Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Kelayakan Bisnis Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Kota Bogor

30

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pendirian infrastruktur IPST dinilai sebagai salah satu proyek besar Pemerintah Kota Bogor di Tahun 2011. Proyek ini direncanakan akan bekerjasama dengan swasta dengan bentuk kerjasama konsesi dengan pilihan mekanisme pembayaran tipping fee atau retribusi. Untuk menarik minat swasta dalam rangka berinvestasi dalam proyek tersebut diperlukan suatu analisis terhadap kelayakan usaha sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan investor mengenai proyeksi keuntungan dalam proyek pengelolaan IPST. Sebelum dilakukan pembahasan terkait analisis kelayaan proyek IPST, perlu diketahui beberapa pengertian dalam kerangka pemikiran teoritis penelitian ini, diantaranya pengertian proyek, serta aspek-aspek dalam analisis kelayakan proyek yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, sosial ekonomi, hukum, dan finansial.

3.1.1. Pengertian Proyek

Pengertian proyek menurut Gray et.al, 1993 adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit atau manfaat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perbaikan suatu sistem atau struktur. Kegiatan yang dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam satu proyek maupun hasil-hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan yang lain. Kegiatan yang dapat direncanakan berarti: 1 baik biaya maupun hasil-hasil pokok dari proyek dapat dihitung atau diperkirakan dan 2 kegiatan-kegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber-sumber yang terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin. Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek tersebut dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan- bahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumber-sumber tersebut, sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan 31 dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa yang akan datang. Suatu proyek dapat dinyatakan berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan benefit lagi. Kegiatan proyek tersebut adalah dapat berupa pembangunan pabrik atau gedung, perkebunan, proyek irigasi, pembangunan jalan, dan sebagainya. Kadariah et.al, 1999 mendefinisikan proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan benefit atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil return di waktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Secara khusus, Gittinger 1986 menjelaskan mengenai proyek pertanian, yang didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Dalam penjelasannya, Gittinger menyatakankan bahwa proyek berbeda dengan kegiatan investasi. Biasanya proyek pertanian dianggap sebagai kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Akan tetapi pada beberapa proyek, biaya-biaya produksi atau pemeliharaan yang telah dikeluarkan diharapkan dapat memberikan keuntungan atau manfaat secara cepat, dalam jangka waktu satu tahun. Dalam suatu proyek pertanian, batasan antara “pengeluaran investasi” dan “pengeluaran produksi” dalam suatu proyek pertanian tidak semuanya jelas. Perbedaan di antara keduanya adalah hanya pada waktu yang digunakan dalam proses pertumbuhan atau proses produksi dan perolehan manfaat dari kegiatan proyek yang dilakukan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian proyek secara umum. pada umumnya, proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dari kegiatan investasi atau pada kegiatan investasi yang sama tetapi berbeda proyek, dan berbeda dari kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu program proyek yang sedang dilaksanakan. Proyek merupakan kegiatan dengan batasan waktu yang jelas jangka waktu tertentu yang direncanakan sebelum pelaksanaannya. 32

3.1.2. Pengertian dan Tujuan Analisis Kelayakan Proyek

Gittinger 1986 mendefinisikan studi kelayakan proyek sebagai analisis untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek- proyek yang mempunyai keuntungan yang layak. Sedangkan menurut Umar 2005, studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Analisis kelayakan proyek juga didefinisikan sebagai penelitian tentang dapat-tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil Husnan dan Sarwono 2000. Analisis kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat menunjukkan apakah suatu bisnis atau proyek pembangunan yang direncanakan atau sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau layak untuk dipertahankan pelaksanaannya. Tujuan dari analisis proyek menurut Gittinger 1986 adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Hal ini dilakukan karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, sehingga perlu dilakukan pemilihan di antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber langka. Untuk sebagian besar kegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan proyek secara cermat merupakan cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin terpakainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien, dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu atau jadwal. Selain itu, menurut Gray et.al, 1993, tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan sumber-sumber daya yang terbatas, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada, sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek, perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Menurut Husnan dan Sarwono 2000, suatu proyek dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi yang terdiri dari: 33 1 Manfaat finansial proyek terhadap proyek itu sendiri disebut sebagai manfaat finansial, yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2 Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan disebut manfaat ekonomi, yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3 Manfaat sosial proyek bagi masyarakat di sekitar proyek.

3.1.3. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Proyek

Untuk dapat merencanakan dan menganalisis proyek, diperlukan pertimbangan mengenai berbagai aspek yang mungkin terlibat dan secara bersama-sama menentukan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Proses analisis setiap aspek saling terkait antara satu aspek dengan aspek lainnya, sehingga analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi dan berhubungan. Hal ini penting dilakukan, agar kelak tidak terjadi under valued kekurangan nilai perkiraan manfaat maupun tidak over valued kelebihan nilai perkiraan biaya yang dikeluarkan. Kesalahan dalam menaksir manfaat maupun biaya dapat mengakibatkan tujuan suatu bisnisproyek tidak tercapai, bahkan mungkin menghasilkan kerugian, tidak saja bagi pelaksana bisnis, tetapi juga bagi masyarakat luas. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam analisis kelayakan bisnis proyek tergantung dari jenis bisnisproyek yang akan dilaksanakan atau sedang berlangsung. Gittinger 1986 menyatakan ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam proyek-proyek pertanian, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek finansial, dan aspek ekonomi.

3.1.3.1. Aspek Pasar

Menurut Gittinger 1986, aspek komersial suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan dari pasar yang diinginkan dari pasar sasaran mereka, yang membentuk suatu bauran pemasaran. 34 Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya, yang diklasifikasikan ke dalam empat kelompok luas yang sering disebut 4P, yaitu terdiri dari: produk product, harga price, tempat place, dan promosi promotion. 4P ini menggambarkan pandangan penjual mengenai alat-alat pemasaran yang dapat digunakan untuk memengaruhi pembeli.

3.1.3.1.1. Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats

SWOT merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi ancaman, peluang, kelemahan, dan kekuatan dalam lingkungan suatu organisasi David 2006. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada. Analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu: 1 Fokus mendasar pertama adalah peluang yakni situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, serta ancaman yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan perusahaan. 2 Fokus mendasar kedua adalah identifikasi terhadap kekuatan internal yaitu sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau yang ingin dilayani perusahaan, serta kelemahan internal yaitu keterbatasan dan kekurangan sumberdaya. Matriks SWOT merupakan alat penyesuaian matching tool yang penting untuk membantu mengembangkan empat tipe strategi David 2006. Keempat strategi tersebut adalah: 1 Strategi S-O kekuatan-peluang—strengths-opportunities, strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil peluang- peluang yang ada di luar perusahaan. 2 Strategi W-O kelemahan-peluang—weakness-opportunities, strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. 35 3 Strategi S-T kekuatan-ancaman—strengths-threats, melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya. 4 Strategi W-T kelemahan-ancaman—weakness-threats, strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Analisis SWOT pada penelitian ini digunakan untuk membantu memprediksi kebijakan terkait pemasaran output IPST khususnya pemasaran kompos. Pemasaran output plastik bekas hasil pengolahan sampah pada IPST tidak dimasukan dalam analisis SWOT karena dinilai telah memiliki pasar yang lebih jelas, yaitu pengumpul plastik di daerah Kota Bogor dan sekitarnya sehingga tidak diperlukan kebijakan khusus dalam hal pemasarannya.

3.1.3.2. Aspek Teknis

Analisis teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan, dan output produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang diusulkan, keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas bibit tanaman dan benih ternak yang cocok dengan areal proyek, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi dan pemupukan areal, dan alat-alat kontrol yang diperlukan. Menurut Umar 2005, terdapat tiga hal pokok yang dihadapi suatu proyek terkait dengan aspek teknis atau kegiatan operasional, yaitu: 1 Penentuan Lokasi Usaha atau Posisi Perusahaan. Penentuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat dijalankan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang tepat mengenai posisi perusahaan yang dapat ditentukan dengan mempertimbangkan pemilihan strategi berproduksi, penentuan produk yang akan dihasilkan ditawarkan, dan kualitas produk 36 2 Desain Usaha. Desain mencakup perancangan fasilitas operasi yang akan digunakan, meliputi perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang digunakan, rencana kapasitas mesin yang digunakan, perencanaan bangunan, tata letak layout bangunan, dan lingkungan kerja. 3 Operasional Usaha. Operasional usaha terjadi pada saat proses produksi sudah berjalan, diantaranya mencakup hal-hal rencana produksi, rencana persediaan bahan baku, penjadwalan kerja pegawai, pengawasan kualitas, dan pengawasan biaya produksi.

3.1.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Manajemen merupakan proses mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan sehingga dapat terselesaikan secara efektif dan efisien, dengan dan melalui orang lain. Aspek manajemen berhubungan dengan bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya nanti. Aspek manajemen juga berkaitan dengan pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya proyek tersebut dengan susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian petani yang ada untuk menangani proyek. Aspek manajemen menurut Gittinger 1986 terdiri dari aspek institusional, organisasional, dan manajerial yang tumpang-tindih overlapping yang dapat memengaruhi pelaksanaan proyek. Pada proyek pertanian, perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan manajerial para petani yang akan ikut serta dalam proyek. Jika petani memiliki pengalaman terbatas pada masalah produksi, maka mereka harus diberikan waktu yang cukup agar dapat meningkatkan kemampuan mereka. Menurut Husnan dan Sarwono 2000, hal yang perlu diperhatikan dalam aspek manajemen ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Sedangkan aspek hukum menurut Nurmalina et.al 2009 mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan dikaitkan dengan kekuatan 37 hukum dan konsekuensinya, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum legalitas dari sebuah kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama networking dengan pihak lain. 3.1.3.4. Aspek Sosial Ekonomi, dan Lingkungan Analisis aspek sosial ekonomi dan lingkungan berkaitan dengan dampak sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan yang disebabkan dari adanya bisnis atau proyek yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Gittinger 1986 menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap responsive terhadap keadaan sosial atau lingkungan tersebut. Analisis aspek ini juga berkenaan dengan kontribusi bisnis atau proyek terhadap manfaat ekonomi, seperti penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Analisis aspek ekonomi digunakan untuk menilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Analisis aspek sosial dilakukan guna mempertimbangkan pola dan kebiasaan- kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek, serta implikasi sosial yang lebih luas dengan adanya investasi proyek. Beberapa pertanyaan yang biasa dijadikan masalah adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja atau bagaimana kualitas hidup masyarakat dengan adanya proyek. Informasi berkaitan dengan lingkungan perusahaan diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi proyek.

3.1.3.5. Aspek Finansial

Menurut Gittinger 1986, analisis aspek finansial merupakan proyeksi anggaran penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang setiap tahunnya. Tujuan dari analisis aspek finansial menurut Umar 2003 pada suatu analisis kelayakan proyek adalah untuk menentukan rencana investasi melalui 38 perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam kurun waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah suatu proyek akan dapat berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Analisis aspek finansial ini didasarkan pada data proyeksi keuangan atau data keuangan historis. Untuk proyek pada perusahaan atau usaha yang telah berjalan, perhitungan keuangan menggunakan data historis perusahaan sejak permulaan proyek, sedangkan untuk proyek yang baru, laporan tersebut akan diproyeksikan sampai melewati umur proyek. 3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat Dalam menganalisis suatu proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang, baik langsung maupun tidak langsung, membantu tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek Gittinger 1986. Menurut Kuntjoro 2002, biaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1 Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang. Contoh dari biaya modal adalah: tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin-mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya penelitian, dan sebagainya. 2 Biaya operasional, disebut juga biaya modal kerja, merupakan kebutuhan dana yang dikeluarkan pada saat proyek mulai dilaksanakan. Biaya ini didasarkan pada situasi produksi, artinya biaya dibutuhkan sesuai dengan tahapan operasi. Contoh dari biaya operasional adalah biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan, dan biaya penunjang. 3 Biaya lainnya, merupakan biaya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek, seperti pajak, bunga pinjaman, dan asuransi. 39 Di sisi lain Kadariah 1999, membedakan manfaat proyek menjadi tiga jenis, yaitu: 1 Manfaat langsung direct benefit, yaitu manfaat yang langsung dirasakan dalam suatu proyek, seperti kenaikan dalam produksi fisik, perbaikan mutu produk, perubahan dalam bentuk grading and processing dan keuntungan dari mekanisasi. 2 Manfaat tidak langsung indirect benefits, yaitu manfaat yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi dari suatu proyek. 3 Manfaat yang tidak dapat diukur intangible benefits, yaitu suatu manfaat yang sulit dinilai dengan uang, seperti perbaikan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, perbaikan pemandangan karena adanya taman, dan perbaikan distribusi pendapatan. Gittinger 1986 menyebutkan beberapa biaya yang terdapat dalam proyek pertanian antara lain adalah: barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan- cadangan tak terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu proyek dapat diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian, dan manfaat tidak langsung dari proyek. 3.1.5. Laporan Cash Flow Laporan cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan asal perolehan sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek, perlu diketahui tiga jenis arus kas, yaitu Halim 2009: 1 Arus kas keluar awal initial cash flow, yaitu pengeluaran-pengeluaran kas awal yang dilakukan sehubungan dengan dilakukan suatu investasi. 2 Arus kas operasional operational cash flow, yaitu penerimaan-penerimaan kas yang diperoleh setelah suatu investasi beroperasi. Di samping penerimaan-penerimaan kas, juga terdapat pengeluaran-pengeluaran kas yang terjadi setelah suatu investasi beroperasi. 40 3 Terminal arus kas terminal cash flow, yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari nilai sisa salvage value suatu investasi danatau pengembalian modal kerja working capital.

3.1.6. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu proses keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba adalah merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya adalah biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku Gittinger 1986. Komponen lain dalam laporan laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum, dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan, termasuk pengeluaran operasi bukan tunai, yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

3.1.7. Kriteria Investasi

Dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara atau kriteria yang disebut sebagai kriteria investasi investment criteria. Menurut Kadariah et.al 1999, pada umumnya terdapat empat kriteria investasi yang dapat digunakan untuk penilaian kelayakan dari investasi suatu proyek, yaitu: 1 Net present value NPV, merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. 2 Internal Rate of Return IRR, merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. 41 3 Net Benefit-Cost Ratio Net BC, merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif dengan present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor. 4 Payback Period PP, merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi initial cash investment dengan menggunakan aliran kas.

3.1.8. Penentuan Tingkat Diskonto

Dalam penghitungan kriteria-kriteria investasi, harus ditentukan tingkat diskonto opportunity cost of capital atau OCC proyek dengan tepat. Dalam kriteria NPV dan BC Ratio, tingkat diskonto ditentukan terlebih dahulu untuk mendiskonto semua arus biaya dan manfaat proyek. Sedangkan dalam perhitungan IRR, tingkat diskonto digunakan sebagai pembanding apakah IRR proyek lebih besar daripada OCC atau tidak. Ada beberapa cara untuk menentukan OCC, yaitu the marginal cost of money , tingkat keuntungan yang diharapkan pebisnis, dan tingkat pengembalian terbaik rate of return dari proyek alternatif Suryana 2008. The marginal cost of money dari proyek yang dianalisis sering disebut sebagai tingkat bunga pinjaman, jika modal proyek merupakan modal pinjaman, baik dari seorang investor maupun dari lembaga-lembaga keuangan. Dalam hal ini tingkat bunga pinjaman dapat digunakan sebagai OCC proyek. Jika sumber modal adalah berasal dari kombinasi antara uang sendiri dan uang pinjaman, maka dipergunakan rata-rata tertimbang antara keduanya. Misalnya modal pinjaman adalah Rp X,-, tingkat bunga pinjaman adalah i persen per tahun, modal sendiri adalah Rp Y,- dengan OCC = r persen per tahun, maka rata-rata tertimbang OCC dari sumber-sumber dana tersebut adalah: Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pebisnis, jika pemilik proyek mengharapkan tingkat pengembalian modal rate of return sebesar 20 persen per tahun, maka OCC yang digunakan dalam proyek adalah 20 persen. Tingkat 42 pengembalian terbaik rate of return dari proyek alternatif yang dapat atau ingin dilakukan, jika proyek alternatif diperkirakan adalah dapat menghasilkan tingkat pengembalian modal sebesar 30 persen per tahun, maka paling tidak proyek yang dianalisis harus dapat memberikan tingkat pengembalian dalam jumlah yang sama. Dengan demikian, OCC yang digunakan untuk proyek yang dianalisis adalah 30 persen. Selain menggunakan perhitungan tersebut, dalam penentuan tingkat diskonto juga dapat digunakan nilai suku bunga yang ditetapkan dari suatu bank, yang disebut sebagai discount rate. Hal ini dapat dipahami berdasarkan adanya biaya imbangan yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan proyek atau investasi. Jika seorang investor atau pelaku usaha menyimpan atau menabungkan uang yang dimilikinya dalam suatu bank, maka selama beberapa waktu ke depan dengan present value akan didapatkan peningkatan jumlah uang yang dimiliki dalam bank tersebut, karena mendapatkan tambahan berupa bunga uang dari bank yang bersangkutan. Melalui faktor ini, maka dalam perhitungan dan analisis suatu proyek atau kegiatan investasi, diperlukan perbandingan antara hasil perhitungan kriteria investasi, terutama IRR, dengan nilai suku bunga yang berlaku atau ditetapkan pada suatu bank. Jika nilai IRR melebihi nilai suku bunga discount rate yang berlaku pada bank, maka proyek tersebut dianggap telah layak memenuhi salah satu kriteria investasi.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional