commit to user
Nilai kritik Q dan R untuk analisis RAPS ditunjukkan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Nilai kritik Q dan R
n n
Q n
R 90 95 99 90 95 99
10 1.05 1.14 1.29 1.21 1.28 1.38 20 1.10 1.22 1.42 1.34 1.43 1.60
30 1.12 1.24 1.46 1.40 1.50 1.70 40 1.13 1.26 1.50 1.42 1.53 1.74
50 1.14 1.27 1.52 1.44 1.55 1.78
100 1.17 1.29 1.55 1.50 1.62 1.86 ∞ 1.22 1.36 1.63 1.62 1.75 2.00
Sumber: Mamok Suprapto, 2008
3.5. Intensitas Hujan
Hujan I merupakan laju hujan rerata dalam mmjam untuk suatu wilayahluasan tertentu. Intensitas hujan tersebut dipilih berdasarkan lama hujan
dan kala ulang T yang telah ditentukan. Lama hujan biasanya dihampiri dengan waktu konsentrasi T
c
untuk wilayah tersebut atau berdasarkan hasil pencatatan, sedang kala ulang didasarkan pada kebutuhan. Besarnya intensitas hujan dapat
diperoleh dari lengkung hubungan antara tinggi hujan, lama hujan dan frekuensi atau sering disebut sebagai lengkung hujan.
Besarnya aliran dianggap mencapai puncak pada saat waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi T
c
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Kirpich :
385 ,
77 ,
066 .
−
= S
L T
c
3.14 Australian Rainfall-Runoff
: T A
c
= 0 76
0 38
,
,
3.15 dengan:
Tc = waktu konsentrasi jam
A = luas DAS km
2
L = panjang sungai utama km
S = kemiringan sungai mm
commit to user
3.6. Pola Agihan Hujan
Hujan yang turun di suatu wilayah umumnya memiliki pola agihan jam- jaman. Namun, data yang tersedia di lapangan umumnya adalah data hujan harian
sehingga perlu dilakukan analisis untuk perkiraan pola agihan jam-jaman. Perhitungan agihan hujan dapat dilakukan dengan menggunakan pola
agihan Tadashi Tanimoto, seragam, Triangular Hyetograph Method THM, Alternating Block Method
ABM, atau Mononobe. Dalam penentuan agihan hujan diperlukan data lama hujan yang biasanya didekati dengan menghitung
waktu konsentrasinya atau dari hasil analisis yang didasarkan pada kejadian hujan. Model Tadashi Tanimoto adalah model yang dikembangkan berdasarkan
distribusi hujan yang ada di pulau Jawa dengan menggunakan lama hujan 8 delapan jam. Model agihan tersebut ditunjukkan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Distribusi Hujan Tadashi Tanimoto
Waktu jam ke- 1
2 3
4 5
6 7
8
Distribusi hujan 26
24 17
13 7
5.5 4
3.5 Distribusi hujan kumulatif
26 50
67 80
87 92.5 96.5 100
Sumber:Mamok Suprapto, 2008
Model distribusi seragam adalah yang paling sederhana yaitu dengan menganggap hujan rancangan terdistribusi P secara merata selama durasi hujan
rancangan T
d
. Triangular Hyetograph Method THMsegitiga menggunakan satu tinggi hujan untuk menentukan puncak hujan. Puncak hujan terjadi sekitar
separuh waktu hujan. Alternating Block Method ABM adalah cara sederhana untuk membuat hyetograph rencana dari kurva Intensitas Durasi Frekuensi IDF.
Dari hitungan pertambahan hujan dan interval waktu ∆t, blok-blok pertambahan
hujan disusun kedalam rangkaian waktu, dengan intensitas hujan maksimum berada di tengah-tengah durasi hujan T
d
dan blok-blok sisanya disusun dalam urutan secara bolak-balik pada kanan dan kiri blok maksimum. Perhitungan
menggunakan metode Mononobe menggunakan rumus:
commit to user
3 2
24 ,
24 24
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
= t
R I
T t
T
3.16 dengan:
t T
I = intensitas hujan dengan kala ulang T untuk durasi t mmjam,
R
T,24
= intensitas hujan harian untuk kala ulang T mmhari, t
= durasi hujan jam.
3.7. Infiltrasi infiltration