Proses Terjadinya Erosi Penyebab Erosi

kedalaman tiga kali ukuran butir hujan erosi percikan minimum. Pada saat inilah proses erosi lembar dimulai. Erosi lembar akan kita temukan secara jelas di daerah yang permukaannya relatif seragam. Erosi alur dimulai dengan adanya konsentrasi limpasan permukaan. Konsentrasi yang besar akan mempunyai daya rusak yang besar. Bila ukuran alur sudah sangat besar, maka erosi yang terjadi telah memenuhi kategori erosi selokan. Pada proses erosi tanah longsor ditandai dengan bergeraknya sejumlah masa tanah secara bersama-sama. Hal ini disebabkan karena kekuatan geser tanah sudah tidak mampu untuk menahan beban massa tanah jenuh air diatasnya. Adapun erosi pinggir sungai yang mirip erosi tanah longsor mengikis pinggir sungai-sungai yang karena suatu hal mengalami longsor terutama bila pinggir sungai ini vegetasi alaminya ditebang dan diganti dengan tanaman baru.

2.1.2. Proses Terjadinya Erosi

Menurut Rahim 2003, tahapan erosi meliputi benturan butir-butir hujan dengan tanah, percikan tanah oleh butiran hujan ke segala arah, penghancuran bongkahan tanah oleh butiran hujan, pemadatan tanah, penggenangan air di permukaan, pelimpasan air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan, dan pengangkutan partikel terpercik danatau masa tanah yang terdispersi oleh air limpasan. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang cukup lama. Ukuran-ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam menentukan erosi. Hal tersebut dikarenakan energi kinetik merupakan penyebab utama dalam penghancuran agregat-agregat tanah. Erosi bisa terjadi apabila intensitas hujan turun lebih tinggi dibanding kemampuan tanah untuk menyerap air hujan tersebut. Terjadinya erosi secara rinci bisa dijelaskan melalui tiga tahapan. Pertama, penghancuran agregat tanah dan pelepasan partikel. Kedua, pengangkutan tanah oleh aliran air. Ketiga, pengendapan tanah akibat aliran air tidak mampu lagi mengangkut tanah. Mekanisme percikan dilahan datar dan tidak ada angin, tidak menyebabkan kehilangan tanah yang serius, tetapi jika ada angin kuat yang menyebabkan percikannya mengikuti arah angin, kemiringan lahan juga mengarahkan percikan tanah dan menyebabkannya terkumpul kearah kaki bukit. Laju erosi karena pengaruh angin dan kemiringan lahan tergantung kepada ketinggian dan jarak tempuh mendatar percikannya. Jika kapasitas angkut percikan dan kemudahan diangkut masa tanah itu tinggi, maka faktor angin dan lereng akan mengintensifkan laju erosi Purwowidodo,1992.

2.1.3. Penyebab Erosi

Menurut Rahim 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah meliputi hujan, angin, limpasan permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya, dan ada atau tidaknya tindakan konservasi. Menurut Arsyad 2000, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, vegetasi, topografi, tanah dan manusia, yang dapat dinyatakan dalam persamaan deskriptif dibawah ini. E = iklim, topografi, vegetasi, tanah, manusia Persamaan tersebut diatas mengandung dua jenis peubah, yaitu: 1. Faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia, seperti: vegetasi yang tumbuh di atas tanah, sebagian sifat-sifat tanah yaitu kesuburan tanah, ketahanan agregat, dan kapasitas infiltrasi dan unsur topografi yaitu lereng. 2. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia, seperti: iklim, tipe tanah dan kecuraman lereng. Atas pertimbangan tersebut diatas, maka besarnya erosi dapat diperkecil dengan cara mengatur faktor-faktor yang dapat diubah. Adapun uraian faktor- faktor yang dapat menyebabkan erosi dan limpasan permukaan iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia, adalah sebagai berikut: 1. Iklim Menurut Mohr dan Van Baren 1954 dalam Santosa 1985, angka hujan di Indonesia relatif tinggi bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropis lainnya. Menurut Rahim 2003, makin tinggi curah hujan semakin tinggi juga penutupan tanah oleh vegetasi, mengakibatkan semakin membaiknya proteksi terhadap tanah. Demikian pula halnya dengan keadaan tanah. Dalam Purwowidodo 1992, faktor-faktor iklim yang berperan penting dalam merangsang erosi tanah adalah temperatur, angin, dan curah hujan. Tempertur berpengaruh pada laju pengeringan tanah dan penguraian bahan-bahan tanah. Pengeringan tanah akan meningkatkan kapasitasnya menyerap air hujan, mengurangi volume air limpasan dan erosi. Temperatur yang tinggi efektif merombak bahan organik tanah. Perombakan bahan organik yang berlebihan akan menurunkan kemantapan agregat tanah, sehingga lebih mudah dipecah dan diangkut oleh tumbukan langsung butir-butir air hujan dan limpasan. Hujan mempengaruhi segala proses erosi mulai dari pemecahan agregat tanah menjadi butir-butir primer sampai dengan pengangkutannya. Hujan tropis adalah lebih erosif dari pada hujan didaerah beriklim sedang. Hal ini disebabkan oleh tingginya intensitas hujan. Menurut Arsyad 2000, ada tiga komponen karakteristik hujan yang berpengaruh terhadap erosi yaitu jumlah, intensitas dan distribusi hujan. Jumlah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu wilayah tertentu dinyatakan dalam milimeter atau centimeter. Intensitas hujan menyatakan besarnya atau jumlah hujan yang jatuh dalam waktu yang singkat, dinyatakan dalam millimeter atau centimeterjam. Jumlah rata-rata curah hujan yang tinggi mungkin tidak menyebabkan terjadinya erosi jika intensitasnya rendah. Demikian juga suatu hujan yang intensitasnya besar yang terjadi dalam waktu yang singkat mungkin tidak akan menimbulkan erosi karena tidak cukup air untuk mengangkut tanah. Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang jatuh di suatu tempat dalam satu satuan tertentu mmjam atau cmjam. Intensitas hujan banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena laju erosi yang terjadi. Laju erosi dikawasan bercurah hujan 250 mmtahun adalah sangat kecil atau dapat diabaikan. Laju erosi tanah oleh air akan cenderung meningkat sesuai peningkatan curah hujannya sampai 750 mmtahun tetapi pada peningkatan selanjutnya tidak diikuti oleh peningkatan laju erosi tanahnya. Daerah bercurah hujan 750 mmtahun umumnya merupakan daerah tropis kering sampai padang pasir. Air hujan yang jatuh di kawasan ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tumbuhannya. Kawasan ini cenderung menjadi sasaran erosi angin. Daerah dengan curah hujan sedang, menghadapi ancaman erosi berat selama musim hujan, jauh melebihi laju erosi di daerah tropis basah. Hal ini disebabkan antara lain: 1. Daerah tropis agak kering masih kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan tumbuhan sehingga kurang mampu memberikan penutupan tetap pada permukaan tanah, yang akan memberikan perlindungan terhadap ancaman erosi. Pada akhir musim kemarau seringkali hanya tersisa sedikit tumbuhan yang menutupi tanah, sehingga pada musim hujan tiba tidak cukup penutupan tanah untuk mengendalikan erosi. 2. Daerah tropis agak kering didukung oleh golongan tanah yang lebih peka dari pada tanah di daerah tropis basah. 3. Erosivitas hujan kawasan ini dapat melebihi daerah tropika basah, terutama jika musim hujannya cukup panjang. Daerah bercurah hujan 750 mmtahun banyak mempunyai tumbuhan berupa hutan. Adanya hutan alami yang tumbuh baik akan melindungi tanah dari erosivitas hujan hujan yang tinggi. Jika tumbuh-tumbuhan di kawasan hutan itu ditebang, permukaan tanahnya terbuka maka laju erosi tanah pada iklim tropika basah akan melebihi iklim lainnya. 2. Topografi Pada umumnya suatu areal hutan memiliki topografi yang berbeda, mulai dari datar, landai sampai dengan curam. Oleh karena itu dalam bidang kehutanan dikenal dengan satu sistem klasifikasi kelerengan lapangan yang berlaku umum dan tidak tergantung dari metodealat yang digunakan dalam pemanenan kayu. Kelerengan lapangan tersebut dapat diketahui berdasarkan melihat peta topografi dari areal yang ingin diamati atau bisa juga dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan alat bantu untuk mengukur kelerengan seperti clinometer. Besarnya kelerengan ditentukan oleh jarak horizontal dan vertikal dari dua titik yang akan dicari kelerengannya. Untuk kelerengan bernilai 100 adalah kelerengan yang mempunyai sudut 45 o . Faktor-faktor topografi yang mempengaruhi besar kecilnya erosi dan limpasan permukaan ialah derajat kemiringan lereng lapangan dan panjang lereng, dengan kata lain erosi dan limpasan permukaan akan lebih besar pada tanah dengan lereng yang lebih curam dan lebih panjang. Erosi tidak menjadi masalah pada daerah datar, akan tetapi apabila daerah mulai miring maka masalah pencegahan erosi menjadi serius. Faktor topografi lainnya yang mempengaruhi proses erosi adalah konfigurasi lereng dan keseragaman lereng. Dengan kata lain lereng permukaan tanah dapat berbentuk cembung konvek atau cekung konkav. Pengamatan secara umum menunjukkan bahwa erosi lembar lebih hebat pada permukaan cembung daripada permukaan cekung. Sedangkan pada permukaan cekung cenderung berbentuk erosi alur atau parit. Demikian pula aliran permukaan dan erosi yang terjadi pada lereng yang tidak seragam nampaknya lebih kecil daripada lereng yang seragam. 3. Vegetasi Arsyad 2000 mengemukakan bahwa pengaruh vegetasi terhadap erosi dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: a Intersepsi hujan oleh mahkota tanaman b Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air c Pengaruh akar terhadap erositas dan kestabilan agreat tanah d Pengaruh kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap porositas tanah e Transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah Dalam Sjafi’i 1984, batang, akar dan tumbuhan bawah mengurangi kecepatan aliran permukaan yang mengakibatkan pengurangan daya erosi dari aliran tersebut dan juga akar serta serasah menahan sebagian besar sedimen yang melewatinya. Akar tanaman dan humus membuat tanah menjadi sarang sehingga meningkatkan kemampuannya meresapkan air, sehingga secara langsung mengurangi aliran permukaan. Menurut Holy 1980 dalam Santosa 1985, hutan dengan tajuk lebat, tumbuhan bawah yang baik, dan serasah yang tidak terganggu sangat mempengaruhi terjadinya aliran permukaan dan erosi. Pada keadaan hutan seperti itu aliran permukaan tidak lebih dari 10 dari total hujan dan tidak terjadi erosi. Apabila hutan diganti dengan rumput secara jalur maka aliran permukaan akan meningkat dari 0,33 menjadi 20 m³km² dan erosi meningkat menjadi 24 kali. Sedangkan pada waktu hujan intensif erosi meningkat menjadi 500 kali. Ambar dan Karyono 1980 dalam Santosa 1985 melaporkan bahwa vegetasi hanya akan efektif melindungi tanah terhadap erosi apabila tersusun oleh pohon-pohon yang membentuk strata tajuk, adanya tumbuhan bawah dan lapisan serasah. Tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman keras biasanya hanya membentuk satu stratum tajuk. Dengan demikian peranannya terhadap pencegahan erosi sangat ditentukan oleh adanya tumbuhan bawah Menurut Douglas 1968 dalam Santosa 1985, tanaman karet sebenarnya dapat memberikan kondisi yang hampir sama dengan vegetasi hutan. Tetapi karena tajuknya uniform dan terdiri dari satu lapisan, tanaman karet ini kurang protektif dibandingkan dengan vegetasi hutan alam. 4. Tanah Tanah adalah suatu produk alami yang heterogen dan dinamis, maka sifat dan perilaku tanah akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lain dan berubah dari waktu ke waktu. Setiap perbedaan sifat tanah akan menyebabkan perbedaan sifat tanah akan menyebabkan perbedaan nilai kepekaan erosi. Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap erosi. Kepekaan tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah tererosi merupakan fungsi dari berbagai interaksi sifat- sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Sjafi’i 1984, sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap permukaan erosi terhadap kepekaan erosi dan limpasan permukaan adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik, kesarangan, kapasitas lapang, tebal dan sifat horizon serta kadar air tanah. Tanah-tanah yang mendukung ekosistem hutan umumnya bersolum tipis, watak lapisan bawah tidak menguntungkan pertumbuhan tanaman dan bahan induk yang tidakkurang merangsang pembentukan solum baru, sehingga laju erosi yang tidak terkendali akan menghancurkan potensi sumberdaya tanahnya. Watak-watak tanah yang tidak menguntungkan untuk suatu usaha pengelolaan hutan itu selayaknya dijadikan acuan untuk lebih mengutamakan tindakan pengendalian laju erosi dari pada perbaikan. 5. Manusia Manusia dapat mengubah tanah menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung dari cara penggunaan dan pengolahannya. Pola tataguna lahan merupakan pencerminan kegiatan manusia diatasnya. Pengusahaan lahan tergantung pada tingkat penggunaan teknologi, tingkat pendapatan, hubungan antara masukan dan keluaran pertanian, pendidikan, penyuluhan, pemilikan lahan, dan penguasaan lahan. Oleh karena itu penggunaan lahan dapat bersifat membangun dapat juga bersifat merusak Anonymous, 1983. Untuk tanah hutan, tingkat kerusakan tanah ditentukan antara lain oleh: 1. Cara dan alat eksploitasi yang digunakan 2. Sistem penanaman 3. Perusakan oleh penggembalaan, pencarian kayu bakar, kebakaran, dan lain lain

2.1.4. Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Erosi