Nilai T, Indeks Bahaya Erosi, dan Tingkat Bahaya Erosi

pelabuhan yang mengalami pendangkalan dan ini jelas menimbulkan kerugian- kerugian. Pendangkalan di waduk juga sulit untuk dihindarkan. Dengan makin dangkalnya waduk maka dapat mengurangi waktu pakai waduk tersebut.

2.2. Nilai T, Indeks Bahaya Erosi, dan Tingkat Bahaya Erosi

Nilai T Tolarable soil erosion adalah suatu nilai untuk menunjukan laju erosi tanah yang boleh terjadi pada sebidang lahan. Nilai T ini dapat digunakan sebagai landasan untuk menetapkan perlu atau tidaknya dilakukan konservasi tanah disuatu lahan yang bermasalah. Nilai T yang lebih kecil daripada laju pembentukan tanahnya tidak mengharuskan dilakukan tindakan konservasi dan kalau dilakukan tindakan konservasi tanah diarahkan menggunakan teknik-teknik sederhana dan berintensitas rendah. Sedangkan nilai T yang lebih besar dari pada laju pembentukan tanahnya mengharuskan dilakukannya tindakan konservasi tanah. Nilai IBE Indeks Bahaya Erosi berguna untuk mengetahui seberapa besar laju erosi yang terjadi akan membahayakan kelestarian keproduktifan tanah yang bersangkutan. Tabel 1. Indeks Bahaya Erosi Indeks Bahaya Erosi Kelas 1,00 1,01 – 4,00 4,01 – 10,00 10,00 Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sedangkan TBE Tingkat Bahaya Erosi ditetapkan berdasarkan telaah terhadap gatra laju erosi tanah dan ketebalan solum tanah yang bersangkutan. Tabel 2. Kelas bahaya Erosi Tebal Solum cm Kelas Bahaya Erosi I II III IV V Laju erosi tanah tonhath 15 15 - 59 60 - 179 180 - 480 480 Tebal 90 SR R S B SB Sedang 60-90 R SB B SB SB Tipis 30-60 SR B SB SB SB Sangat tipis 30 B SB SB SB SB SR = Sangat ringan, R = Ringan, S = Sedang, B = Berat, dan SB = Sangat Berat 2. 3. Sedimentasi 2. 3. 1. Pengertian Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi secara umum disebut sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh suatu aliran akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan Arsyad, 2000 Menurut Manan 1976, sedimentasi adalah proses pengendapan bahan organik dan anorganik yang tersuspensi di dalam air dan diangkut oleh air. Sedangkan menurut Asdak 1995, sedimen merupakan hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit atau jenis erosi lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai muara sungai, dan waduk. Sedangkan hasil sedimen sediment yield adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Jumlah dan mutu aliran sungai yang optimal dicerminkan dengan nilai fluktuasi debit aliran sungai yang rendah dan tingkat muatan sedimen yang rendah. Debit aliran sungai dan muatan sedimen aliran dipengaruhi oleh tingkat limpasan permukaan dan erosi yang terjadi pada daerah aliran sungai tersebut. Tingkat limpasan dan erosi yang terjadi dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi, tanah, dan vegetasi penutup lahan. 2. 3. 2. Proses Terjadinya Sedimentasi Sedimentasi terjadi melalui beberapa proses yaitu melalui proses erosi, transportasi, pengendapan, dan pemadatan compaction. Besarnya volume angkutan sedimen terutama tergantung kepada perubahan kecepatan aliran, perubahan musim kemarau dan penghujan, serta perubahan kecepatan yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Karakteristik sedimen terdiri atas beberapa macam, menurut Purwanto 2001, sedimen yang tercampur aliran permukaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Washload, yang terdiri atas partikel berukuran debu dengan ukuran antara 0,02 mm sampai 0,05 mm yang secara permanen dalam kondisi tersuspensi dengan aliran, 2. Bedload, yang terdiri atas partikel kasar dengan ukuran antara 0,5 mm sampai 2 mm yang menggelinding pelan bersama aliran tanpa pernah tersuspensi dengan aliran. 3. Suspended bedload, yang terdiri atas partikel pasir halus berukuran 0,05 mm sampai 0,5 mm yang kadang-kadang tersuspensi pada saat aliran permukaan bergerak cepat dan terkadang terendapkan pada saat aliran lambat. Muatan sedimen melayang suspended sediment merupakan material dasar sungai bad material yang melayang di dalam aliran sungai dan terdiri dari butiran-butiran pasir halus yang senantiasa didukung oleh air dan hanya sedikit sekali interaksinya dengan dasar sungai, karena selalu didorong ke atas oleh turbulensi aliran. Bahan tersupensi akan hanyut dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan aliran dan kuantitasnya jarang melebihi kemampuan angkut aliran itu. Pengukuran sedimen melayang dimaksudkan untuk menentukan konsentrasi sedimen, ukuran butir sedimen dan produksi sedimen melayang. Konsentrasi sedimen merupakan perbandingan berat sedimen kering yang terkandung pada satu unit volume sedimen bersama-sama airnya dari suatu sampel. Satuan konsentrasi sedimen dinyatakan dalam mgl, gcm³, kgm³, atau tonm³. pengukuran angkutan sedimen harus mempertimbangkan kemudahan akses untuk mencapai lokasi pengukuran, keselamatan pengukur, dan sarana pembantu untuk melaksanakan pengukuran. Pemilihan lokasi pengukuran angkutan sedimen tergantung pada data yang dibutuhkan, keadaan alami aliran, dan kondisi lokasi tempat pengukuran sedimen. Lokasi tersebut hendaknya dekat dengan pos duga air, bebas dengan pengaruh arus balik, menghindari hilir pertemuan sungai, dan pada sungai yang dalam dan lebar pengambilannya dilakukan dari jembatan atau dengan kabel melintang dimana pengukurannya dilakukan dari jembatan di sebelah hulu.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian Laju Erosi Pada Areal Bekas Pemanenan dilakukan pada bulan Juli hingga September 2008 dan bertempat di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah: 1. Papan, pasak kayu, plastik, meteran dan pipa paralon untuk membuat bak erosi. 2. Drum air sebagai tempat penampungan air pada metode bak erosi. 3. Botol ukuran 600 ml untuk menyimpan sampel air. 4. Oven, kertas saring, timbangan digital. 5. Clinometer, tongkat kayu ukuran 2 cm x 2 cm x 60 cm untuk tongkat erosi. 6. Penggaris, alat tulis, kalkulator. 7. Bola pimpong untuk mengukur kecepatan sungai. 8. Kompas dan tali tambang sebagai batas pada kegiatan analisis vegetasi. 9. Alat ukur curah hujan ombrometer.

3.3. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini antara lain: 1. Pengukuran laju erosi dilakukan di RKT 2008 TPTI, RKT 2007 TPTI, RKT 2007 TPII, dan kawasan lindung. 2. Pada pengukuran dengan metode bak erosi, data yang diambil hanya berasal dari bak penampung. Sedangkan pada pengukuran dengan metode tongkat, data yang diambil hanya tanah yang tererosi.

3.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.