Pengukuran Keterbukaan Pengukuran Curah Hujan

4. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

c. Pengukuran sedimen sungai

Sedimen adalah bagian tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi. Sedimen sungai adalah bagian tanah yang tererosi yang masuk ke dalam aliran sungai. Pengukuran Sedimen di lapangan dapat dilakukan dengan cara: 1. Mengambil contoh air sebanyak 600 ml. 2. Kemudian bawa contoh air tersebut ke laboratorium, endapkan selama 24 jam. 3. Setelah 24 jam, saring contoh air tersebut dengan menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah dioven selama 2 jam dalam suhu 60°C dan diketahui beratnya berat awal. 4. Oven contoh tanah yang disaring tersebut selama 2 jam dalam suhu 100°C. 5. Setelah dioven, kertas didiamkan sesaat, lalu ditimbang dan dicatat beratnya berat akhir. 6. Pengukuran sedimen sungai dilakukan sebanyak 3 kali ulangan.

3.5.3. Pengukuran Keterbukaan

Cara yang digunakan untuk menganalisis keterbukaan adalah dengan menggunakan metode analisis vegetasi, akan tetapi data yang diambil hanya mengidentifikasi tingkat pancang, tiang dan pohon saja. Adapun data yang diperlukan antara lain: a. Tinggi bebas cabang dan tinggi total. b. Posisi tajuk berdasarkan arah utara, timur, selatan, dan barat. c. Posisi pancang, tiang dan pohon. Kegiatan pengukuran keterbukaan antara lain: a. Menentukan lokasi yang akan dianalisis. b. Membuat petak pengukuran dengan lebar 20 m x 100 m. Kemudian lebarnya dibagi menjadi dua dan panjangnya dibagi lima. c. Buat petak kecil ukuran 5 m x 5 m untuk pancang, 10 m x 10 m untuk tiang, dan 20 m x 20 m untuk pohon. d. Menghitung seluruh pancang yang ada pada petak 5 m x 5 m, kemudian tentukan jenis, tinggi, dan posisi pancang tersebut. e. Menghitung seluruh tiang yang ada pada petak 10 m x 10 m, kemudian tentukan jenis, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan posisi tiang tersebut. f. Menghitung seluruh pohon yang ada pada petak 20 m x 20 m, kemudian tentukan jenis, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan posisi pohon tersebut. Gambar 5 Contoh plot pengukuran keterbukaan. Setelah data yang diperlukan telah ada, maka hasilnya dapat di gambarkan pada milimater blok dan kertas kalkir. Pengukuran keterbukaan juga dapat didukung oleh peta citra landsat tahun 2008. Peta citra landsat dapat mewakili daerah-daerah hutan yang tidak terjangkau untuk dianalisa seperti daerah pedalaman hutan. Pengukuran keterbukaan dapat dilakukan dengan cara analisis deskriptif peta citra landsat tahun 2008.

3.5.4. Pengukuran Curah Hujan

Pengukuran curah hujan dilakukan pada tiga stasiun pengamatan curah hujan, antara lain stasiun pengamatan curah hujan Sikui, Jupoi, dan Mahang. Masing-masing stasiun pengamatan mewakili daerah-daerah kegiatan. Stasiun pengamatan curah hujan Sikui mewakili basecamp, stasiun pengamatan curah hujan Jupoi mewakili TPTII dan kawasan lindung, dan stasiun pengamatan curah hujan Mahang mewakili RKT 2007 dan 2008 TPTI. Pengukuran curah hujan dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan yang ada di berbagai lokasi pengamatan sehingga hujan dapat dijadikan salah satu parameter laju erosi. Pengukuran curah hujan dilakukan setiap jam 7 pagi pada hari berikutnya setelah hujan. 3.6. Pengolahan Data 3.6.1. Penghitungan Erosi