tongkat. Pengukuran metode bak erosi dan metode tongkat sama-sama dilakukan di bawah tegakan.
Berdasarkan metode bak erosi, laju erosi di kawasan lindung sebesar 1,19 tonhatahun dan laju erosi dari pengukuran metode tongkat di kawasan lindung
adalah 167,93 tonhatahun. Dari hasil tersebut diketahui bahwa laju erosi di kawasan lindung belum
melewati ambang batas toleransi erosi yang diizinkan. Berdasarkan indeks bahaya erosi IBE kawasan lindung masuk ke dalam kategori erosi yang rendah.
Berdasarkan kelas bahaya erosi KBE kawasan lindung masuk ke dalam kategori sangat ringan.
5.2.5. Laju Erosi Pada Areal Bekas Pemanenan Hutan
Dari dua metode pengukuran laju erosi dihasilkan data seperti pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8. Laju erosi pada RKT 2008 TPTI menjadi
yang terbesar pada metode pengukuran bak erosi yaitu 27,81 tonhatahun, sedangkan RKT 2007 TPTII menjadi yang terbesar pada pengukuran metode
tongkat sebesar 457,31 tonhatahun.
Gambar 6 Laju erosi pada metode pengukuran bak erosi. Gambar 6 menunjukkan laju erosi di berbagai tempat berdasarkan tahun
kegiatan pemanenan. Pada keadaan normal semakin baru kegiatan pemanenan kayu maka laju erosi juga semakin besar. Hal ini disebabkan oleh keterbukaan
areal hutan akibat kegiatan penebangan. Menurut Kurniawan 2009, satu batang pohon yang dipanen pada RKT 2008 TPTI di PT. Austral Byna dapat membuka
areal hutan seluas 196,85 m²pohon, sehingga semakin banyak pohon yang
1,19 4,76
1,70 16,75
27,81
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
Kawasan Lindung
RKT 2007 TPTII RKT 2007 TPTI Di Bawah
Tegakan RKT 2007 TPTI
Di Bekas TPN RKT 2008 TPTI
Ton ha t ahun
ditebang maka semakin luas pula hutan yang terbuka. Keterbukaan areal ini menyebabkan tanah tidak terlindungi oleh vegetasi, akibatnya air hujan dapat
dengan mudah jatuh ke permukaan tanah. Air hujan yang jatuh tanpa terhalang oleh daun dan batang pohon mempunyai energi kinetik yang besar sehingga ketika
tanah terkena air hujan maka tanah dengan mudah terpecah dan proses terjadinya erosi pun dimulai.
Ketidak normalan data terjadi pada lokasi RKT 2007 TPTII, dimana laju erosi pada RKT 2007 TPTII lebih besar dibandingkan RKT 2007 TPTI. Hal ini
diakibatkan oleh perbedaan sistem silvikultur yang digunakan di lokasi ini. Sistem silvikultur TPTII terdiri dari dua jalur yang membentang dari utara hingga selatan,
yaitu jalur tanam dan jalur antara. Jalur tanam merupakan suatu bentuk rekayasa lingkungan dimana pada jalur tersebut memiliki lebar 3 meter dan harus terkena
cahaya matahari penuh, sehingga jalur tersebut harus bersih dari tumbuh- tumbuhan. Jalur antara adalah jalur yang dibiarkan tumbuh normal disamping
jalur tanam dan memiliki lebar 17 meter. Bak erosi RKT 2007 TPTII berada pada jalur tanam. Jalur yang telah
bersih dari tumbuh-tumbuhan menyebabkan tanah tidak terlindungi dari besarnya energi kinetik air hujan, akibatnya tanah lebih mudah terpecah dan tererosi.
Gambar 7 Laju erosi pada metode tongkat di jalan sarad dan jalur tanam. Gambar 7 menunjukkan laju erosi pada pengukuran tongkat di jalan sarad
dan jalur tanam, kemudian dibandingkan dengan laju erosi di kawasan lindung. Berdasarkan tata waktu kegiatan pemanenan kayu seharusnya RKT 2008 TPTI
memiliki laju erosi yang lebih besar dibandingkan pada lokasi RKT 2007 TPTII
167,93 383,05
188,55 169,32
50 100
150 200
250 300
350 400
450
Kawasan Lindung RKT 2007 TPTII Jalur
Tanam RKT 2007 TPTI Di
Jalan Sarad RKT 2008 TPTI Di
Jalan Sarad Ton ha t ahun
dan RKT 2007 TPTI. Pertama, hal ini dapat disebabkan pada lokasi RKT 2007 TPTII memiiki sistem silvikultur yang berbeda dengan sisitem silvikultur TPTI.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sistem silvikultur TPTII terdiri dari dua jalur yang membentang dari utara hingga selatan, yaitu jalur tanam dan jalur
antara sehingga erosi yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan sistem tebang pilih. Kedua, jalan sarad di PT. Austral Byna tidak terlalu terbuka penutupan
tajuknya, sehingga air hujan yang jatuh tidak langsung menyentuh tanah melainkan menyentuh daun dan batang terlebih dahulu akibatnya kekuatan air
dalam menumbuk tanah menjadi jauh berkurang. Ketiga, jalan sarad di PT. Austral Byna sudah terlalu padat, sehingga laju erosi menjadi lebih kecil namun
aliran permukaan menjadi lebih besar dibandingkan saat jalan sarad pertama ditinggalkan.
Dibandingkan dengan RKT 2008 TPTI seharusnya RKT 2007 TPTI memiliki laju erosi yang lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
kelerengan yang ada pada kedua lokasi pengukuran. Meskipun sama-sama berada di jalan sarad, namun dinilai panjang lereng di RKT 2007 TPTI lebih besar
dibandingkan dengan lokasi pada RKT 2008 TPTI sehingga erosi yang terjadi pun semakin besar.
Gambar 8 Laju erosi pada metode tongkat di bawah tegakan dan jalur antara. Sama seperti pada lokasi di jalur tanam dan jalan sarad, lokasi pengukuran
di jalur antara dan di bawah tegakan juga memiliki bentuk grafik yang mirip. Umumnya perbedaan laju erosi di atas disebabkan oleh perbedaan sistem
silvikultur. Sistem TPTII memiliki limit diameter yang dapat ditebang diatas 40
167,93 457,31
293,07 244,87
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
Kawasan Lindung RKT 2007 TPTII Jalur
Ant ara RKT 2007 TPTI Di
bawah Tegakan RKT 2008 TPTI Di
bawah Tegakan Ton ha t ahun
cm, sedangkan pada TPTI memiliki limit diameter diatas 60 cm untuk hutan produksi terbatas dan limit diameter diatas 50 cm untuk hutan produksi tetap
sehingga sistem TPTII memiliki lebih banyak kesempatan untuk memanen kayu akibatnya keterbukaan pada sistem TPTII menjadi lebih besar. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa semakin besar hutan yang terbuka maka laju erosi akan semakin besar.
Sama seperti laju erosi di jalan sarad, laju erosi pada lokasi di bawah tegakan juga ternyata banyak dipengaruhi oleh faktor kelerengan. Meskipun
sama-sama berada di bawah tegakan, namun dapat dinilai bahwa RKT 2007 TPTI memiliki panjang lereng yang lebih besar dibandingkan dengan lokasi pada RKT
2008 TPTI sehingga erosi yang terjadi pun semakin besar.
Gambar 9 Laju erosi pada metode pengukuran tongkat. Gambar 9 menunjukkan laju erosi pada pengukuran tongkat disetiap lokasi
pengukuran metode tongkat. Ternyata laju erosi pada RKT 2007 TPTII jalur antara lebih besar dibandingkan dengan di jalur tanamnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh kepadatan pada jalur tanam dan terdapat banyak serasah pada jalur tanam. Kepadatan tanah pada jalur tanam diakibatkan oleh manusia saat
melakuan kegiatan penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman silin. Serasah yang menutupi tanah dihasilkan dari pohon-pohon yang berada disekitar
jalur tanam akibat dari kedua faktor ini adalah air hujan yang jatuh sulit untuk memecah agregat-agregat tanah, akibatnya proses erosi tidak banyak terjadi.
457,31 383,05
293,07 244,87
188,55 169,32
167,93
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
RKT 2007 TPTII Jalur
Ant ara RKT 2007
TPTII Jalur Tanam
RKT 2007 TPTI Di
bawah Tegakan
RKT 2008 TPTI Di
bawah Tegakan
RKT 2007 TPTI Di
Jalan Sarad RKT 2008
TPTI Di Jalan Sarad
Kawasan Lindung
Ton ha t ahun
5.3. Faktor yang Mempengaruhi Laju Erosi 5.3.1. Curah hujan