Topografi Tanah Faktor yang Mempengaruhi Laju Erosi 1. Curah hujan

TPTII, kawasan lindung, dan RKT 2007 TPTI. Lokasi kegiatan analisis keterbukaan di RKT 2008 TPTI berada dibawah tegakan yang telah ditinggalkan ± 4 bulan. Lokasi ini dinilai masih menaungi tanah cukup baik, lain halnya dengan lokasi kegiatan analisis keterbukaan di RKT 2007 TPTI yang bersampingan dengan bekas jalan sarad dan padang rumput, sedangkan lokasi kegiatan analisis keterbukaan di RKT 2007 TPTII memotong jalur tanam dan jalur antara. Hasil dari analisis ini dinilai kurang mewakili karena kegiatan analisis keterbukaan hanya dilakukan tidak jauh dari jalan logging. Untuk itu dilakukan analisis keterbukaan pada peta citra landsat tahun 2008 hasilnya adalah tidak lebih dari setengah penutupan tajuk di RKT 2007 TPTI dan RKT 2007 TPTII yang terbuka. Hal ini disebabkan oleh belum adanya peta pohon saat itu, sehingga kayu tidak dapat diproduksi secara optimal akibatnya penutupan tajuk masih dapat dikatakan baik.

5.3.3. Topografi

Selain curah hujan dan vegetasi, faktor kelerengan juga sangat nyata mempengaruhi proses terjadinya erosi. Menurut Arsyad 2000, faktor-faktor topografi yang mempengaruhi besar kecilnya erosi dan limpasan permukaan ialah derajat kemiringan lereng lapangan dan panjang lereng, dengan kata lain erosi dan limpasan permukaan akan lebih besar pada tanah dengan lereng yang lebih curam dan lebih panjang. Dengan demikian, derajat kemiringan dan panjang lereng merupakan dua faktor topografi yang mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kemungkinan terjadinya erosi. Erosi tidak menjadi masalah pada daerah datar, akan tetapi apabila daerah mulai miring maka masalah pencegahan erosi menjadi serius. PT. Austral Byna memiliki kemiringan lereng lapangan yang cenderung landai. Areal yang memiliki kelerengan lebih besar dari 25 hanya sekitar 2861 ha atau hanya 1 dari jumlah luasan PT. Austral Byna. Namun kemiringan lereng pada RKT 2007 TPTI dinilai memiliki lereng yang besar dan panjang. Hal inilah yang menyebabkan laju erosi di RKT 2007 TPTI menjadi yang tertinggi kedua setelah RKT 2007 TPTII pada metode pengukuran erosi dengan menggunakan tongkat. Gambar 12 Rata-rata laju erosi dilihat dari segi kelas lereng. Gambar 12 menunjukkan rata-rata laju erosi yang dilihat dari segi kelas kelerengan yang diambil dari pengukuran metode tongkat. Dilihat dari segi kelas kelerengan, kelas lereng 8-15 memiliki laju erosi terbesar kemudian semakin menurun pada kelas kelerengan 15 sampai diatas 40 dan laju erosi terendah adalah kelas kelerengan 0-8. Keragaman nilai diantara masing-masing kelas lereng disebabkan oleh panjang dan bentuk lereng pada setiap lokasi pengamatan. PT. Austral Byna banyak terdapat kelas kelerengan 8-15, yaitu sebesar 277,465 ha atau 96,55 dari luas PT. Austral Byna.

5.3.4. Tanah

Menurut Sjafi’i 1984, sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap permukaan erosi terhadap kepekaan erosi dan limpasan permukaan adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik, kesarangan, kapasitas lapang, tebal dan sifat horizon serta kadar air tanah. Namun pada kegiatan di lapangan hanya beberapa sifat tanah yang diperhatikan. Lokasi pengamatan erosi di lapangan umumnya didominasi oleh jenis tanah ultisol. Jenis tanah ultisol memiliki kedalaman tanah yang efektif sedalam 180 cm dengan nilai laju erosi yang diperbolehkan sebesar 97,006 tonhatahun. Melihat nilai laju erosi yang diperbolehkan pada jenis tanah podsolik cukup kecil, maka tanah ultisol di kawasan PT. Austral Byna dapat dikatakan rawan fisik atau memiliki tanah yang rawan akan erosi.

5.3.5. Manusia