,57 17-18
16.200 159.384,81
2.582.033.880,74 19-20
16.200 168.947,90
2.736.955.913,58 Terdapat  kemungkinan  biaya  tipping  fee  tidak  mencapai  proyeksi  yang
dianggarkan  dalam  penelitian  ini,  maka  dilakukan  analisis  switching  value  pada tiap  skenario  untuk  mengetahui  penurunan  biaya  tipping  fee  yang  masih  dapat
ditoleransi agar proyek tetap dapat dilaksanakan.
7.1.4 Retribusi Sampah
Retribusi  merupakan  biaya  atau  pungutan  sebagai  pembayaran  atas  jasa yang telah diberikan oleh suatu pihak, baik pemerintah maupun swasta. IPST yang
akan dijalankan di Kota Bogor membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi di  setiap  periodenya.  Berdasarkan  perhitungan  arus  biaya  cashflow  Biaya
operasional pengolahan sampah pada IPST lebih tinggi dibandingkan penerimaan yang  didapatkan  dari  penjualan  output  kompos  maupun  sampah  plastik.  Jika  hal
93 tersebut dibiarkan, pengolahan sampah pada IPST hanya akan menjadi beban bagi
swasta  pengelola  IPST.  Maka  untuk  meringankan  biaya  operasional,  pengelola IPST,  membebankan  biaya  pengelolaan  sampah  kepada  masyarakat  berupa
retribusi  sampah  yang  harus  dibayarkan  setiap  bulannya.  Besar  biaya  retribusi beragam, tergantung kepada golongan rumah tangga yang dilayani. Biaya retribusi
sampah di perumahan atau komplek dan rumah mewah adalah sebesar Rp 30.000,- per  bulan,  sedangkan  untuk  rumah  tangga  biasa  biaya  retribusi  sebesar  Rp
10.000,-. Dalam analisis arus kas Skenario II dan IV, biaya retribusi diasumsikan sama  yaitu  Rp  10.000,-  per  KK  dengan  jumlah  optimal  KK  yang  terlayani  oleh
IPST  adalah  1500  KK.  Nominal  retribusi  tersebut  akan  ditingkatkan  sebesar  Rp 1.000 pertahunnya sesuai dengan peningkatan biaya retribusi sampah Kota Bogor
yang  selalu  mengalami  peningkatan  rata-rata  10  persen  pertahun  dengan  asumsi adanya pengingkatan biaya  operasional pengelolaan sampah serta dengan  asumsi
adanya  peningkatan  taraf  hidup  masyarakat.  Sehingga  nominal  retribusi  yang diharapkan pada tahun ke-20 adalah Rp 29.000KK per bulan.
Tabel 14. Proyeksi  Pendapatan  Retribusi  Sampah  Kota  Bogor  Berdasarkan
Jumlah Layanan IPST
Tahun Jumlah Layanan
KK RetribusiKK Rp
Total Retribusi Rp
2011 7.500
50 10.000,00
900.000.000,00 2012
9.000 60
11.000,00 1.188.000.000,00
2013 10.500
70 12.000,00
1.512.000.000,00 2014
12.000 80
13.000,00 1.872.000.000,00
2015 13.500
90 14.000,00
2.268.000.000,00 2016
15.000 100
15.000,00 2.700.000.000,00
2017 15.000
100 16.000,00
2.880.000.000,00 2018
15.000 100
17.000,00 3.060.000.000,00
2019 15.000
100 18.000,00
3.240.000.000,00 2020
15.000 100
19.000,00 3.420.000.000,00
2021 15.000
100 20.000,00
3.600.000.000,00 2022
15.000 100
21.000,00 3.780.000.000,00
2023 15.000
100 22.000,00
3.960.000.000,00 2024
15.000 100
23.000,00 4.140.000.000,00
2025 15.000
100 24.000,00
4.320.000.000,00 2026
15.000 100
25.000,00 4.500.000.000,00
2027 15.000
100 26.000,00
4.680.000.000,00 2028
15.000 100
27.000,00 4.860.000.000,00
2029 15.000
100 28.000,00
5.040.000.000,00 2030
15.000 100
29.000,00 5.220.000.000,00
94 Jumlah  KK  yang  terlayani  akan  mengalami  peningkatan  sampai  dengan
jumlah optimal pelayanan yaitu 1.500 KK. Tahun pertama diprediksi baru sekitar 50  persen  jumlah  KK  yang  terlayani  dari  target  jumlah  layanan.  Jumlah  tersebut
diprediksi  meningkat  sekitar  10  persen  setiap  tahun  sehingga  pada  tahun  ke-6 jumlah  KK  yang  terlayani  sudah  mencapai  jumlah  optimal  yang  disesuaikan
dengan  kapasitas  mesin  yaitu  1.500  KK  per  hari  untuk  satu  lokasi  IPST,  dengan jumlah sampah input sebanyak 4,5 ton per hari. Selanjutnya di tahun ke-6 sampai
dengan  tahun  ke-20  jumlah  KK  yang  terlayani  diprediksi  tetap.  Hal  tersebut mengakibatkan  jumlah  retribusi  pun  bervariasi  tiap  tahunnya  dengan  tren  yang
meningkat,  karena  retribusi  hanya  akan  dibebankan  kepada  masyarakat  yang mendapatkan pelayanan pengolahan sampah.
7.1.5 Nilai Sisa Salvage Value
Nilai sisa merupakan nilai diakhir proyek yang berasal dari peralatan dan mesin-mesin yang masih memiliki umut ekonomis. Nilai sisa tersebut dinyatakan
dalam  satuan  rupiah.  Cara  perhitungan  nilai  sisa  berdasarkan  penyusutan  garis lurus,  contoh  perhitungan  untuk  satu  mesin  pengayak,  dengan  harga  perunit
pencacah  Rp  30.000.000,00  dan  umur  teknis  7  tahun,  maka  nilai  penyusustan pertahunnya  adalah  Rp  30.000.000,00:  7  tahun  =  Rp  4.285.714,20  apabila  umur
proyek  20  tahun  maka  berdasarkan  umur  teknis  pencacah  akan  mengalami  tiga kali  pembelian  dan  masih  memiliki  umur  teknis  selama  1  tahun  setelah  proyek
selesai,  sehingga  nilai  sisa  dari  mesin  pencacah  adalah  satu  tahun  dikali  nilai penyusutan  yaitu sekitar Rp 428.5714,20. Begitupun untuk perhitungan peralatan
dan  prasarana  penunjang  IPST  lainnya.  Total  nilai  sisa  investasi  peralatan  pada IPST  adalah  Rp  1.396.290.476,00.  Total  nilai  sisa  tersebut  diperoleh  dari  beban
penyusustan  dikali  dengan  sisa  umur  ekonomis,  sehingga  komponen-komponen investasi lain tidak mempunyai nilai karena komponen tersebut diasumsikan habis
selama proyek berlangsung. Rincian nilai sisa pada proyek IPST dapat dilihat pada Tabel 15.
95
Tabel 15. Nilai Sisa Investasi IPST Kota Bogor
Uraian Jumlah
satuan Harga Total
Umur Ekonomis
Penyusutan Nilai Sisa
Bangunan IPST 10  2.000.000.000
20 100.000.000
- Tanah
2.000 600.000.000
600.000.000 Gudang
1 500.000.000
20 25.000.000
- Tanah
1.000 300.000.000
300.000.000 Mesin Pencacah
10 400.000.000
5 80.000.000
- mesin  pengayak
kasar 10
300.000.000 7
42.857.142 42.857.142
Mesin  Pengayak Halus
10 300.000.000
7 42.857.142
42.857.142 Mesin Mixing
10 300.000.000
5 60.000.000
- Mesin
Press Plastik
5 300.000.000
10 30.000.000
- Cangkul
40 2.000.000
3 666.666
666.666 Garu
40 2.000.000
3 666.666
666.666 Pengki
60 900.000
3 300.000
300.000 Sekop
40 2.000.000
3 666.666
666.666 Selang 10 meter
10 500.000
3 166.666
166.666 Roll Kabel
10 500.000
3 166.666
166.666 Gerobak Sampah
20 40.000.000
5 8.000.000
- Gerobak Sampah
Motor 20
400.000.000 5
80.000.000 -
Truk  FE  Super HD 136 PS
3 676.200.000
15 45.080.000
450.800.000
Total 516.427.619  1.396.290.476
7.2 Arus Biaya Outflow