Vegetasi Faktor yang Mempengaruhi Laju Erosi 1. Curah hujan

Gambar 10 Curah hujan rata-rata. PT. Austral Byna mempunyai intensitas curah hujan yang tinggi dengan persebaran yang hampir merata sepanjang tahun, artinya tidak terjadi musim kemarau atau bulan kering yang panjang. Jumlah hari hujan rata-rata bulanan terjadi dalam bulan Desember dan terendah pada bulan Juni. Maka dari itu, pengukuran curah hujan yang dilakukan pada bulan Juli hingga September tidak begitu besar curah hujannya.

5.3.2. Vegetasi

Selain curah hujan, penutupan berupa vegetasi juga sangat berpengaruh terhadap laju erosi. Jenis penutupan vegetasi yang mendominasi di PT. Austral Byna adalah hutan alam dengan strata yang berlapis-lapis. Laju erosi yang berada di kawasan lindung adalah suatu contoh nyata bahwa hutan alam dapat meminimalisir laju erosi. Saat terjadi hujan, suatu lahan yang tidak dilindungi oleh vegetasi dapat dengan sangat mudah tererosi. Menurut Rahim 2003, erosi bisa terjadi apabila intensitas hujan turun lebih tinggi dibanding kemampuan tanah untuk menyerap air hujan tersebut. Terjadinya erosi secara rinci bisa dijelaskan melalui tiga tahapan. Pertama, penghancuran agregat tanah dan pelepasan partikel. Kedua, pengangkutan tanah oleh aliran air. Ketiga, pengendapan tanah akibat aliran air tidak mampu lagi mengangkut tanah. Berdasarkan hasil penelitian Holy 1980 dalam Santosa 1985 mengemukakan bahwa hutan dengan tajuk lebat, tumbuhan bawah yang baik, dan serasah yang tidak terganggu sangat mempengaruhi terjadinya aliran permukaan 10 20 30 40 50 60 Juli Agust us Sept ember m m Bulan Sikui Jupoi M ahang dan erosi. Pada keadaan hutan seperti itu aliran permukaan tidak lebih dari 10 dari total hujan dan tidak terjadi erosi. Pada PT. Austral Byna, khususnya di RKT 2008 TPTI sedang dilakukan kegiatan pemanenan kayu. Pemanenan kayu idealnya dilakukan dengan berbagai perencanaan yang matang, dimulai dari peta pohon, perencanaan jalan sarad, dan lain-lain. Namun di PT. Austral Byna hal ini baru saja dilakukan, akibatnya lokasi yang telah dipanen memiliki keterbukaan sebesar 196,85 m²pohon Kurniawan, 2009. Kebalikan kondisi yang diharapkan dari hasil penelitian Holy 1980 dalam Santosa 1985 ini menyebabkan laju erosi yang sangat besar di RKT 2008 TPTI. RKT 2007 TPTI adalah blok yang telah ditinggalkan selama setahun sehingga terjadi sedikit proses suksesi dan tajuknya lebih rapat jika dibandingkan RKT 2008 TPTI. Lain halnya dengan sistem silvikultur TPTI, sistem silvikultur TPTII memiliki 2 buah jalur yang wajib ada, yaitu jalur tanam dan jalur antara. Jalur tanam memiliki syarat bahwa sepanjang jalur tanam diharuskan bersih dari tajuk, sehingga lantai hutan dapat disinari oleh matahari penuh. Tetapi jika jalur ini terkena hujan, maka erosi yang terjadi pun akan menjadi besar. Berbeda dengan sistem silvikultur TPTI dan TPTII, kawasan lindung khususnya KPPN berfungsi sebagai kawasan yang sengaja ditinggalkan demi terjaganya plasma nutfah. Oleh karena itu kawasan lindung memiliki strata tajuk yang lengkap dibandingkan yang lain sehingga laju erosi di kawasan lindung menjadi yang terkecil. Gambar 11 Keterbukaan areal Gambar 11 menunjukkan keterbukaan areal hutan diberbagai lokasi. RKT 2008 TPTI memiliki keterbukaan areal terkecil kemudian diikuti RKT 2007 1353 1521 1398 1451 1250 1300 1350 1400 1450 1500 1550 RKT 2008 TPTI RKT 2007 TPTI RKT 2007 TPTII Kawasan Lindung m2 TPTII, kawasan lindung, dan RKT 2007 TPTI. Lokasi kegiatan analisis keterbukaan di RKT 2008 TPTI berada dibawah tegakan yang telah ditinggalkan ± 4 bulan. Lokasi ini dinilai masih menaungi tanah cukup baik, lain halnya dengan lokasi kegiatan analisis keterbukaan di RKT 2007 TPTI yang bersampingan dengan bekas jalan sarad dan padang rumput, sedangkan lokasi kegiatan analisis keterbukaan di RKT 2007 TPTII memotong jalur tanam dan jalur antara. Hasil dari analisis ini dinilai kurang mewakili karena kegiatan analisis keterbukaan hanya dilakukan tidak jauh dari jalan logging. Untuk itu dilakukan analisis keterbukaan pada peta citra landsat tahun 2008 hasilnya adalah tidak lebih dari setengah penutupan tajuk di RKT 2007 TPTI dan RKT 2007 TPTII yang terbuka. Hal ini disebabkan oleh belum adanya peta pohon saat itu, sehingga kayu tidak dapat diproduksi secara optimal akibatnya penutupan tajuk masih dapat dikatakan baik.

5.3.3. Topografi