Rencana Tataguna Lahan TINJAUAN PUSTAKA

commit to user ditransformasi menjadi hujan wilayah. Chow, dkk 1988 menyebutkan bahwa rerata hujan wilayah dapat diperoleh dengan tiga cara, yakni: 1 rerata aritmatik, 2 poligon Thiessen, 3 cara Isohyet. Hujan wilayah diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang dihasilkan akibat hujan yang jatuh pada luasan tertentu berdasarkan stasiun hujan yang dianggap mewakili luasan tersebut. Untuk perhitungan debit, pada tahap selanjutnya data hujan harian dicari pola agihan jam-jamannya untuk mengetahui prosentase hujan yang turun pada tiap jamnya. Pola agihan hujan menggambarkan intensitas hujan yang turun tiap jam dalam bentuk hidrograf. Dari hidrograf dapat diketahui waktu puncak terjadinya hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan intensitas hujan rencana. Sebelum diturunkan menjadi debit, perlu dilakukan pengurangan hujan rencana akibat adanya proses infiltrasi. Hujan yang telah dikurangi oleh infiltrasi disebut sebagai hujan sisa excess rainfall yang kemudian mengalir di permukaan tanah overland flow. Besarnya jumlah air yang terserap tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan penutup lahan, jenis tanah, dan moisture content Chow, dkk. 1988. Aliran di permukaan tanah akan terakumulasi di saluran dan berubah menjadi aliran yang dinamakan aliran di alur sungai channel flow.

2.5. Rencana Tataguna Lahan

Tata Guna Lahan land use adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dan lain-lain. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya http:kwalabekala.usu.ac.id,8 Agustus 2009. Kawasan yang terintegrasi adalah kawasan yang unsur-unsurnya secara fungsional membentuk jalinan yang sinergis, secara fisik memiliki struktur yang teratur, dan secara norma memperhatikan pelaku, konteks budaya dan akarmya Soediwahjono,1998. Pada intinya, kawasan yang terintegrasi adalah kawasan commit to user dimana pembagian penggunaan lahannya terkoordinasi dengan baik yang menciptakan keseimbangan pemanfaatan lahan sehingga tidak terjadi konflik kepentingan antar kawasan. Penerapan manajemen kota yang didukung oleh infrastruktur yang baik serta ketegasan dalam penegakan undang-undang akan menghasilkan tata wilayah yang optimal. Dalam UU No.26 tahun 2007 pasal 29 diatur bahwa “Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 dua puluh persen dari luas wilayah kota”. Dan pada pasal 35 disebutkan bahwa “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi”. Dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan peningkatan curah hujan, konsistensi penerapan zonasi dalam suatu wilayah diperlukan untuk menjaga daerah tangkapan sehingga kapasitas tampungan yang ada masih mampu menampung peningkatan jumlah aliran permukaan. Contohnya adalah simulasi model Agricultural Non Point Source Pollution AGNPS dengan meningkatkan luas hutan pada luas sub DAS Cilalawi, Cikao dan Ciherang, dapat menurunkan aliran permukaan, peak runoff rate, erosi permukaan dan sedimen balitklimat.litbang.deptan.go.id,2003. Penerapan Integrated Watershed Management IWSM di Tigray, Ethiopia. IWSM menunjukkan bahwa dengan penerapan manajemen yang tepat dan terintergrasi, kelestarian daerah tangkapan bisa terjaga. Berkurangnya erosi tanah, meningkatnya kelembaban tanah, dan berkurangnya sedimentasi serta pengurangan jumlah aliran permukaan Fikir Alemayehu, dkk,. 2009.

2.6. Pemodelan hidrologi