ibadah haji, dan pemilik lahan yang tinggal dan menetap di luar Sulawesi Selatan merupakan faktor utama pemicu alih kepemilikan lahan di wilayah
penelitian. Hasil kajian Nurmani 2007 menemukan bahwa penggunaan lahan berupa industri dan perdagangan jasa memberikan pengaruh terhadap pajak
lahan. Dari aspek penggunaan lahan, terdapat perbedaan yang cukup besar antara nilai land rent non pertanian dan pertanian. Nilai land rent dapat
dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan pajak lahan. Lebih lanjut Nurmani 2007 mengemukakan bahwa land rent tinggi belum tentu diikuti
dengan pajak lahan yang tinggi.
5.2. Tipe Fragmentasi Penggunaan Lahan
Analisis fragmentasi penggunaan lahan perkotaan dilakukan pada penggunaan lahan perumahanpermukiman, industri, dan bisnis sebagai pola
penggunaan lahan utama pada wilayah urban atau wilayah yang menuju ke struktur urban. Pola aktivitas manusia dalam memanfaatkan ruang dapat
terindentifikasi dari analisis fragmentasi penggunaan lahan. Gambaran tipe fragmentasi penggunaan lahan perumahanpermukiman, industri, dan bisnis
tersaji pada Tabel 12 Tabel 12. Luas ha tipe fragmentasi penggunaan lahan perkotaan di wilayah peri
urban Kota Makassar
No Penggunaan
Lahan Tipe
Fragmentasi Tahun
Periode 2001
2007 2010
2001-2007 2007-2010
1 Perumahan
Permukiman Core
2437.3 2700.9
2782.0 +
+ Patch
82.5 102.8
107.0 +
+ Edge
1202.9 1295.6
1314.2 +
+ Perforated
138.9 153.6
147.3 +
- 2
Industri Core
181.2 286.7
360.0 +
+ Patch
2.4 4.1
2.0 +
- Edge
135.3 206.5
218.7 +
+ Perforated
0.4 0.9
1.3 +
+ 3
Bisnis Core
29.0 50.7
62.4 +
+ Patch
2.7 4.3
5.1 +
+ Edge
26.3 49.1
58.2 +
+ Perforated
0.0 0.0
0.0 Keterangan : + Bertambah, - Berkurang, 0 Tetap.
Tipe Fragmentasi Penggunaan Lahan PerumahanPermukiman
Tabel 12 menunjukkan bahwa tiga tipe fragmentasi penggunaan lahan perumahanpermukiman, yaitu core, patch, dan edge mengalami peningkatan
luasan pada dua periode pengamatan. Hal ini mengisyaratkan bahwa peri urban Makassar merupakan wilayah yang sangat dinamis berubah, tidak hanya dari
segi luasan tetapi juga dari proses yang kompleks. Peningkatan luasan ketiga tipe fragmentasi diartikan sebagai perkembangan perumahanpermukiman
perkotaan yang sprawl. Hal ini sesuai pendapat Hurd et al. 2006 bahwa indikasi sprawl adalah terjadinya peningkatan luasan tipe core yang didukung
oleh peningkatan luasan tipe patch. Urban sprawl adalah perkembangan area periferi yang bergerak ke arah menjauhi pusat kota Martinuzzi et al. 2007.
Tipe perforated mengalami peningkatan luasan pada periode pertama tetapi terjadi penurunan luasan pada periode kedua. Peningkatan luasan tipe
perforated menjadi indikasi kuat mulai terjadinya isolasi lahan non perumahanpermukiman oleh penggunaan lahan perumahanpermukiman.
Proses fragmentasi penggunaan lahan dicirikan oleh peningkatan luas tipe perforated. Penurunan luasan tipe perforated menandakan konversi
penggunaan lahan menjadi perumahanpermukiman telah sangat berkembang, dengan kemungkinan segera menuju ke tahap leveling off dengan laju
perubahan yang semakin menurun karena tidak adanya lahan yang dikonversi Gambar 14. Survei lapangan menguatkan fenomena tersebut bahwa
pembangunan perumahanpermukiman didahului dengan mengisolasi penggunaan lahan non perumahanpermukiman.
Gambar 14. Perubahan tipe perforated perumahanpermukiman tahun 2001 a dan 2007 b menjadi tipe core perumahanpermukiman
tahun 2010 c.
Fenomena urban sprawl membawa dampak negatif khususnya dari aspek mobilitas. Zhao 2010 mengungkapkan dua dampak negatifnya. Pertama:
meningkatnya kebutuhan untuk jarak perjalanan yang panjang antara pusat kota dan area sub-urban. Kedua: menghasilkan masalah yang berhubungan dengan
penyediaan transportasi publik dan meningkatnya kebutuhan perjalanan oleh kendaraan pribadi. Menurut Habibi dan Asadi 2011, beberapa faktor penting
a b
c
penyebab urban sprawl adalah pertumbuhan penduduk dan pendapatan, harga lahan dan akses penyediaan perumahan yang murah, beberapa pertimbangan
terkait sistem transportasi yang murah, pusat pelayanan baru untuk melayani daerah pinggiran kota, infrastruktur, subsidi dan pelayanan publik.
Poelmans et al. 2009 menambahkan bahwa faktor yang penting menentukan pola urban
sprawl yaitu aksesibilitas dan interaksi dengan wilayah tetangga. Kebijakan Pemerintah Kota Makassar yang terkait penataan ruang
tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Makassar No. 6 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015. Arahan
pengembangan Kawasan Permukiman Terpadu terdapat di Kecamatan Manggala, Kecamatan Rappocini, dan Kecamatan Tamalate.
Perkembangan perumahanpermukiman terjadi pada seluruh wilayah penelitian.
Fenomena ini dapat dijadikan indikasi adanya perbedaan perencanaan yang disusun oleh
pemerintah dengan orientasi masyarakat. Perbedaan kebijakan pemerintah dengan orientasi masyarakat terkait arahan pemanfaatan ruang juga ditemukan
oleh Huang et al. 2009 di Taipei Taiwan.
Peningkatan luas perumahanpermukiman di Makassar tidak lepas dari pertambahan jumlah
penduduk. Jumlah penduduk keseluruhan di lima kecamatan pada tahun 2001 sebanyak 521.908 jiwa. Jumlah penduduk Makassar meningkat menjadi
597.335 jiwa pada tahun 2006 dan menjadi 709.977 jiwa pada tahun 2010. Kecenderungan para migran memiliki rumah tinggal permanen di wilayah
perkotaan mendorong meningkatnya kebutuhan perumahanpermukiman. Nilai yang dianut masyarakat migran akan meningkatnya kelas sosial adalah jika
memiliki rumah di perkotaan sehingga mendorong tingginya permintaan perumahanpermukiman. Dari aspek ekonomi, investasi di sektor
perumahanpermukiman mempunyai risiko kerugian yang rendah. Nilai investasi perumahanpermukiman mengalami kenaikan seiring perkembangan waktu.
Tipe Fragmentasi Penggunaan Lahan Industri
Penggunaan lahan industri pada tiga seri pengamatan mengalami pertambahan luasan untuk tiga tipe fragmentasi, yaitu core, edge, dan
perforated. Tipe core industri mengalami pertambahan luasan. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan industri tumbuh cukup pesat di wilayah studi.
Pola peningkatan luasan tipe core diikuti oleh tipe edge dan perforated. Peningkatan luasan tipe edge merupakan dampak meningkatnya luasan tipe
core yang tidak tertata baik dalam satu kawasan khusus. Peningkatan luasan
tipe perforated menjadi indikasi pembangunan industri yang mengisolasi penggunaan lahan non industri. Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa
penggunaan lahan di sekitar industri adalah TPLB, TPLK, Tubuh Air Rawa, dan EmpangTambak. Pembentukan patch-patch industri pada periode 2001-2007
dan penurunan luasan pada periode 2007-2010 menjadi indikasi adanya aglomerasi industri. Menurut Rustiadi et al. 2009, aglomerasi disebabkan oleh
adanya kerjasama untuk memanfaatkan skala ekonomi atau untuk penghematan biaya transportasi. Lin dan Ben 2009 menambahkan bahwa aglomerasi industri
menawarkan banyak keuntungan dan industri yang selaras dengan aglomerasi akan menarik banyak perusahaan karena mampu mendapat manfaat ekonomi.
Aglomerasi industri ditemukan di sepanjang Jalan Tol Ir. Sutami, sebagai sarana jalan tol yang menjadi akses utama dari luar Kota Makassar menuju Pusat Kota
Makassar, Pelabuhan Soekarno Hatta, dan Pusat Bisnis Panakukkang. Arahan pemanfaatan ruang untuk Pengembangan Industri Terpadu dan Pergudangan
Terpadu terdapat di wilayah Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea. Pertambahan areal industri terdapat di lokasi yang sesuai dengan
RTRW Kota Makassar 2005-2015. Pembangunan area industri yang cenderung meningkat tidak lepas dari
arahan pembangunan wilayah Kota Makassar. Sektor industri menjadi sektor kedua dalam menopang PDRB Kota Makassar
setelah sektor
perdaganganrestoranhotel. Area industri tahun 2001 adalah seluas 319,16 ha dan meningkat menjadi 498,15 ha pada tahun 2007. Pertambahan luas area
industri diiringi oleh meningkatnya PDRB Kota Makassar harga konstan dari Rp 1.198.574.000.000,- pada 2001 menjadi Rp 2.756.584.000.000,- pada tahun
2007. Area industri tahun 2007 meningkat dari 489,15 ha menjadi 582,00 ha pada tahun 2010. Pertambahan luas area industri diiringi oleh meningkatnya
PDRB Kota Makassar harga konstan sebesar Rp 2.756.584.000.000,- pada 2007 menjadi Rp 3.134.152.000.000,- pada tahun 2010. Peranan sektor industri
pengolahan di Kota Makassar sebesar 20,74 dari PDRB Kota Makassar BPS, 2011.
Tipe Fragmentasi Penggunaan Lahan Bisnis
Perbedaan pola perubahan nilai tipe fragmentasi ditemukan pada penggunaan lahan bisnis. Ketiga tipe fragmentasi mengalami peningkatan
luasan yaitu core, patch, dan edge. Peningkatan luasan tipe core dan tipe edge menandakan bahwa terbentuknya core baru diikuti juga oleh terbentuknya tipe
edge. Kecenderungan yang sama terjadi pada tipe patch. Ketiga fenomena peningkatan tipe fragmentasi bisnis mengindikasikan berkembangnya area bisnis
secara sprawl. Perbedaan mendasar dari dua penggunaan lahan sebelumnya adalah bahwa pembangunan area bisnis tidak mengisolasi penggunaan lahan
non bisnis. Hal ini ditandai dengan tidak ditemukannya tipe perforated pada analisis fragmentasi penggunaan lahan bisnis dari tahun 2001, tahun 2007, dan
tahun 2010. Wilayah Kecamatan Tamalate menjadi arahan pemanfaatan untuk
Pengembangan Kawasan Bisnis Global Terpadu, Kawasan Bisnis Pariwisata Terpadu, dan Kawasan Bisnis Olah Raga Terpadu. Pembangunan Mall GTC,
Wisata Pantai Akkarena, Tanjung Merdeka,Tanjung Bayam, dan Barombong, dan Trans Studio adalah bentuk dukungan pemerintah dalam menciptakan daya
tarik sektor bisnis di Kota Makassar. Tetapi perkembangan area bisnis terjadi secara tidak teratur di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan
Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea. Peningkatan kualitas jalan sebagai sarana aksesibilitas utama diduga mendorong berkembangnya area-area bisnis
di wilayah penelitian. Hal ini mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Poelmans dan Romapey 2009 dan Habibi dan Asadi 2012. Fenomena ini
berdampak pada bertambahnya waktu tempuh ke pusat kota akibat kemacetan. Arus kendaraan yang mengalami kemacetan khususnya terjadi di depan
Makassar Town Square MTos. Penggunaan lahan bisnis terdiri dari pasar tradisional, pusat niaga, mini
market, mall, SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, hotel, dan tempat rekreasi. Sektor bisnis merupakan wujud dari sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sektor tersebut menjadi komponen utama dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kota Makassar. Peranan sektor perdaganganhoteldan
restoran dalam PDRB Kota Makassar adalah sebesar 28,71. Pembangunan mall dan mini market berkembang mengikuti jalan di wilayah Kecamatan
Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea, walaupun ruang fasilitas bisnis sudah disediakan oleh pemerintah. Pembangunan Pusat Niaga Daya di Kecamatan
Biringkanaya dan Pasar Sentral BTP Bumi Tamalanrea Permai di Kecamatan Tamalanrea merupakan bentuk penyediaan sarana bisnis oleh pemerintah Kota
Makassar. Fenomena ini memberikan gambaran lemahnya pengawasan pemerintah terkait pengendalian pemanfaatan ruang.
Proses fragmentasi penggunaan lahan utama berdasarkan letak administrasi di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 13. Tipe perforated untuk
penggunaan lahan perumahanpermukiman di wilayah studi mengalami peningkatan luasan pada periode pertama tetapi terjadi penurunan luasan pada
periode kedua, kecuali Kecamatan Biringkanaya. Nilai perforated di Kecamatan
Biringkanaya mengalami peningkatan luasan baik periode pertama maupun kedua. Peningkatan luasan tipe perforated mengindikasikan bahwa proses
fragmentasi lahan sangat intensif di Kecamatan Biringkanaya dibandingkan empat kecamatan lainnya di wilayah studi.
Hal ini ditandai dengan tumbuhnya perumahan baru di sekitar Gedung Olah Raga Sudiang dan Rumah Sakit
Sayang Rakyat. Tipe perforated untuk penggunaan lahan industri hanya ditemukan di Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea. Dua
periode pengamatan menyajikan pola perubahan nilai luasan yang berbeda. Proses fragmentasi lahan masih berlangsung di Kecamatan Biringkanaya
sedangkan di Kecamatan Tamalanrea baru mulai berkembang yang ditandai oleh munculnya tipe perforated pada periode kedua. Tipe perforated
penggunaan lahan bisnis tidak ditemukan di lima kecamatan wilayah studi. Tabel. 13. Luas ha tipe fragmentasi perforated pada penggunaan lahan utama
di wilayah peri urban Kota Makassar
No Kecamatan Penggunaan Lahan
Tahun Periode
2001 2007 2010 2001-2007
2007-2010 1
Biringkanaya PerumahanPermukiman
5,8 8,2
8,3 +
+ Industri
0,4 0,9
0,9 +
Bisnis 0,0
0,0 0,0
2 Tamalanrea
PerumahanPermukiman 9,9
11,0 10,6
+ -
Industri 0,0
0,0 0,4
+ Bisnis
0,0 0,0
0,0 3
Manggala PerumahanPermukiman
13,1 15,3
13,1 +
- Industri
0,0 0,0
0,0 Bisnis
0,0 0,0
0,0 4
Rappocini PerumahanPermukiman
68,5 71,9
68,6 +
- Industri
0,0 0,0
0,0 Bisnis
0,0 0,0
0,0 5
Tamalate PerumahanPermukiman
41,5 47,2
45,6 +
- Industri
0,0 0,0
0,0 Bisnis
0,0 0,0
0,0 Keterangan: + Bertambah, - Berkurang, 0 Tetap.
Perkembangan area perumahanpermukiman, industri, dan bisnis Gambar 15 seharusnya menjadi perhatian pemerintah dalam menyusun
perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan. Dampak jangka panjang dari perkembangan kota yang tidak
terkendali adalah perubahan iklim mikro. Tokairin et al. 2010 menemukan adanya peningkatan rata-rata suhu udara di Jakarta akibat perubahan
penggunaan lahan menjadi area terbangun menggunakan model meteorologi mesoscale. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kenyamanan tinggal dalam
wilayah urban tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa Landscape Fragmentation Analysis
LFA mampu dimanfaatkan dalam mengkaji proses fragmentasi dan perubahan penggunaan lahan di wilayah studi. Namun demikian, perubahan penggunaan
lahan dengan pendekatan analisis fragmentasi penggunaan lahan perlu didalami dengan menganalisis aktor perubahan penggunaan lahan, terutama berdasarkan
etnissuku dan tingkat pendidikan.
5.3. Aktor Perubahan Penggunaan Lahan