Analisis Fragmentasi Lanskap Fragmentasi Lahan Perkotaan

Dua informasi yang dapat diekstrak dari pendekatan matriks transisi. Bagian pertama yang merupakan bagian yang ditandai diagonal matriks memberikan gambaran bahwa tidak terjadi perubahan penggunan lahan wilayah tersebut. Pada bagian lain off-diagonal memberikan informasi luasan penggunaan lahan yang berubah pada tahun ke-x+1. Matriks transisi cukup memberikan gambaran dinamika penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah. Kekuatannya terletak pada perubahan penggunaan lahan tetapi tidak dapat memberikan gambaran motif perubahan penggunaan lahan. Kajian perencanaan wilayah menggunakan analisis matriks transisi perlu ditindaklanjuti dengan analisis fragmentasi. Perkembangan perumahanpermukiman, industri, dan bisnis merupakan isu utama perubahan penggunaan lahan di wilayah perkotaan. Di Kawasan Perkotaan Manado Sulawesi Utara, lahan terbangun bertambah 158,8 ha dari tahun 1990 sampai 1999 dan peningkatan luasan berasal dari konversi padang rumput, kebun campuran, dan lahan terbuka Prenzel dan Treitz 2004.

2.3. Analisis Fragmentasi Lanskap

Analisis Fragmentasi Lanskap Lanscape Fragmentation Analysis yang disingkat LFA merupakan salah satu alat analisis spasial yang berbasis pengolahan morfologi citra dalam Sistem Informasi Geografis seperti di Arc View dan Arc-GIS. Alat analisis ini telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi fragmentasi hutan, tetapi dapat juga digunakan pada lahan semak, lahan perkotaan, dan lain-lain Parent dan Hurd 2008. Vogt et al. 2007 melakukan pemetaan pola spasial dengan pengolahan morfologi citra untuk mengidentifikasi fragmentasi hutan di Taman Nasional Val Grande Italia Utara. Pengolahan morfologi citra dalam proses analisis fragmentasi penggunaan lahan menjadi kelebihan alat analisis ini. Presisi spasial dan akurasi tematiknya yang tinggi sementara tetap mempertahankan kemampuan label fitur pada tingkat piksel untuk setiap skala pengamatan, karena akurasi yang lebih tinggi pada ringkasan statistik pemetaan tingkat piksel dan trend analisis pada tingkat landskap juga akan lebih akurat Vogt et al. 2007. Lebih lanjut Vogt et al. 2007 menambahkan bahwa pendekatan morfologi citra dapat menemukan lebih banyak aplikasi klasifikasi tingkat piksel dan pemetaan pola, seperti identifikasi fragmentasi internal dan eksternal. Ada empat tipe fragmentasi yang teridentifikasi yaitu Core, Patch, Edge, dan Perforated. Hurd et al. 2006 mengidentifikasi terjadinya sprawl di wilayah Connecticut dengan beberapa indikasi antara lain: Core hutan menurun dari waktu ke waktu, karena kehilangan hutan dan konversi untuk kategori fragmentasi hutan lainnya. Perforated hutan meningkat dari waktu ke waktu. Edge hutan menurun, tetapi sedikit meningkat dalam kontribusi persennya. Patch hutan juga meningkat dari waktu ke waktu, baik dari sisi luasan maupun kontribusi persennya. Umumnya konversi hutan yang terjadi berada jauh dari pusat perkotaan.

2.4. Fragmentasi Lahan Perkotaan

Fragmentasi perkotaan didefinisikan sebagai sebuah fenomena spasial hasil tindakan memisahkan diri, terpecah dari, atau lepas dari struktur kota dan sistem kota Burgess 2007. Fenomena urban sprawl merupakan salah satu bentuk fragmentasi penggunaan lahan perkotaan yang umumnya terjadi di wilayah sub-urban. Rustiadi et al. 2009 menjelaskan bahwa perluasan wilayah urban ke wilayah pinggir kota berdampak pada meluasnya skala manajemen wilayah urban secara riil. Di lain pihak, proses ini sering sebagai proses yang kontradiktif mengingat prosesnya yang selalu diiringi dengan proses konversi lahan pertanian yang sangat produktif. Perkembangan area terbangun yang tidak terkendali urban sprawl terjadi di Delta Jeneberang Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Hasil penelitian Useng et al. 2011 menemukan adanya peningkatan luas area terbangun dan permukiman sebesar 18 1999-2003 dan 34 2003-2010. Penggunaan lahan area terbangun dan permukiman dari 213,37 ha tahun 1999 meningkat menjadi 729,26 ha tahun 2010. Penggunaan lahan yang mengalami desakan adalah lahan kering, sawah, dan tambak. Fragmentasi lanskap biasanya disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia seperti urbanisasi dan perubahan penggunaan lahan, serta elemen lanskap seperti jalan, kereta api, dan sungai. Oleh karena itu, hubungan antara fragmentasi lanskap dan faktor dampaknya harus diperkuat dengan indikator kuantitatif Gao dan Li 2011.

2.5. Perencanaan dan Penataan Ruang Wilayah