30
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.  Kerangka Pemikiran Teoritis
Pendirian  infrastruktur  IPST  dinilai  sebagai  salah  satu  proyek  besar Pemerintah  Kota  Bogor  di  Tahun  2011.  Proyek  ini  direncanakan  akan
bekerjasama  dengan  swasta  dengan  bentuk  kerjasama  konsesi  dengan  pilihan mekanisme  pembayaran  tipping  fee  atau  retribusi.  Untuk  menarik  minat  swasta
dalam  rangka  berinvestasi  dalam  proyek  tersebut  diperlukan  suatu  analisis terhadap  kelayakan  usaha  sehingga  dapat  menjadi  bahan  pertimbangan  investor
mengenai  proyeksi  keuntungan  dalam  proyek  pengelolaan  IPST.  Sebelum dilakukan  pembahasan  terkait  analisis  kelayaan  proyek  IPST,  perlu  diketahui
beberapa pengertian dalam kerangka pemikiran teoritis penelitian ini, diantaranya pengertian proyek, serta aspek-aspek dalam analisis kelayakan proyek yang terdiri
dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial ekonomi, hukum, dan finansial.
3.1.1.  Pengertian Proyek
Pengertian  proyek  menurut  Gray  et.al,  1993  adalah  kegiatan-kegiatan yang  dapat  direncanakan  dan  dilaksanakan  dalam  satu  bentuk  kesatuan  dengan
mempergunakan  sumber-sumber  untuk  mendapatkan  benefit  atau  manfaat berbentuk  tingkat  konsumsi  yang  lebih  besar,  perbaikan  tingkat  pendidikan  atau
kesehatan,  dan  perbaikan  suatu  sistem  atau  struktur.  Kegiatan  yang  dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan
dalam  satu  proyek  maupun  hasil-hasil  proyek  tersebut  dapat  dipisahkan  dari sumber-sumber  yang  dipergunakan  dan  hasil-hasil  dari  kegiatan  yang  lain.
Kegiatan  yang  dapat  direncanakan  berarti:  1  baik  biaya  maupun  hasil-hasil pokok  dari  proyek  dapat  dihitung  atau  diperkirakan  dan  2  kegiatan-kegiatan
dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber-sumber yang terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin.
Sumber-sumber  yang  dipergunakan  dalam  pelaksanaan  proyek  tersebut dapat  berbentuk  barang-barang  modal,  tanah,  bahan-bahan  setengah  jadi,  bahan-
bahan  mentah,  tenaga  kerja,  dan  waktu.  Sumber-sumber  tersebut,  sebagian  atau seluruhnya  dapat  dianggap  sebagai  barang  atau  jasa  konsumsi  yang  dikorbankan
31 dari  penggunaan  masa  sekarang  untuk  memperoleh  benefit  yang  lebih  besar  di
masa  yang akan datang.  Suatu proyek dapat dinyatakan berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan benefit lagi. Kegiatan proyek tersebut adalah dapat
berupa  pembangunan  pabrik  atau  gedung,  perkebunan,  proyek  irigasi, pembangunan jalan, dan sebagainya.
Kadariah et.al,  1999 mendefinisikan proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas  yang  menggunakan  sumber-sumber  untuk  mendapatkan  kemanfaatan
benefit  atau  suatu  aktivitas  yang  mengeluarkan  uang  dengan  harapan  untuk mendapatkan  hasil  return  di  waktu  yang  akan  datang  dan  yang  dapat
direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Secara khusus, Gittinger 1986 menjelaskan mengenai proyek pertanian,
yang  didefinisikan  sebagai  suatu  kegiatan  investasi  di  bidang  pertanian  yang mengubah  sumber-sumber  finansial  menjadi  barang-barang  kapital  yang  dapat
menghasilkan  keuntungan  atau  manfaat  setelah  beberapa  periode  waktu.  Dalam penjelasannya,  Gittinger  menyatakankan  bahwa  proyek  berbeda  dengan  kegiatan
investasi.  Biasanya  proyek  pertanian  dianggap  sebagai  kegiatan  investasi  yang mengubah  sumber-sumber  finansial  menjadi  barang-barang  yang  dapat
menghasilkan  keuntungan-keuntungan  atau  manfaat-manfaat  setelah  beberapa periode  waktu.  Akan  tetapi  pada  beberapa  proyek,  biaya-biaya  produksi  atau
pemeliharaan  yang  telah  dikeluarkan  diharapkan  dapat  memberikan  keuntungan atau  manfaat  secara  cepat,  dalam  jangka  waktu  satu  tahun.  Dalam  suatu  proyek
pertanian,  batasan  antara  “pengeluaran  investasi”  dan  “pengeluaran  produksi” dalam suatu proyek pertanian tidak semuanya jelas. Perbedaan di antara keduanya
adalah hanya pada waktu yang digunakan dalam proses pertumbuhan atau proses produksi dan perolehan manfaat dari kegiatan proyek yang dilakukan.
Dari  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  pengertian  proyek  secara  umum. pada umumnya, proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda
dari  kegiatan  investasi  atau  pada  kegiatan  investasi  yang  sama  tetapi  berbeda proyek,  dan  berbeda  dari  kegiatan  penggantinya,  bukan  merupakan  bagian  rutin
dari suatu program proyek yang sedang dilaksanakan. Proyek merupakan kegiatan dengan  batasan  waktu  yang  jelas  jangka  waktu  tertentu  yang  direncanakan
sebelum pelaksanaannya.
32
3.1.2.  Pengertian dan Tujuan Analisis Kelayakan Proyek
Gittinger 1986 mendefinisikan studi kelayakan  proyek sebagai  analisis untuk  membandingkan  biaya-biaya  dengan  manfaatnya  dan  menentukan  proyek-
proyek  yang  mempunyai  keuntungan  yang  layak.  Sedangkan  menurut  Umar 2005, studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu
proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Analisis  kelayakan  proyek  juga  didefinisikan  sebagai  penelitian  tentang
dapat-tidaknya suatu proyek  dilaksanakan dengan berhasil Husnan dan Sarwono 2000.  Analisis  kelayakan  proyek  merupakan  suatu  analisis  yang  dapat
menunjukkan  apakah  suatu  bisnis  atau  proyek  pembangunan  yang  direncanakan atau  sedang  berjalan  layak  untuk  dilaksanakan  atau  layak  untuk  dipertahankan
pelaksanaannya. Tujuan  dari  analisis  proyek  menurut  Gittinger  1986  adalah  untuk
memperbaiki  pemilihan  investasi.  Hal  ini  dilakukan  karena  sumber-sumber  yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, sehingga perlu dilakukan pemilihan di
antara  berbagai  macam  proyek.  Kesalahan  dalam  pemilihan  proyek  dapat mengakibatkan  pengorbanan  terhadap  sumber-sumber  langka.  Untuk  sebagian
besar  kegiatan  pembangunan  pertanian,  persiapan  pelaksanaan  proyek  secara cermat  merupakan  cara  yang  terbaik  yang  dapat  dilakukan  untuk  menjamin
terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien, dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu atau jadwal.
Selain  itu,  menurut  Gray  et.al,  1993,  tujuan  analisis  proyek  adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam
suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber daya  yang terbatas,  yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan
penilaian  terhadap  peluang  investasi  yang  ada,  sehingga  dapat  dipilih  alternatif proyek  yang  paling  menguntungkan,  dan  menentukan  prioritas  investasi.  Untuk
mengetahui  tingkat  keuntungan  suatu  calon  proyek,  perlu  dihitung  benefit  dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek.
Menurut  Husnan  dan  Sarwono  2000,  suatu  proyek  dapat  dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi yang terdiri dari:
33 1
Manfaat finansial proyek terhadap proyek itu sendiri disebut sebagai manfaat finansial,  yang  berarti  apakah  proyek  itu  dipandang  cukup  menguntungkan
apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2
Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan disebut manfaat ekonomi,  yang  menunjukkan  manfaat  proyek  tersebut  bagi  ekonomi  makro
suatu negara. 3
Manfaat sosial proyek bagi masyarakat di sekitar proyek.
3.1.3.  Aspek-aspek Analisis Kelayakan Proyek
Untuk  dapat  merencanakan  dan  menganalisis  proyek,  diperlukan pertimbangan  mengenai  berbagai  aspek  yang  mungkin  terlibat  dan  secara
bersama-sama  menentukan  keuntungan  yang  diperoleh  dari  suatu  penanaman investasi  tertentu.  Proses  analisis  setiap  aspek  saling  terkait  antara  satu  aspek
dengan aspek lainnya, sehingga analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi dan berhubungan. Hal ini penting dilakukan, agar kelak tidak terjadi under valued
kekurangan  nilai  perkiraan  manfaat  maupun  tidak  over  valued  kelebihan  nilai perkiraan  biaya  yang  dikeluarkan.  Kesalahan  dalam  menaksir  manfaat  maupun
biaya  dapat  mengakibatkan  tujuan  suatu  bisnisproyek  tidak  tercapai,  bahkan mungkin menghasilkan kerugian, tidak saja bagi pelaksana bisnis, tetapi juga bagi
masyarakat luas. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam analisis kelayakan bisnis
proyek  tergantung  dari  jenis  bisnisproyek  yang  akan  dilaksanakan  atau  sedang berlangsung.  Gittinger  1986  menyatakan  ada  enam  aspek  yang  harus
dipertimbangkan dalam proyek-proyek pertanian, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek  manajemen  aspek  institusional-organisasi-manajerial,  aspek  sosial,  aspek
finansial, dan aspek ekonomi.
3.1.3.1.  Aspek Pasar
Menurut  Gittinger  1986,  aspek  komersial  suatu  proyek  adalah  rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang
dibutuhkan  untuk  kelangsungan  dan  pelaksanaan  proyek.  Para  pemasar menggunakan  sejumlah  alat  untuk  mendapatkan  tanggapan  dari  pasar  yang
diinginkan dari pasar sasaran mereka,  yang membentuk suatu bauran pemasaran.
34 Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk  terus-menerus  mencapai  tujuan  pemasarannya,  yang  diklasifikasikan  ke dalam  empat  kelompok  luas  yang  sering  disebut  4P,  yaitu  terdiri  dari:  produk
product,  harga  price,  tempat  place,  dan  promosi  promotion.  4P  ini menggambarkan  pandangan  penjual  mengenai  alat-alat  pemasaran  yang  dapat
digunakan untuk memengaruhi pembeli.
3.1.3.1.1.  Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats
SWOT  merupakan  alat  analisis  yang  digunakan  untuk  mengidentifikasi ancaman,  peluang,  kelemahan,  dan  kekuatan  dalam  lingkungan  suatu  organisasi
David 2006. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk  merumuskan  strategi  organisasi.  Analisis  ini  didasarkan  pada  logika  yang
dapat  memaksimalkan  kekuatan  dan  peluang,  namun  secara  bersamaan  juga meminimalkan  kelemahan  dan  ancaman  yang  ada.  Analisis  SWOT  dilaksanakan
dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu: 1
Fokus  mendasar  pertama  adalah  peluang  yakni  situasi  penting  yang menguntungkan  dalam  lingkungan  perusahaan,  serta  ancaman  yaitu  situasi
penting yang tidak menguntungkan perusahaan. 2
Fokus  mendasar  kedua  adalah  identifikasi  terhadap  kekuatan  internal  yaitu sumberdaya,  keterampilan  atau  keunggulan-keunggulan  relatif  terhadap
pesaing  dan  kebutuhan  pasar  yang  dilayani  atau  yang  ingin  dilayani perusahaan,  serta  kelemahan  internal  yaitu  keterbatasan  dan  kekurangan
sumberdaya. Matriks  SWOT  merupakan  alat  penyesuaian  matching  tool  yang  penting  untuk
membantu  mengembangkan  empat  tipe  strategi  David  2006.  Keempat  strategi tersebut adalah:
1 Strategi  S-O  kekuatan-peluang—strengths-opportunities,  strategi  ini
menggunakan  kekuatan  internal  perusahaan  untuk  mengambil  peluang- peluang yang ada di luar perusahaan.
2 Strategi  W-O  kelemahan-peluang—weakness-opportunities,  strategi  ini
bertujuan  untuk  memperkecil  kelemahan-kelemahan  internal  perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
35 3
Strategi  S-T  kekuatan-ancaman—strengths-threats,  melalui  strategi  ini perusahaan  berusaha  untuk  menghindari  atau  mengurangi  dampak  dari
ancaman-ancaman eksternal
dengan menggunakan
kekuatan yang
dimilikinya. 4
Strategi W-T
kelemahan-ancaman—weakness-threats, strategi
ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal
serta menghindari ancaman. Analisis  SWOT  pada  penelitian  ini  digunakan  untuk  membantu
memprediksi  kebijakan  terkait  pemasaran  output  IPST  khususnya  pemasaran kompos.  Pemasaran  output  plastik  bekas  hasil  pengolahan  sampah  pada  IPST
tidak  dimasukan  dalam analisis  SWOT  karena  dinilai  telah  memiliki  pasar  yang lebih  jelas,  yaitu  pengumpul  plastik  di  daerah  Kota  Bogor  dan  sekitarnya
sehingga tidak diperlukan kebijakan khusus dalam hal pemasarannya.
3.1.3.2.  Aspek Teknis
Analisis  teknis  berhubungan  dengan  input  proyek  penyediaan,  dan output produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisis secara teknis
akan  menguji  hubungan-hubungan  teknis  yang  mungkin  dalam  suatu  proyek pertanian  yang  diusulkan,  keadaan  tanah  di  daerah  proyek  dan  potensinya  bagi
pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas bibit tanaman dan benih ternak yang  cocok  dengan  areal  proyek,  pengadaan  produksi,  potensi  dan  keinginan
penggunaan  mekanisasi  dan  pemupukan  areal,  dan  alat-alat  kontrol  yang diperlukan.
Menurut  Umar  2005,  terdapat  tiga  hal  pokok  yang  dihadapi  suatu proyek terkait dengan aspek teknis atau kegiatan operasional, yaitu:
1 Penentuan Lokasi Usaha atau Posisi Perusahaan.
Penentuan  posisi  perusahaan  dalam  masyarakat  bertujuan  agar  keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat dijalankan secara
ekonomis,  efektif,  dan  efisien.  Oleh  karena  itu,  diperlukan  keputusan  yang tepat  mengenai  posisi  perusahaan  yang  dapat  ditentukan  dengan
mempertimbangkan  pemilihan  strategi  berproduksi,  penentuan  produk  yang akan dihasilkan ditawarkan, dan kualitas produk
36 2
Desain Usaha. Desain  mencakup  perancangan  fasilitas  operasi  yang  akan  digunakan,
meliputi perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang digunakan, rencana  kapasitas  mesin  yang  digunakan,  perencanaan  bangunan,  tata  letak
layout bangunan, dan lingkungan kerja. 3
Operasional Usaha. Operasional  usaha  terjadi  pada  saat  proses  produksi  sudah  berjalan,
diantaranya  mencakup  hal-hal  rencana  produksi,  rencana  persediaan  bahan baku,  penjadwalan  kerja  pegawai,  pengawasan  kualitas,  dan  pengawasan
biaya produksi.
3.1.3.3.  Aspek Manajemen dan Hukum
Manajemen  merupakan  proses  mengkoordinasikan  kegiatan-kegiatan  atau pekerjaan-pekerjaan  sehingga  dapat  terselesaikan  secara  efektif  dan  efisien,
dengan  dan  melalui  orang  lain.  Aspek  manajemen  berhubungan  dengan bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya nanti. Aspek
manajemen  juga  berkaitan  dengan  pertimbangan  mengenai  sesuai  atau  tidaknya proyek  tersebut  dengan  susunan  organisasi  proyek  agar  sesuai  dengan  prosedur
organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian petani yang ada untuk menangani proyek.  Aspek  manajemen  menurut  Gittinger  1986  terdiri  dari  aspek
institusional,  organisasional,  dan  manajerial  yang  tumpang-tindih  overlapping yang dapat memengaruhi pelaksanaan proyek. Pada proyek pertanian, perusahaan
harus mempertimbangkan kemampuan manajerial para petani yang akan ikut serta dalam  proyek.  Jika  petani  memiliki  pengalaman  terbatas  pada  masalah  produksi,
maka  mereka  harus  diberikan  waktu  yang  cukup  agar  dapat  meningkatkan kemampuan mereka.
Menurut  Husnan  dan  Sarwono  2000,  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam aspek manajemen ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan
yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang
digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Sedangkan  aspek  hukum  menurut  Nurmalina  et.al  2009  mempelajari
tentang  bentuk  badan  usaha  yang  akan  digunakan  dikaitkan  dengan  kekuatan
37 hukum  dan  konsekuensinya,  dan  mempelajari  jaminan-jaminan  yang  bisa
disediakan  bila  akan  menggunakan  sumber  dana  yang  bisa  disediakan  bila  akan menggunakan  sumber  dana  yang  berupa  pinjaman,  berbagai  akta,  sertifikat,  dan
izin. Disamping hal tersebut aspek hukum legalitas dari sebuah kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat
menjalin jaringan kerjasama networking dengan pihak lain. 3.1.3.4. Aspek Sosial Ekonomi, dan Lingkungan
Analisis  aspek  sosial  ekonomi  dan  lingkungan  berkaitan  dengan  dampak sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan dari adanya bisnis atau
proyek  yang  akan  dilaksanakan  dan  kesesuaian  dengan  pola  sosial  budaya  dan lingkungan  masyarakat  setempat.  Gittinger  1986  menyatakan  bahwa
pertimbangan-pertimbangan  sosial  harus  dipikirkan  secara  cermat  agar  dapat menentukan  apakah  suatu  proyek  yang  diusulkan  tanggap  responsive  terhadap
keadaan sosial atau lingkungan tersebut. Analisis aspek ini juga berkenaan dengan kontribusi  bisnis  atau  proyek  terhadap  manfaat  ekonomi,  seperti  penyerapan
tenaga kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Analisis  aspek  ekonomi  digunakan  untuk  menilai  apakah  suatu  bisnis
mampu  memberikan  peluang  peningkatan  pendapatan  masyarakat,  pendapatan asli  daerah,  pendapatan  dari  pajak,  dan  dapat  menambah  aktivitas  ekonomi.
Analisis  aspek  sosial  dilakukan  guna  mempertimbangkan  pola  dan  kebiasaan- kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek, serta implikasi sosial
yang lebih luas dengan adanya investasi proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana
kualitas  hidup  masyarakat  dengan  adanya  proyek.  Informasi  berkaitan  dengan lingkungan  perusahaan  diperlukan  untuk  mengetahui  seberapa  jauh  lingkungan
tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi proyek.
3.1.3.5.  Aspek Finansial
Menurut  Gittinger  1986,  analisis  aspek  finansial  merupakan  proyeksi anggaran  penerimaan  dan  pengeluaran  bruto  pada  masa  yang  akan  datang  setiap
tahunnya.  Tujuan  dari  analisis  aspek  finansial  menurut  Umar  2003  pada  suatu analisis  kelayakan  proyek  adalah  untuk  menentukan  rencana  investasi  melalui
38 perhitungan  biaya  dan  manfaat  yang  diharapkan,  dengan  membandingkan  antara
pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek  untuk  membayar  kembali  dana  tersebut  dalam  kurun  waktu  yang  telah
ditentukan, dan menilai apakah suatu proyek akan dapat berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.
Analisis  aspek  finansial  ini  didasarkan  pada  data  proyeksi  keuangan  atau data  keuangan  historis.  Untuk  proyek  pada  perusahaan  atau  usaha  yang  telah
berjalan,  perhitungan  keuangan  menggunakan  data  historis  perusahaan  sejak permulaan  proyek,  sedangkan  untuk  proyek  yang  baru,  laporan  tersebut  akan
diproyeksikan sampai melewati umur proyek. 3.1.4.  Teori Biaya dan Manfaat
Dalam  menganalisis  suatu  proyek,  penyusunan  arus  biaya  dan  arus manfaat  sangat  penting  untuk  mengukur  besarnya  nilai  tambah  yang  diperoleh
dengan adanya proyek. Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat
adalah  segala  sesuatu  yang,  baik  langsung  maupun  tidak  langsung,  membantu tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek Gittinger 1986.
Menurut Kuntjoro 2002, biaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1
Biaya  modal,  merupakan  dana  untuk  investasi  yang  penggunaannya  bersifat jangka  panjang.  Contoh  dari  biaya  modal  adalah:  tanah,  bangunan  dan
perlengkapannya,  pabrik  dan  mesin-mesinnya,  biaya  pendahuluan  sebelum operasi, biaya penelitian, dan sebagainya.
2 Biaya  operasional,  disebut  juga  biaya  modal  kerja,  merupakan  kebutuhan
dana  yang  dikeluarkan  pada  saat  proyek  mulai  dilaksanakan.  Biaya  ini didasarkan  pada  situasi  produksi,  artinya  biaya  dibutuhkan  sesuai  dengan
tahapan  operasi.  Contoh  dari  biaya  operasional  adalah  biaya  bahan  mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan, dan biaya penunjang.
3 Biaya lainnya, merupakan biaya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek,
seperti pajak, bunga pinjaman, dan asuransi.
39 Di  sisi  lain  Kadariah  1999,  membedakan  manfaat  proyek  menjadi  tiga
jenis, yaitu: 1
Manfaat  langsung  direct  benefit,  yaitu  manfaat  yang  langsung  dirasakan dalam  suatu  proyek,  seperti  kenaikan  dalam  produksi  fisik,  perbaikan  mutu
produk,  perubahan  dalam  bentuk  grading  and  processing  dan  keuntungan dari mekanisasi.
2 Manfaat  tidak  langsung  indirect  benefits,  yaitu  manfaat  yang  timbul  atau
dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi dari suatu proyek. 3
Manfaat  yang  tidak  dapat  diukur  intangible  benefits,  yaitu  suatu  manfaat yang  sulit  dinilai  dengan  uang,  seperti  perbaikan  lingkungan  hidup  dan
kesehatan  masyarakat,  perbaikan  pemandangan  karena  adanya  taman,  dan perbaikan distribusi pendapatan.
Gittinger 1986 menyebutkan beberapa biaya yang terdapat dalam proyek pertanian  antara  lain  adalah:  barang-barang  fisik,  tenaga  kerja,  tanah,  cadangan-
cadangan tak terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan  nilai  suatu  proyek  dapat  diketahui  melalui  peningkatan  produksi,
perbaikan  kualitas,  perubahan  dalam  waktu  penjualan,  perubahan  dalam  bentuk produksi,  pengurangan  biaya  melalui  mekanisasi,  pengurangan  biaya
pengangkutan, penghindaran kerugian, dan manfaat tidak langsung dari proyek. 3.1.5.  Laporan Cash Flow
Laporan cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukkan asal perolehan sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek, perlu diketahui tiga jenis arus
kas, yaitu Halim 2009: 1
Arus  kas  keluar  awal  initial  cash  flow,  yaitu  pengeluaran-pengeluaran  kas awal yang dilakukan sehubungan dengan dilakukan suatu investasi.
2 Arus  kas  operasional  operational  cash  flow,  yaitu  penerimaan-penerimaan
kas  yang  diperoleh  setelah  suatu  investasi  beroperasi.  Di  samping penerimaan-penerimaan kas, juga terdapat pengeluaran-pengeluaran kas yang
terjadi setelah suatu investasi beroperasi.
40 3
Terminal  arus  kas  terminal  cash  flow,  yaitu  penerimaan-penerimaan  yang diperoleh  dari  nilai  sisa  salvage  value  suatu  investasi  danatau
pengembalian modal kerja working capital.
3.1.6.  Laporan Laba Rugi
Laporan  laba  rugi  adalah  suatu  proses  keuangan  yang  mencantumkan penerimaan  dan  pengeluaran  suatu  perusahaan  selama  periode  akuntansi  yang
menunjukkan  hasil  operasi  perusahaan  selama  periode  tersebut.  Laba  adalah merupakan  selisih  antara  penerimaan  dengan  pengeluaran.  Penerimaan  laba
diperoleh  dari  penjualan  barang  dan  jasa  yang  dikurangi  dengan  potongan penjualan,  barang  yang  dikembalikan,  dan  pajak  penjualan.  Pengeluaran  tunai
untuk  operasi  mencakup  seluruh  pengeluaran  tunai  yang  timbul  untuk memproduksi output, diantaranya adalah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku
Gittinger 1986. Komponen  lain  dalam  laporan  laba  rugi  adalah  adanya  biaya  penjualan,
biaya umum, dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap  laba  bruto  akan  menghasilkan  laba  operasi  sebelum  penyusutan.
Penyusutan,  termasuk  pengeluaran  operasi  bukan  tunai,  yang  merupakan  proses alokasi  biaya  yang  berasal  dari  harta  tetap  tersebut  menjadi  berkurang.
Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.
3.1.7.  Kriteria Investasi
Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau  penolakan  atau  pengurutan  suatu  proyek,  telah  dikembangkan  berbagai  cara
atau kriteria yang disebut sebagai kriteria investasi investment criteria. Menurut Kadariah et.al 1999, pada umumnya terdapat empat kriteria investasi yang dapat
digunakan untuk penilaian kelayakan dari investasi suatu proyek, yaitu: 1
Net present value NPV, merupakan selisih antara present value dari benefit
dan present value dari biaya. 2
Internal  Rate  of  Return IRR,  merupakan  nilai  discount  rate  i  yang
membuat NPV dari proyek sama dengan nol.
41 3
Net  Benefit-Cost  Ratio Net  BC,  merupakan  perbandingan  antara  present
value total  dari  benefit  bersih  dalam  tahun-tahun  dimana  benefit  bersih  itu
bersifat positif dengan present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor.
4 Payback  Period
PP,  merupakan  suatu  periode  yang  diperlukan  untuk menutup  kembali  pengeluaran  investasi  initial  cash  investment  dengan
menggunakan aliran kas.
3.1.8.  Penentuan Tingkat Diskonto
Dalam  penghitungan  kriteria-kriteria  investasi,  harus  ditentukan  tingkat diskonto  opportunity  cost  of  capital  atau  OCC  proyek  dengan  tepat.  Dalam
kriteria  NPV  dan  BC  Ratio,  tingkat  diskonto  ditentukan  terlebih  dahulu  untuk mendiskonto semua arus biaya dan manfaat proyek. Sedangkan dalam perhitungan
IRR,  tingkat  diskonto  digunakan  sebagai  pembanding  apakah  IRR  proyek  lebih besar daripada OCC atau tidak. Ada beberapa cara untuk menentukan OCC, yaitu
the  marginal  cost  of  money ,  tingkat  keuntungan  yang  diharapkan  pebisnis,  dan
tingkat  pengembalian  terbaik  rate  of  return  dari  proyek  alternatif  Suryana 2008.
The  marginal  cost  of  money dari  proyek  yang  dianalisis  sering  disebut
sebagai  tingkat  bunga  pinjaman,  jika  modal  proyek  merupakan  modal  pinjaman, baik dari seorang investor maupun dari lembaga-lembaga keuangan. Dalam hal ini
tingkat bunga pinjaman dapat digunakan sebagai OCC proyek. Jika sumber modal adalah  berasal  dari  kombinasi  antara  uang  sendiri  dan  uang  pinjaman,  maka
dipergunakan  rata-rata  tertimbang  antara  keduanya.  Misalnya  modal  pinjaman adalah  Rp  X,-,  tingkat  bunga  pinjaman  adalah  i  persen  per  tahun,  modal  sendiri
adalah Rp Y,- dengan OCC = r persen per tahun, maka rata-rata tertimbang OCC dari sumber-sumber dana tersebut adalah:
Tingkat  keuntungan  yang  diharapkan  oleh  pebisnis,  jika  pemilik  proyek mengharapkan tingkat pengembalian modal rate of return sebesar 20 persen per
tahun,  maka  OCC  yang  digunakan  dalam  proyek  adalah  20  persen.  Tingkat
42 pengembalian terbaik rate of return dari proyek alternatif yang dapat atau ingin
dilakukan,  jika  proyek  alternatif  diperkirakan  adalah  dapat  menghasilkan  tingkat pengembalian modal sebesar 30 persen per tahun, maka paling tidak proyek yang
dianalisis  harus  dapat  memberikan  tingkat  pengembalian  dalam  jumlah  yang sama.  Dengan  demikian,  OCC  yang  digunakan  untuk  proyek  yang  dianalisis
adalah 30 persen. Selain  menggunakan  perhitungan  tersebut,  dalam  penentuan  tingkat
diskonto juga dapat digunakan nilai suku bunga yang ditetapkan dari suatu bank, yang  disebut  sebagai  discount  rate.  Hal  ini  dapat  dipahami  berdasarkan  adanya
biaya  imbangan  yang  dapat  diperoleh  dari  suatu  kegiatan  proyek  atau  investasi. Jika seorang investor atau pelaku usaha menyimpan atau menabungkan uang yang
dimilikinya  dalam  suatu  bank,  maka  selama  beberapa  waktu  ke  depan  dengan present  value
akan  didapatkan  peningkatan  jumlah  uang  yang  dimiliki  dalam bank tersebut, karena mendapatkan tambahan berupa bunga uang dari bank  yang
bersangkutan.  Melalui  faktor  ini,  maka  dalam  perhitungan  dan  analisis  suatu proyek  atau  kegiatan  investasi,  diperlukan  perbandingan  antara  hasil  perhitungan
kriteria  investasi,  terutama  IRR,  dengan  nilai  suku  bunga  yang  berlaku  atau ditetapkan  pada  suatu  bank.  Jika  nilai  IRR  melebihi  nilai  suku  bunga  discount
rate yang  berlaku  pada  bank,  maka  proyek  tersebut  dianggap  telah  layak
memenuhi salah satu kriteria investasi.
3.2   Kerangka Pemikiran Operasional