86
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
Analisis  kelayakan  finansial  pada  10  IPST  di  Kota  Bogor  bertujuan memproyeksi  anggaran  yang  akan  mengestimasi  penerimaan  dan  pengeluaran
pada masa  yang akan datang setiap tahun. Hal tersebut dijadikan sebagai sumber informasi  mengenai  kelayakan  usaha  yang  dijalankan.  Apabila  secara  finansial
usaha tersebut layak, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor pendukung dikembangkannya
instalasi-instalasi pengolahan
sampah terpadu
yang direncanakan akan diaplikasikan pada setiap kelurahan di Kota Bogor.
Tingginya  biaya  operasional  pengelolaan  sampah  pada  IPST  yang  tidak seimbang dengan penjualan output menyebabkan proyek ini dapat menjadi beban
terhadap  pengelola  IPST  yang  ditangani  pihak  swasta.  Oleh  karena  itu,  untuk menutupi biaya operasional yang tinggi tersebut diperlukan pemasukan lain diluar
penjualan  output  IPST  melalui  mekanisme  pembayaran  atas  usaha  pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola IPST. Umumnya, mekanisme pembayaran
kontrak konsesi pada kerjasama scavanger operation berasal dari tipping fee yang langsung  dibayarkan  pemerintah  kepada  swasta,  atau  mekanisme  pembayaran
retribusi  secara  langsung  dibayarkan  masyarakat  kepada  pengelola  IPST  atas layanan  kebersihan  yang  dilakukan  oleh  pengelola  IPST.  Penelitian  ini  berusaha
mengetahui  manakah  mekanisme  pembayaran  yang  lebih  disukai  oleh  pihak swasta,  sebagai  pendapatan  di  luar  penjualan  output  IPST,  melalui  penilaian
terhadap ukuran kriteria kelayakan finansial pada penelitian ini. Untuk menjawab hal  tersebut,  analisis  kelayakan  finansial  pada  penelitian  ini  akan  dibagi  menjadi
empat  skenario  model.  Skenario  I  IPST  dijalankan  berdasarkan  pemasukan  dari penjualan output dan pendapatan tipping fee yang dibayarkan pemerintah sebagai
public service untuk pengolahan sampah kepada manajemen  IPST dengan modal
investasi  swasta.  Target  layanan  standar  IPST  adalah  1500  KK  dengan  rata-rata timbulan  sampah  3  kg  KK  per  hari.  Sehingga  estimasi  jumlah  sampah  optimal
yang diolah oleh satu IPST per hari adalah 4,5 ton atau setara dengan 15m
3.
Jika terdapat 10 lokasi IPST di Kota Bogor, maka jumlah sampah yang akan direduksi
adalah  45  ton  perhari  atau  setara  dengan  150  m
3
.  Adapun  Skenario  II  IPST dijalankan berdasarkan pemasukan dari penjualan output dan pendapatan retribusi
87 masyarakat  yang  mendapatkan  layanan  pengelolaan  sampah  atau  lokasi  IPST
dengan  modal  investasi  swasta.  Skenario  III  dan  Skenario  IV  merupakan modifikasi modal dari Skenario I dan II. Skenario III IPST dijalankan berdasarkan
pemasukan  dari  penjualan  output  dan  tipping  fee  yang  dibayarkan  pemerintah sebagai public service untuk pengolahan sampah kepada manajemen IPST dengan
modal  pinjaman  bank.  Sedangkan  Skenario  IV  IPST  dijalankan  berdasarkan pemasukan dari penjualan output dan retribusi masyarakat di sekitar pengelolaan
sampah atau lokasi IPST dengan modal pinjaman bank. Umur proyek untuk IPST ini  adalah  20  tahun  yang  didasarkan  dari  umur  ekonomis  bangunan  IPST  dan
Gudang.  Namun  berdasarkan  kondisi  di  lapangan  umur  proyek  dapat  mencapai lebih dari 20 tahun.
7.1 Arus Manfaat Inflow