suatu negara atau wilayah. Peningkatan kualitas infrastruktur transportasi dapat menyebabkan dua kondisi yang berbeda, yaitu akan mendorong peningkatan
ekspor atau sebaliknya akan meningkatkan permintaan atas produk impor. Bila kemudian yang terjadi adalah peningkatan ekspor maka pengaruhnya terhadap
harga cenderung menjadi negatif, namun jika yang terjadi sebaliknya dampaknya terhadap inflasi menjadi positif Oosterhaven dan Elhorst, 2003.
2.7 Penelitian Terdahulu
Novi Lestari 2003 dalam Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Pada Perekonomian Regional Indonesia
menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi inflasi dan menyebabkan perubahan tingkat harga umum
di dua puluh enam provinsi di Indonesia. Penelitian ini diestimasi menggunakan metode regresi data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model FEM. Hasil
regresi menunjukkan bahwa dari sisi permintaan agregat inflasi dipengaruhi oleh jumlah uang beredar berpengaruh negatif, pendapatan perkapita berpengaruh
positif, sedangkan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Dari sisi penawaran agregat inflasi dipengaruhi oleh upah berpengaruh negatif, impor
berpengaruh positif, sedangkan investasi tahun lalu tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Penelitian ini menemukan bahwa inflasi regional juga dipicu oleh
sisi penawaran agregat. Hal tersebut sesuai dengan teori strukturalis yang menyatakan bahwa inflasi pada negara berkembang juga disebabkan oleh naiknya
biaya-biaya produksi. Bambang P.S Brodjonegoro, Telissa Falianty dan Beta Y Gitaharie 2005
dalam Determinant Factors of Regional Inflation in Decentralized Indonesia meneliti faktor-faktor yang memengaruhi inflasi pada perekonomian regional
pada perekonomian yang ter-desentralisasi. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square
OLS dan Vector Auto Regression VAR dalam menentukan determinan moneter atau non-moneter yang memiliki kontribusi
terbesar terhadap inflasi pada perekonomian regional. Kemudian dilakukan estimasi dengan menggunakan metode regresi data panel dengan pendekatan FEM
terhadap determinan yang paling dominan memengaruhi inflasi pada
perekonomian regional. Hasil yang didapat ternyata inflasi lebih dipengaruhi determinan non-moneter dengan faktor-faktor yang memengaruhi antara lain,
Pendapatan Asli Daerah PAD, pengeluaran rutin pemerintah daerah dan biaya transportasi yang semuanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi
regional. Rizki E Wimanda 2006 dalam Regional Inflation in Indonesia:
Characteristic, Convergence, and Determinants melakukan penelitian mengenai
karakteristik, konvergensi dan determinan inflasi regional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Granger Causality dan koefisien korelasi untuk
menganalisis karakteristik inflasi, metode koefisien konvergensi β untuk
menganalisis konvergensi tingkat harga dan metode OLS untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi inflasi pada perekonomian regional. Hasilnya
adalah banyak wilayah di Indonesia yang memiliki keterkaitan inflasi yang tinggi terutama regional pulau Jawa terhadap wilayah lainnya, inflasi regional di
Indonesia cenderung divergen dan determinan yang paling memengaruhi inflasi pada perekonomian regional adalah ekspektasi inflasi dan perubahan nilai tukar.
Muhammad Z Hamzah dan Eleonora Solfida 2006 dalam Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Pengeluaran Pemerintah dan Nilai Tukar terhadap Inflasi
di Indonesia: Pendekatan Error Correction Model ECM meneliti tentang
seberapa besar pengaruh yang diberikan jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah dan nilai tukar terhadap inflasi di Indonesia pada jangka pendek dan
jangka panjang. Penelitian ini diestimasi dengan metode Error Correction Model ECM. Hasil estimasi model dalam jangka pendek menyimpulkan bahwa jumlah
uang beredar, pengeluaran pemerintah dan nilai tukar memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan terhadap laju inflasi. Sedangkan dalam jangka
panjang, hasil estimasi menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah dan nilai tukar memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap laju inflasi. Reza Satrya Arjakusuma 2009 dalam Analisis Inflasi Regional di
Indonesia melakukan penelitian untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya
inflasi regional di Indonesia, terutama terkait apakah berasal dari demand-pull
inflation ataukah cost-push inflation. Penelitian ini diestimasi dengan metode
VAR dan Vector Error Correction Model VECM. Hasil estimasi menyimpulkan bahwa varaibel harga beras dunia paling mempengaruhi tingkat inflasi regional di
Indonesia disusul dengan harga minyak dunia akibatnya hampir seluruh regional di Indonesia mengalami incomplete passthrough akibat guncangan harga beras
dan minyak dunia. John Beirne 2009 dalam Vulnerability of Inflation in The New EU
Member States to Country-Specific and Global Factors melakukan penelitian
untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan atau memicu terjadinya inflasi secara komprehensif pada sepuluh negara anggota baru dari Uni Eropa. Penelitian
ini diestimasi dengan dengan metode regresi data panel dinamis System- Generalized Method of Moment
SYS-GMM. Hasil regresi menyimpulkan bahwa inflasi inersia, nilai tukar nominal efektif NEER, defist fiskal, belanja
pemerintah, investasi PMTB, kondisi infrastruktur dan variabel-variabel yang menggambarkan tekanan inflasi yang berasal dari faktor global harga minyak,
harga pangan, shock nilai tukar dan aksesi uni eropa berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di negara-negara yang diteliti.
Jun Nagayasu 2009 dalam Regional Inflation in China melakukan penelitian mengenai perkembangan dalam tingkat harga dan inflasi di dua puluh
tujuh region di China. Penelitian ini diestimasi dengan menggunakan metode regresi data panel dengan pendekatan Random Effect Model REM. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa inflasi secara signifikan dipengaruhi oleh jumlah uang beredar M1M2 berpengaruh positif, kredit berpengaruh positif,
produktivitas berpengaruh negatif dan nilai tukar berpengaruh positif. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa semua parameter pada penelitian ini bersesuaian
dengan teori ekonomi. Dwi Wahyuni 2011 dalam Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Inflasi dari Sisi Penawaran meneliti faktor-faktor yang memengaruhi inflasi dan
menyebabkan perubahan tingkat harga umum di Indonesia bila dilihat dari gangguan sisi penawaran. Penelitian ini diestimasi dengan menggunakan metode
VAR dan VECM. Hasilnya adalah dalam jangka pendek variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi adalah nilai tukar rupiah, sedangkan dalam jangka panjang inflasi dipengaruhi oleh expected inflation, nilai
tukar rupiah, harga minyak dunia, harga pangan dunia dan upah buruh riil. Adji Subekti 2011 dalam Dinamika Inflasi Indonesia Pada Tataran
Provinsi melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel kebijakan dan non-
kebijakan terhadap inflasi di Indonesia. Penelitian ini diestimasi dengan dengan metode regresi data panel dinamis First Difference-Generalized Method of
Moment FD-GMM dan Spatially Corrected Arellano-Bond SCAB. Hasil yang
didapat adalah dinamika inflasi Indonesia di pengaruhi oleh variabel kebijakan: inersia inflasi, fluktuasi nilai tukar, perubahan kondisi infrastruktur dan derajat
keterbukaan perdagangan. Dinamika inflasi Indonesia juga dipengaruhi oleh variabel non kebijakan antara lain: penyesuaian upah, harga Bahan Bakar Minyak
BBM dalam negeri dan BI rate.
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Penulis Judul
Variabel Ekonomi Observasi
Rentang Waktu
Lestari 2003 Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Inflasi Pada Perekonomian
Regional Indonesia
IHK, Pendapatan Perkapita, Jumlah
Uang Beredar, Investasi, Investasi
Tahun Lalu, Impor dan Upah
26 Provinsi di Indonesia
1991- 2001
Brodjonegoro et al 2005
Determinant Factors of
Regional Inflation in Decentralized
Indonesia IHK, PAD,
Pengeluaran Rutin Pemerintah dan Biaya
Transportasi 43 Kota di
Indonesia 1990-
2002
Wimanda 2006
Regional Inflation in Indonesia:
Characteristic, Convergence and
Determinants CPI, Nilai Tukar,
Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana
Perimbangan, Pengeluaran Rutin
Pemerintah dan Pengeluaran
Pembangunan 26 Provinsi
di Indonesia 1991M9-
2004M12
Hamzah dan Solfida 2006
Pengaruh Jumlah Uang Beredar,
Pengeluaran Pemerintah dan
Nilai Tukar terhadap Inflasi di
Indonesia: Pendekatan Error
Correction Model ECM
IHK, Jumlah Uang Beredar, Pengeluaran
Pemerintah dan Nilai Tukar
Indonesia 1990-
2005
Arjakusuma 2009
Analisis Inflasi Regional di
Indonesia Harga Minyak Dunia,
Harga Beras Dunia, Output Gap, CPI dan
Wholesale Price Inflation
48 Kota di Indonesia
2005M1- 2008M12
Beirne 2009 Vulnerability of
Inflation in The New EU Member
States to Country- Specific and
Global Factors HICP, NEER,
Current Account Deficit
, GDP Riil Perkapita,
Pengeluaran Pemerintah, Harga
Relatif, Tingkat Penganguran,
Kapitalisasi Pasar Modal, Kredit Swasta
Domestik, Rezim Nilai Tukar, Indeks
Kebebasan Ekonomi, Indeks Reformasi
Infrastruktur dan Derajat Keterbukaan
Perdagangan Bulgaria,
Rep.Ceko, Estonia,
Hungaria, Latvia,
Lithuania, Polandia,
Slovakia, Slovenia dan
Rumania 1998Q1-
2007Q4
Nagasayu 2009
Regional Inflation in China
Retail Price Index RPI, jumlah uang
beredar M1M2, Kredit perbankan,
produktivitas, pertumbuhan populasi
dan Renminbi RMB exchange rate
26 Provinsi di China
1991- 2005
Wahyuni 2011
Analisis Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Inflasi dari Sisi
Penawaran IHK, Harga Minyak
Dunia, Harga Pangan Dunia, Nilai Tukar
dan Upah Indonesia
1998M1- 2010M12
Subekti 2011
Dinamika Inflasi Indonesia Pada
Tataran Provinsi IHK, Output Gap,
Nilai Tukar, Suku Bunga Nominal,
Jumlah Uang Beredar, Pengeluaran
Pemerintah, Indeks Harga BBM, Upah
Minimum Nominal, Kondisi Infrastruktur
dan Derajat Keterbukaan
Perdagangan 26 Provinsi
di Indonesia 1999-
2009
2.8 Kerangka Pemikiran