terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya
1.000.000 satu juta jiwa Departemen Pekerjaan Umum, 2007.
Sitorus 2010 menguraikan bahwa perancangan fisik suatu lingkungan kehidupan harus berdasarkan tiga segi utama yaitu :
1. FOLK Manusia
Termasuk studi tentang masalah penduduk, kebutuhan sosial seperti tempat ibadah, kesehatan, rekreasi, dan lain-lain.
2. Place Ruang atau tempat
Termasuk studi tentang mengenai lingkungan, pola fisik, iklim, geologi, topografi, vegetasi, pola penggunaan lahan.
3. Work Pekerjaan
Termasuk latar belakang ekonomi dari suatu lingkungan tertentu, sumber- sumber pekerjaan, pembiayaan, dan lain-lain.
Tiga segi utama tersebut, kemudian di Indonesia dikembangkan sebagai : perumahan, karya tempat bekerja, marga jaringan jalan, suka rekreasi dan
hiburan, penyempurna seperti pendidikan, peribadatan, puskesmas, poliklinik. Dalam kenyataan pengelompokan dari apa yang dikatakan “kegiatan pelayanan”
yang mempunyai nilai sosial murni, tumpang tindih dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat politik, ekonomi, budaya, ataupun fisik. Oleh karena itu “pelayanan
sosial” tersebut umumnya dikategorikan sebagai berikut: 1. Pelayanan sosial yang bersifat kultural yang tercakup didalamnya : fasilitas
pendidikan, fasilitas peribadatan, dan fasilitas hiburan 2. Pelayanan sosial yang bersifat fisik: perumahan, fasilitas kesehatan, pos
keamanan 3. Pelayanan sosial yang bersifat ekonomi: fasilitas pasar, pertokoan, transport
lokal dan regional 4. Pelayanan sosial yang bersifat politik: pusat pemerintahan.
2.2. Perubahan Penggunaan Lahan
Kebutuhan akan lahan meningkat dari waktu ke waktu yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk, perkembangan struktur masyarakat dan perekonomian
sebagai konsekuensi logis dari hasil pembangunan. Permintaan terhadap sumberdaya lahan ini menjadi faktor pendorong proses perubahan penggunaan
lahan, yang secara garis besar dapat dibagi atas 3 tiga kelompok utama, yaitu: 1 deforestasi baik ke arah pertanian intensif maupun non pertanian, 2
konversi lahan pertanian ke non pertanian, dan 3 penelantaran lahan. Ketiga
kelompok utama perubahan penggunaan lahan tersebut merupakan gambaran permasalahan penggunaan lahan yang menurunkan konflik sosial, ekonomis,
kelembagaan dan politis Saefulhakim et al. 2004. Kajian perubahan penggunaan lahan sangat tergantung dari
pemanfaatan data spasial. Data tersebut dapat diturunkan dari peta penggunaan lahan dan data penginderaan jauh. Umumnya kajian perubahan penggunaan
lahan menggunakan data penginderaan jauh resolusi rendah. Kajian perubahan penggunaan lahan dalam skala yang lebih besar membutuhkan tingkat
kedetailan informasi yang lebih tinggi. Ketersediaan data citra penginderaan jauh resolusi tinggi seperti Ikonos 1 m, Quick Bird 0,60 m, World View 0,50
m, dan Geo Eye 0,60 m mempermudah kajian perubahan penggunaan lahan skala detail sampai semi detail. Umumnya hambatan yang ditemukan adalah
akses data spasial yang mahal di lembaga penyedia data maupun instansi pemerintah.
Perubahan penggunaan lahan dapat dijabarkan dengan berbagai pendekatan. Kajian pustaka menyajikan informasi bahwa matriks transisi
merupakan salah satu alat analisis yang banyak dimanfaatkan untuk menjelaskan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah.
Matriks transisis telah digunakan oleh Prenzel dan Treitz 2004 di Manado Sulawesi Utara, mayoritas perubahan penggunaan lahan terjadi di pinggiran kota
yaitu di pinggiran desa-kota. Tahun 1990, pada dasarnya tidak ada hutan hujan primer di pinggiran Manado, daerahnya didominasi oleh perkebunan kelapa serta
lahan pertanian yang telah dibersihkan. Akibatnya, sebagian besar perubahan yang diamati melibatkan konversi lahan untuk ekstraksi pertanian kelapa dan
built-up atau pre-built-up yaitu tanah. Pola urbanisasi yang diamati terjadi pada topografi permukaan tanah datar di daerah utara ke arah kota Paniki Bawah
yaitu menuju bandara, timur menuju Bitung, dan selatan menuju Tomohon. Perubahan yang terjadi berdekatan dengan rute akses utama. Matriks transisi
dapat dilihat pada Gambar 1. Tahun ke x+1
Tahun ke-x
Penggunaan Lahan a
Penggunaan Lahan b
Penggunaan lahan ke-z
Penggunaan Lahan a Penggunaan Lahan b
Penggunaan Lahan ke-z Gambar 1. Matriks transisi.
Dua informasi yang dapat diekstrak dari pendekatan matriks transisi. Bagian pertama yang merupakan bagian yang ditandai diagonal matriks
memberikan gambaran bahwa tidak terjadi perubahan penggunan lahan wilayah tersebut. Pada bagian lain off-diagonal memberikan informasi luasan
penggunaan lahan yang berubah pada tahun ke-x+1. Matriks transisi cukup memberikan gambaran dinamika penggunaan
lahan yang terjadi di suatu wilayah. Kekuatannya terletak pada perubahan penggunaan lahan tetapi tidak dapat memberikan gambaran motif perubahan
penggunaan lahan. Kajian perencanaan wilayah menggunakan analisis matriks transisi perlu ditindaklanjuti dengan analisis fragmentasi. Perkembangan
perumahanpermukiman, industri, dan bisnis merupakan isu utama perubahan penggunaan lahan di wilayah perkotaan. Di Kawasan Perkotaan Manado
Sulawesi Utara, lahan terbangun bertambah 158,8 ha dari tahun 1990 sampai 1999 dan peningkatan luasan berasal dari konversi padang rumput,
kebun campuran, dan lahan terbuka Prenzel dan Treitz 2004.
2.3. Analisis Fragmentasi Lanskap