Data debit Data hujan Data peta Penyusunan grid

commit to user

4.5. Uji Data

4.5.1. Uji jaringan stasiun hujan

Jumlah dan agihan sebaran stasiun hujan yang akan digunakan ditetapkan berdasarkan ketersediaan data dan hasil analisis jaringan stasiun hujan. Pengujian jaringan dilakukan menggunakan cara Kagan dengan prosedur seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya menggunakan Persamaan 3.4 sampai 3.7.

4.5.2. Uji kepanggahan data hujan

Data dari stasiun hujan yang dipilih kemudian diuji kepanggahannya dengan cara RAPS seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Bila n Q RAPS yang didapat lebih kecil dari nilai kritik dan confidence level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah. Uji kepanggahan dilakukan menggunakan Persamaan 3.8 hingga Persamaan 3.13 dan Tabel 3.1.

4.6. Persiapan Analisis

Sebelum proses analisis dilakukan, ditetapkan periode waktu pengamatannya. Semua deret data yang akan digunakan dalam analisis disesuaikan periode waktunya.

4.6.1. Data debit

Data debit diperoleh dari hasil pengolahan data tinggi muka air. Data aliran sungai digunakan dalam analisis penelusuran aliran sungai dan proses kalibrasi.

4.6.2. Data hujan

Data hujan harian digunakan untuk memperkirakan pola agihan hujan jam- jaman. Data dari stasiun hujan biasa digunakan untuk hujan grid. Untuk keperluan analisis, digunakan stasiun hujan yang pada periode yang sama memiliki data hujan yang lengkap. Data hujan untuk masing-masing grid diagihkan ke satuan jam-jaman sesuai pola agihan hujan yang telah ditetapkan. commit to user

4.6.3. Data peta

Semua data peta yang didapat didigitasi untuk kemudian diseragamkan skalanya sehingga peta dapat disuperposisi menjadi lapisan-lapisan layer tersendiri yang memuat informasi-informasi tertentu yang disebut sebagai peta dasar.

4.6.4. Penyusunan grid

MPAR merupakan model semi teragih semi distributed. Model ini mengharuskan DAS dan Sub DAS ditransformasikan dalam bentuk grid sebagai bentuk penyederhanaan. Grid terbentuk dari garis-garis horisontal dan vertikal dengan arah garis Utara-Selatan dan Timur-Barat. Peta dasar yang terdiri dari lapis batas DAS, lapisan jaringan sungai, lapis kemiringan lahan, lapis penggunaan lahan, lapis jenis tanah, dan lapis poligon Thiessen kemudian disusun membentuk grid-grid dengan ukuran 1x1 km. Kemudian tiap-tiap grid diberi ID grid sesuai dengan informasi yang ada pada grid tersebut. Informasi pada tiap grid bisa sama atau berbeda dengan grid yang lain. Luasan yang menempati setengah atau lebih dari luas grid dianggap sama dengan luas grid, sementara yang menempati kurang dari setengah luas grid dianggap nol. Alur sungai disederhanakan mengikuti garis-garis grid yang berada pada jarak paling pendek terhadap sungai tersebut. Arah aliran permukaan ditentukan berdasarkan kemiringan permukaan lahan sampai akhirnya aliran tersebut terkonsentrasi di saluran alam. Arah aliran pada setiap grid ditentukan dari bagian tertinggi menuju bagian yang lebih rendah dengan arah vertikal maupun horisontal tidak ada arah diagonal maupun pindah jalur. Transformasi peta grid diilustrasikan pada Gambar 4.2. commit to user Keterangan: : Batas DAS : Alur sungai : Grid dipakai ≥ 0,5 luas grid terisi : Grid tidak dipakai 0,5 luas grid terisi : Arah aliran pada grid : Alur sungai penyesuaian dengan grid Gambar 4.2. Penyusunan grid ilustrasi Sistem koordinat yang digunakan pada peta adalah koordinat lokal, dengan titik 0,0 ada di ujung kiri bawah peta grid. Grid diberi nomor sesuai dengan koordinat titik beratnya. Grid dengan nomor 03.20 berarti titik berat grid tersebut ada pada koordinat 3000,20000.

4.6.5. Tabulasi data