Pengalihragaman Hujan-aliran TINJAUAN PUSTAKA

commit to user Permukaan lahan yang lebih kedap air mengurangi kapasitas infiltrasi. Akibatnya sebagian besar hujan yang turun langsung berubah menjadi aliran permukaan runoff. Perubahan transformasi hujan menjadi aliran yang terjadi secara langsung tanpa adanya penundaan delay membuat debit sungai meningkat dengan cepat dan waktu puncak datang lebih awal. Simulasi debit di DAS Krueng, Aceh, dengan asumsi hutan menyempit 50, kebun campuran dan lahan terbuka menyempit 25, sawah dan pemukiman meningkat 400 menunjukkan bahwa kejadian hujan sebesar 29.4 mm pada tanggal 31 Juli 2002 dan curah hujan sebesar 64 mm pada tanggal 29 Oktober 2002 menimbulkan debit puncak sebesar 66.3 dan 161.9 m 3 detik, atau naik masing-masing sebesar 21.6 dan 38.0 m 3 detik dibandingkan dengan kondisi tutupan lahan semula sebelum perubahan balitklimat.litbang.deptan.go.id, 2005 Li, dkk. 2007, pada percobaan di Afrika Barat menuliskan, pembukaan hutan total total deforestation meningkatkan rasio limpasan runoff dari 0.15 menjadi 0.44, dan menaikkan debit sungai tahunan antara 35-65. Sementara penggantian lahan terbuka padang rumput dan savana meningkatkan debit sungai antara 33-91.

2.4. Pengalihragaman Hujan-aliran

Hujan merupakan salah satu penyebab alami terjadinya banjir Kodoatie, dkk. 2002. Banjir terjadi akibat aliran langsung direct runoff yang terakumulasi dan tidak mampu ditampung oleh saluran. Dalam memprediksi banjir, debit banjir rencana dapat diturunkan dari data curah hujan. Data curah hujan harian didapatkan dari stasiun hujan yang dipilih setelah dilakukan uji jaringan stasiun hujan. Uji jaringan stasiun hujan biasanya menggunakan cara Kagan, yaitu dengan memilih stasiun hujan yang berada pada titik simpul segitiga samasisi Kagan yang panjang sisinya dihitung dari korelasi jarak antar stasiun pada DAS. Data dari stasiun hujan terpilih selanjutnya diuji untuk mengetahui kepanggahan data yang tercatat. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid akibat kesalahan pencatatan maupun hal lainnya. Stasiun hujan dengan data yang dianggap panggah dapat digunakan datanya untuk perencanaan hidrologi. Dalam perencanaan, data hujan dari stasiun hujan commit to user ditransformasi menjadi hujan wilayah. Chow, dkk 1988 menyebutkan bahwa rerata hujan wilayah dapat diperoleh dengan tiga cara, yakni: 1 rerata aritmatik, 2 poligon Thiessen, 3 cara Isohyet. Hujan wilayah diperlukan untuk menentukan besarnya debit yang dihasilkan akibat hujan yang jatuh pada luasan tertentu berdasarkan stasiun hujan yang dianggap mewakili luasan tersebut. Untuk perhitungan debit, pada tahap selanjutnya data hujan harian dicari pola agihan jam-jamannya untuk mengetahui prosentase hujan yang turun pada tiap jamnya. Pola agihan hujan menggambarkan intensitas hujan yang turun tiap jam dalam bentuk hidrograf. Dari hidrograf dapat diketahui waktu puncak terjadinya hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan intensitas hujan rencana. Sebelum diturunkan menjadi debit, perlu dilakukan pengurangan hujan rencana akibat adanya proses infiltrasi. Hujan yang telah dikurangi oleh infiltrasi disebut sebagai hujan sisa excess rainfall yang kemudian mengalir di permukaan tanah overland flow. Besarnya jumlah air yang terserap tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan penutup lahan, jenis tanah, dan moisture content Chow, dkk. 1988. Aliran di permukaan tanah akan terakumulasi di saluran dan berubah menjadi aliran yang dinamakan aliran di alur sungai channel flow.

2.5. Rencana Tataguna Lahan