menurunkan pertumbuhan ekonomi Boediono, 1995. Gambar 4.2 merupakan perbandingan pertumbuhan ekonomi daerah dengan laju inflasi di masing-masing
provinsi di Pulau Jawa. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa cenderung memiliki dampak yang negatif. Ketika terjadi
inflasi yang cukup tinggi 2005 2008 akan diikuti dengan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing provinsi pada tahun berikutnya.
4.2 Hubungan Inflasi dengan Jumlah Uang Beredar dan Pengeluaran
Pemerintah Hubungan antara inflasi, jumlah uang beredar dan pengeluaran pemerintah
menjadi isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal sebagaimana kita ketahui uang beredar merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter,
sedangkan pengeluaran pemerintah merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal.
Uang yang beredar di masyarakat lebih banyak diterjemahkan sebagai narrow money
M1. Hal ini disebabkan karena masih adanya anggapan bahwa uang kuasi hanya merupakan bagian dari likuiditas perbankan. Gambar 4.3
memberikan informasi persentase laju jumlah uang yang beredar pada perekonomian. Apabila dikaitkan dengan laju inflasi di masing-masing provinsi
pada perekonomian regional, maka secara umum hubungan jumlah uang beredar dan inflasi memiliki hubungan yang negatif. Ketika laju inflasi cenderung tinggi,
maka Bank Sentral meresponnya dengan mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya ketika laju inflasi cenderung rendah maka persentase jumlah uang
beredar cenderung meningkat. Sebagai salah satu kebijakan fiskal, pengeluaran pemerintah memegang
peranan yang penting dalam mendukung kelancaran mekanisme sistem pemerintahan sebagai upaya efisiensi dan produktivitas nasional. Sejak
dimulainya era otonomi daerah pada tahun 2001, hal ini membawa konsekuensi tidak saja pada desentralisasi politik dan administrasi, tetapi juga pada
desentralisasi fiskal. Implikasi dari kebijakan desentralisasi fiskal ini adalah pemerintah diberikan kewenangan untuk menggali sumber-sumber pendapatan,
termasuk meminjam dari luar negeri, disamping kewenangan untuk menentukan belanja rutin dan belanja investasi. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi alokasi sumber daya daerah sehingga idealnya akan mendorong daya saing daerah yang akan berujung pada peningkatan kesejahteraan daerah.
Sumber: BI BPS Diolah
Gambar 4.3 Perbandingan Perubahan Laju Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi di Pulau Jawa 2002-2010
Selama periode 2001-2002 pengeluaran pemerintah daerah rutin mengalami peningkatan, tetapi besarnya kenaikan pengeluaran pemerintah
berbeda-beda di masing-masing provinsi di Pulau Jawa. Terkait dengan inflasi, Gambar 4.4 memberikan informasi mengenai pertumbuhan laju pengeluaran
pemerintah dan laju inflasi di masing-masing provinsi. Berdasarkan Gambar 4.4
hubungan antara laju pengeluaran pemerintah dengan laju inflasi di masing- masing provinsi cenderung beragam. Hal tersebut disebabkan karena besarnya
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus mempertimbangkan besarnya penerimaan daerah. Penerimaan daerah sendiri cenderung beragam di
masing-masing provinsi. Beragamnya pengeluaran pemerintah masing-masing provinsi disebabkan oleh perbedaan struktur perekonomian pada masing-masing
daerah. Akibatnya hubungan pengeluaran pemerintah dan inflasi cenderung beragam pada masing-masing provinsi di Pulau Jawa.
Sumber: BPS Diolah
Gambar 4.4 Perbandingan Perubahan Laju Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi di Pulau Jawa 2002-2010
4.3 Hubungan Inflasi dengan Upah Minimum