Jakarta, Jawa Barat dan Banten memiliki bobot hampir 50 persen dalam pembentukan inflasi nasional.
Disamping fakta-fakta diatas, Wimanda 2006 berargumen bahwa inflasi di suatu region memiliki keterkaitan dengan region lainnya. Setelah mengetahui
keterkaitan antar inflasi wilayah tersebut, beliau kemudian mengklasifikasikan inflasi di suatu wilayah apakah sebagai leader atau sebagai follower. Lebih lanjut,
penelitiannya mengkategorikan wilayah di Jawa, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah sebagai leader, sehingga Inflasi yang terjadi pada wilayah
tersebut cenderung memengaruhi inflasi di wilayah lain yang dikategorikan sebagai follower. Penelitiannya juga berpendapat bahwa apabila pemerintah dan
Bank Sentral dapat mengendalikan inflasi pada wilayah yang dikategorikan sebagai leader maka inflasi nasional akan lebih mudah untuk dikendalikan.
Beberapa uraian diatas menjelaskan betapa pentingnya peranan inflasi regional dalam dinamika inflasi nasional di Indonesia. Oleh sebab itu, diperlukan
perhatian khusus dalam menangani inflasi yang terjadi pada tataran wilayah khususnya Pulau Jawa. Mengingat masih relatif terbatasnya studi mengenai inflasi
regional dan cukup besarnya pengaruh yang diberikan regional khususnya Pulau Jawa terhadap perekonomian Indonesia membuat studi mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa menjadi sangat penting dan menarik untuk diteliti. Untuk itu, penelitian ini akan secara fokus menganalisis faktor-
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan inflasi di Pulau Jawa. Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada pihak berwenang khususnya Bank Sentral, sehingga dapat mengarahkan kebijakan moneternya untuk menjaga kestabilan
nilai rupiah.
1.2 Perumusan Masalah
Meskipun inflasi merupakan salah satu persoalan ekonomi yang cukup rumit, bukan berarti inflasi tidak dapat dikendalikan. Untuk dapat mengendalikan
inflasi caranya adalah dengan terlebih dahulu mendiagnosis jenis inflasi dan
penyebabnya. Pada negara-negara berkembang khususnya Indonesia, inflasi bukan semata-mata dipengaruhi oleh fenomena moneter saja, tetapi fenomena
struktural juga turut memberikan pengaruh. Hal ini lebih disebabkan oleh struktur perekonomian Indonesia, terutama pada struktur perekonomian regionalnya yang
berbeda satu sama lain. Bila diidentifikasi berdasarkan penyebabnya inflasi dibagi menjadi dua
kategori, pertama demand pull inflation atau inflasi yang disebabkan karena permintaan masyrakat akan komoditi barang dan jasa meningkat. Kedua, cost
push inflation atau inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga atas komoditi
yang dipicu oleh naiknya biaya produksi. Dari analisa tersebut, diharapkan gambaran meneyluruh tentang perilaku inflasi di Pulau Jawa akan dapat terlihat
secara lebih jelas. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, permasalahan
yang menjadi dasar penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa?
2. Bagaimana implikasi kebijakan yang dilakukan dalam mengendalikan inflasi di Pulau Jawa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa.
2. Merumuskan implikasi kebijakan pengendalian inflasi di Pulau Jawa.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak berkepentingan, antara lain:
1. Bagi pemerintah atau instansi terkait, penelitian ini bermanfaat untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa sehingga dapat diambil
kebijakan yang tepat untuk pengendalian inflasi. 2. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pengetahuan pada penelitian lainnya yang ingin menganalisis tentang inflasi. 3. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai
inflasi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian