2.8 Kerangka Pemikiran
Sebagai konsekuensi dari era otonomi daerah pada tahun 2001 menyebabkan semakin meluasnya faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di
Indonesia. Dalam hal ini akan membuat proses pengendalian inflasi akan menjadi semakin rumit karena inflasi nasional pada dasarnya merupakan angka agregasi
dari inflasi di masing-masing wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, pengidentifikasian faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa penting
untuk dipahami untuk merumuskan kebijakan pengendalian inflasi yang tepat. Berikut ini adalah gambaran dari kerangka pemikiran penelitian ini:
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa. Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini seperti
jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi, upah minimum, kondisi infrastruktur, harga minyak dunia dan harga pangan dunia.
Selanjutnya variabel-variabel tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode regresi data panel.
Indonesia
Otonomi Daerah
Inflasi Regional
Pulau Jawa Cost Push Inflation
Demand Pull Inflation
Implikasi Kebijakan Indonesia
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa penelitian terdahulu maka disusunlah beberapa hipotesis sementara, yaitu:
1. Jumlah uang beredar memiliki hubungan yang positif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
2. Pengeluaran pemerintah memiliki hubungan yang positif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
3. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
4. Upah minimum memiliki hubungan yang positif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
5. Kondisi infrastruktur memiliki hubungan yang negatif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
6. Harga minyak dunia memiliki hubungan yang positif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
7. Harga pangan dunia memiliki hubungan yang positif terhadap inflasi di Pulau Jawa.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang merupakan data dunia dan satu variabel yang merupakan data nasional. Variabel yang merupakan data dunia
yaitu harga minyak dunia dan harga pangan dunia, sedangkan variabel yang merupakan data nasional yaitu jumlah uang beredar. Penggunaan data harga
minyak dunia dan harga pangan dunia mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu dan dimaksudkan untuk melihat dampak fenomena guncangan luar
negeri terhadap perekonomian regional. Penggunaan data jumlah uang beredar pada level nasional, disebabkan tidak tersedianya data jumlah uang beredar pada
level provinsi. Selebihnya penggunaan variabel lainnya merupakan data pada level provinsi.
Pengguanaan data IHK hanya pada lingkup ibu kota provinsi sebagai proksi dari inflasi mengacu pada penelitian Subekti 2011, yang menganggap
bahwa ibukota provinsi sebagai pusat pertumbuhan yang akan mempengaruhi daerah lainnya yang berada pada provinsi yang sama cukup merepresentasikan
tingkat harga pada level provinsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa data tahunan periode 2001-2010 yang diambil dari publikasi resmi pemerintah. Variabel, data, satuan dan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Proses pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan paket program software Microsoft
Office Excel 2007 dan Eviews 6.