Analisis laba rugi Analisis Kelayakan Finansial Proyek IPST

102

7.2.4 Pajak Penghasilan

Pajak merupakan biaya di dalam analisis finansial. Pajak yang diperhitungkan adalah yang berhubungan dengan pengurangan manfaat bersih yang diterima bisnis IPST. Pajak di dalam cashflow diambil dari pajak yang ada pada laporan labarugi dengan ketentuan penaksiran pajak mengikuti peraturan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a tentang pajak penghasilan, yaitu penetapan pajak sebesar 25 persen dari laba. Setiap skenario memiliki besaran pajak yang berbeda-beda terkait dengan laba bersih setelah bunga yang berbeda, namun rata-rata skenario baru memiliki laba setelah tahun ke-3, maka pajak ditetapkan mulai dari tahun ke-3 sampai dengan selesai proyek. Rincian pajak pada analisis labarugi masing-masing skenario dapat dilihat pada lampiran.

7.3 Analisis laba rugi

Analisis Laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas proyek IPST di Kota Bogor. Proyeksi laba rugi juga digunakan untuk menentukan besar nilai pajak yang harus dibayarkan oleh pengelola dari usaha ini. Terdapat empat analisis laba rugi pada empat skenario penelitian ini. Proyeksi laba rugi dari proyek IPST Kota Bogor dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan perhitungan laba rugi Skenario I, total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh selama 20 tahun adalah Rp 7.868.162.135 selama umur proyek IPST. Sedangkan pada Skenario II proyeksi total akumulasi laba bersih setelah pajak adalah empat kali proyeksi Skenario I yaitu sebesar Rp 28.013.446.130 . Berdasarkan perhitungan laba rugi Skenario III, total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh selama 20 tahun adalah Rp 3.930.477.302 selama umur proyek IPST. Sedangkan pada Skenario IV proyeksi total akumulasi laba bersih setelah pajak adalah Rp 20.129.837.155 yakni senilai lima kali proyeksi laba dari Skenario III.

7.4 Analisis Kelayakan Finansial Proyek IPST

Kelayakan finansial proyek IPST dilihat dari beberapa kriteria, yaitu NPV, IRR, Net BC dan pay back periode. Masing-masing skenario memiliki nilai kriteria kelayakan yang berbeda. Skenario dengan kriteria paling baik, akan 103 menjadi rekomendasi untuk dilaksanakan pada proyek IPST yang akan diaplikasikan di Kota Bogor.

7.4.1 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I

Tabel 22 memperlihatkan hasil analisis finansial kelayakan usaha IPST Skenario I dengan tingkat diskonto discount rate 7 persen. Tabel 22. Kriteria Kelayakan Finansial Proyek IPST Skenario I No Kriteria Kelayakan Nilai 1 NPV Rp 2.178.187.903 2 IRR 11 3 Net BC 1,34 4 Payback Periode Tahun 8 tahun 9 bulan Berdasarkan perhitungan arus kas cashflow Skenario I menunjukkan nilai NPV yang diperoleh adalah positif sebesar Rp 2.178.187.903. Nilai tersebut menunjukkan proyek IPST yang dilakukan menurut nilai sekarang akan memberikan keuntungan untuk dilaksanakan sebab memberikan keuntungan sebesar Rp 2.178.187.903 selama umur proyek 20 tahun. Sedangkan nilai Net BC merupakan rasio antara net benefit manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Pada proyek IPST dengan Skenario I akan memberikan nilai Net BC sebesar 1,34, artinya proyek ini akan memberikan manfaat bersih atau keuntungan sebesar 1,34 tiap satu satuan kerugian proyek IPST.. Dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikorbankan pada proyek ini akan mengasilkan benefit sebesar 1,03 rupiah dari biaya tersebut. Meskipun berdasarkan indikator kelayakan angka tersebut memenuhi faktor kelayakan namun angka tersebut sangat tidak signifikan dalam menghasilkan keuntungan proyek. Tingkat pengembalian internal proyek atau internal rate of return IRR pada Skenario I mencapai angka 11 persen. Sehingga dapat artikan tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0 pada proyek IPST adalah 11 persen. Dengan kata lain proyek IPST dengan Skenario I layak untuk dijalankan, karena tingkat internal rate of return IRR pada skenario ini lebih 104 tinggi dibandingkan tingkat bunga deposito yang digunakan sebagai discount rate proyek. Menanamkan investasi pada usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan menyimpan modal sebagai deposito di Bank. Kriteria terakhir pada analisis kelayakan finansial proyek IPST adalah Payback period, kriteria ini mencoba mengukur seberapa cepat biaya-biaya yang dikeluarkan dalam investasi proyek bisa kembali. Semakin pendek periode pengembalian investasi proyek IPST maka kegiatan tersebut akan semakin baik. Payback periode pada IPST dengan Skenario I adalah 8 tahun 9 bulan. Waktu tersebut masih berada dibawah umur proyek 20 tahun, maka menurut kriteria kelayakan investasi angka payback periode proyek IPST dengan Skenario I masih tergolong layak untuk dijalankan.

7.4.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario II

Tabel 23 memperlihatkan hasil analisis finansial kelayakan usaha IPST Skenario II dengan tingkat diskonto 7 persen. Berdasarkan perhitungan arus kas cashflow Skenario II menunjukkan nilai NPV yang diperoleh adalah positif sebesar Rp 10.348.745.728. Nilai ini berarti proyek IPST yang dilakukan menurut nilai sekarang akan memberikan keuntungan untuk dilaksanakan sebab memberikan keuntungan sebesar Rp 10.348.745.728 selama umur proyek dua puluh tahun. Sedangkan nilai Net BC menunjukkan nilai 2,74, artinya proyek ini akan memberikan manfaat bersih atau keuntungan sebesar 2,74 yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian proyek IPST. Dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikorbankan pada proyek ini akan mengasilkan benefit sebesar 2,74 rupiah. Angka tersebut cukup signifikan karena menunjukkan tingkat keuntungan hampir tiga kali lipat dari biaya yang dikeluarkan, oleh karena itu proyek IPST dengan Skenario II ditinjau dari nilai Net BC layak untuk dijalankan. Tabel 23. Kriteria Kelayakan Finansial Proyek IPST Skenario II No Kriteria Kelayakan Nilai 1 NPV Rp 10.348.745.728 2 IRR 19 3 Net BC 2,74 4 Payback Periode Tahun 6 tahun 5 bulan 105 Tingkat pengembalian internal proyek atau internal rate of return IRR pada Skenario II adalah sebesar 19 persen. Sehingga dapat artikan IPST dengan Skenario II layak untuk dijalankan, karena tingkat internal rate of return IRR pada skenario ini lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga deposito yang digunakan sebagai discount rate proyek. Dengan kata lain, menanamkan investasi pada usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan menyimpan modal sebagai deposito di Bank. Sedangkan payback periode pada IPST dengan Skenario II adalah 6 tahun 5 bulan. Waktu tersebut masih jauh berada dibawah umur proyek 20 tahun, maka proyek IPST Kota Bogor dengan skenario II ditinjau dari nilai payback periode layak untuk dijalankan.

7.4.3 Analisis Kelayakan Finansial Skenario III

Skenario III memiliki kesamaan dengan Skenario I yaitu menggunakan mekanisme tipping fee sebagai penerimaan selain penjualan output pengolahan sampah. Namun pada skenario ini, modal investasi sebesar 50 persen atau senilai tiga miliyar rupiah merupakan pinjaman dari bank, sehingga kriteria pada skenario ini memiliki kriteria tersendiri yang perlu diketahui sebagai salah satu rekomendasi model dalam pelaksanaan proyek IPST Kota Bogor. Tabel 24 memperlihatkan hasil analisis finansial kelayakan usaha IPST Skenario III dengan tingkat diskonto 10,5 persen. Tabel 24. Kriteria Kelayakan Finansial Proyek IPST Skenario III No Kriteria Kelayakan Nilai 1 NPV Rp 3.348.002.538 2 IRR 12 3 Net BC 1,22 4 Payback Periode Tahun 10 tahun 4 bulan Berdasarkan perhitungan, arus kas cashflow skenario III menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp 3.348.002.538. Nilai ini berarti proyek IPST layak dilaksanakan. Sebab, menurut nilai sekarang proyek ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 3.348.002.538 selama umur proyek dua puluh tahun. Sedangkan nilai Net BC pada proyek IPST dengan Skenario III sebesar 1,22. Artinya proyek ini akan memberikan manfaat bersih atau keuntungan sebesar 1,22 106 tiap satu satuan kerugian proyek IPST. Dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikorbankan pada proyek ini akan mengasilkan benefit sebesar 1,22 rupiah dari biaya tersebut. Tingkat pengembalian internal proyek IRR pada Skenario III adalah sebesar 12 persen. Hal tersebut dapat artikan tingkat discount rate yang akan menghasilkan NPV sama dengan 0 pada proyek IPST adalah 12 persen, sehingga proyek IPST dengan Skenario III layak untuk dijalankan, karena tingkat internal rate of return IRR pada skenario ini lebih tinggi dibandingkan tingkat opportunity cost of capital OCC tertimbang yang digunakan sebagai discount rate proyek ini yaitu 10,5 persen. Dengan kata lain, bisnis ini memiliki kemampuan mengembalikan pinjaman modal sebesar Rp 3.000.000.000 dengan bunga kredit sebesar 14 persen pertahun, dan masih memiliki resistensi terhadap peningkatan suku bunga kredit sampai dengan 17 persen pertahun. Menanamkan investasi pada usaha ini juga lebih menguntungkan dibandingkan menyimpan modal sebagai deposito di Bank dengan tingkat suku bunga 7 persen, sebab usaha ini memiliki tingkat pengembalian investasi sebesar 10 persen dengan asumsi suku bunga kredit sebesar 14 persen. Kriteria terakhir adalah Payback period, kriteria ini sebagai ukuran seberapa cepat biaya-biaya yang dikeluarkan dalam investasi proyek bisa kembali. Angka payback periode pada IPST dengan Skenario III adalah 10 tahun 4 bulan. Waktu tersebut masih berada dibawah umur proyek yaitu 20 tahun, maka menurut kriteria kelayakan investasi angka payback periode proyek IPST dengan Skenario III masih tergolong layak untuk dijalankan.

7.4.4 Analisis Kelayakan Finansial Skenario IV

Skenario IV memiliki kesamaan dengan Skenario II yaitu menggunakan mekanisme retribusi sebagai penerimaan selain penjualan output pengolahan sampah. Namun pada skenario ini, modal investasi sebesar 50 persen atau senilai tiga miliyar rupiah merupakan pinjaman dari bank, sehingga kriteria pada skenario ini memiliki kriteria tersendiri yang perlu diketahui sebagai salah satu rekomendasi model dalam pelaksanaan proyek IPST Kota Bogor. Tabel 25 memperlihatkan hasil analisis finansial kelayakan usaha IPST Skenario IV dengan tingkat diskonto 10,5 persen. Berdasarkan perhitungan, arus kas cashflow 107 Skenario IV menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp 11.928.697.747. Nilai ini menunjukkan proyek IPST layak dijalankan. Hal tersebut karena menurut nilai sekarang proyek IPST akan memberikan keuntungan sebesar Rp 11.928.697.747 selama umur proyek dua puluh tahun. Tabel 25. Kriteria Kelayakan Finansial Proyek IPST Skenario IV No Kriteria Kelayakan Nilai 1 NPV Rp 11.928.697.747 2 IRR 22 3 Net BC 3,01 4 Payback Periode Tahun 6 tahun 10 bulan Nilai Net BC menunjukkan nilai 3,01, yang artinya proyek ini akan memberikan manfaat bersih atau keuntungan sebesar 3,01 yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian proyek IPST. Dengan kata lain setiap satu rupiah biaya yang dikorbankan pada proyek ini akan mengasilkan benefit sebesar 3,01 rupiah. Angka tersebut cukup optimistik karena menunjukkan tingkat keuntungan mencapai tiga kali lipat dari biaya yang dikeluarkan, oleh karena itu proyek IPST dengan Skenario IV berdasarkan kriteria nilai Net BC layak untuk dijalankan. Tingkat pengembalian internal proyek atau internal rate of return IRR pada Skenario IV adalah sebesar 22 persen. Sehingga dapat artikan IPST dengan Skenario IV layak untuk dijalankan, karena tingkat pengembalian internal pada Skenario ini lebih tinggi dibandingkan tingkat opportunity cost of capital OCC tertimbang yang digunakan sebagai discount rate proyek ini yaitu 10,5 persen. Dengan kata lain, bisnis ini memiliki kemampuan mengembalikan pinjaman modal sebesar Rp 3.000.000.000 dengan bunga kredit sebesar 14 persen pertahun, dan masih memiliki resistensi terhadap peningkatan suku bunga kredit sampai dengan 37 persen pertahun. Menanamkan investasi pada usaha ini juga lebih menguntungkan dibandingkan menyimpan modal sebagai deposito di Bank dengan tingkat suku bunga 7 persen, sebab usaha ini memiliki tingkat pengembalian investasi sebesar 30 persen dengan asumsi suku bunga kredit 108 sebesar 14 persen. Kriteria terakhir adalah Payback period. Angka payback periode pada IPST dengan Skenario IV adalah 6 tahun 10 bulan. Waktu tersebut berada dibawah umur proyek yaitu 20 tahun, maka menurut kriteria kelayakan investasi angka payback periode proyek IPST dengan Skenario IV layak untuk dijalankan.

7.4.5 Perbandingan Hasil Analisis Kelayakan Finansial Keempat Skenario

Berdasarkan hasil perhitungan cashflow, setiap skenario pada empat skenario yang diujikan memiliki nilai kriteria investasi yang berbeda. Perbandingan hasil analisis kelayakan finansial tersebut bertujuan untuk melihat skenario manakah yang memberikan keuntungan terbaik dilihat dari kriteria NPV, Net BC, IRR, dan Payback periode, sehingga dapat menjadi rekomendasi dalam sistem pelaksanaan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu IPST Kota Bogor dalam rangka membangun kerjasama dengan swasta sebagai pengelola sampah waste management. Perbandingan nilai kriteria investasi pada empat skenario penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Perbandingan Kriteria Investasi Finansial IPST Kota Bogor dalam Empat Skenario Berbeda No Kriteria Kelayakan Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV 1 NPV Rp 2.178.187. 903 10.348.745. 728 3.348.002. 538 11.928.697. 747 2 IRR 11 19 12 22 3 Net BC 1,34 2,74 1,22 3,01 4 Payback Periode Tahun 8 tahun 9 bulan 6 tahun 5 bulan 10 tahun 4 bulan 6 tahun 10 bulan Berdasarkan perbandingan kriteria investasi pada Tabel 26, semua skenario pada penelitian ini memenuhi nilai kelayakan sehingga semua skenario memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dan diterapkan pada pengelolaan IPST. Namun dapat diketahui bahwa Skenario IV memiliki kriteria kelayakan paling menarik. Hal tersebut karena nilai pada empat kriteria investasi proyek yaitu NPV, IRR, Net BC dan payback periode, Skenario IV lebih tinggi dibandingkan 109 skenario lainnya. Urutan kelayakan selanjutnya adalah Skenario II dengan nilai kriteria investasi yang hampir tidak berbeda jauh dengan Skenario IV, kemudian Skenario III dan Skenario I sebagai skenario pengelolaan IPST yang memiliki nilai kriteria investasi paling kecil. Sehingga badan usaha atau swasta yang realistis akan lebih memilih menjalankan proyek IPST Kota Bogor dengan mekasnisme pada Skenario IV, dimana perusahaan mendapatkan pemasukan dari retribusi masyarakat yang mendapatkan pelayanan penanganan sampah, dan melakukan pinjaman modal kepada bank minimal sebesar 50 persen sebagai investasi pada pembangunan IPST yang akan dilaksanakan.

7.5 Analisis Switching Value