Kondisi Geografis dan Fisik Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis dan Fisik Wilayah

Wilayah penelitian secara geografis terletak antara 5 05 ’ – 5 15 ’ Lintang Selatan dan 119 20 ’ – 119 30 ’ Bujur Timur dengan ketinggian antara 0 sampai 25 meter dari permukaan laut mdpl. Batas wilayah penelitian secara administrasi: Sebelah Utara : Kecamatan Mandai dan Kecamatan Marusu Kabupaten Maros Sebelah Timur : Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros dan Kecamatan Pattalassang, Kecamatan Somba Opu, kecamatan Pallangga, dan Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Sebelah Selatan : Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar Sebelah Barat : Wilayah kecamatan lain di Kota Makassar dan Selat Makassar. Kota Makassar memiliki luas wilayah 177.75 km 2 yang terdiri dari daratan dan pulau-pulau. Wilayah Peri-urban Kota Makassar mencakup lima kecamatan yang terdiri dari 39 kelurahan dengan luas 133,64 km 2 atau 76,02 dari luas Kota Makassar. Wilayah Kecamatan Biringkanaya memiliki wilayah yang paling luas dan Kecamatan Rappocini dengan luas wilayah paling kecil. Perbandingan luas kecamatan, persentase luas kota, dan jumlah kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas wilayah, persentase luas kota, dan jumlah kelurahan menurut kecamatan peri-urban di Kota Makassar Tahun 2010 No Kecamatan Luas km 2 Persentase luas kota Jumlah kelurahan 1 Tamalate 20,21 11,50 10 2 Rappocini 9,23 5,25 10 3 Manggala 24,14 13,73 6 4 Biringkanaya 48,22 27,43 7 5 Tamalanrea 31,84 18,11 6 Jumlah 133,64 76,02 39 Keterangan: Dari luas Kota Makassar Sumber: BPS 2011. Ditinjau dari kondisi jarak dari Ibu Kota Kecamatan ke Lapangaan Karebosi sebagai Pusat Kota Makassar, Kecamatan paling jauh adalah Kecamatan Biringkanaya sejauh 12 km, Kecamatan paling dekat adalah Kecamatan Makassar dengan jarak 0 km. Lima Kecamatan area penelitian berada pada jarak antara 5 km–12 km dari pusat kota Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Jarak ibukota kecamatan ke pusat Kota Makassar No Kecamatan Jarak km 1 Tamalate 5 2 Rappocini 7 3 Manggala 9 4 Biringkanaya 12 5 Tamalanrea 10 Sumber: BPS Kota Makassar 2011 Ketinggian tempat di wilayah penelitian bervariasi mulai dari ketinggian 0-25 mdpl meter dari permukaan laut. Ketinggian tempat menurut kecamatan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Ketinggian tempat lima kecamatan peri-urban di Kota Makassar No Kecamatan Ketinggian tempat mdpl 1 Tamalate 1 – 6 2 Rappocini 2 – 6 3 Manggala 2 – 22 4 Biringkanaya 1 – 19 5 Tamalanrea 1 – 22 Sumber: BPN Kota Makassar 2008 Topografi Kota Makassar umumnya datar dengan tingkat kemiringan lereng 0-8. Wilayah penelitian yang memiliki ketinggian diatas 10 mdpl hanya ada di Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Manggala. 11 kecamatan lainnya berada dibawah ketinggian 10 mdpl. Jenis tanah yang terdapat di Kota Makassar terdiri dari jenis tanah Inceptisol dan Ultisol. Jenis tanah Inceptisol dominan berada di bagian barat dan selatan Kota Makassar. Jenis tanah Ultisol dominan berada di sebelah utara Kota Makassar. Bagian timur Kota Makassar jenis tanahnya merupakan kombinasi dari kedua jenis tanah tersebut. Wilayah Kota Makassar memiliki stasiun pengamatan iklim yaitu curah hujan dan suhu udara di BMG IV Stasiun Maritim Paotere. Curah hujan rata- rata tahunan selama kurung waktu dari 1997 – 2011 berkisar pada 3.083 mm. Suhu rata-rata antara 25 C sampai 33 C. Tadjang 2001 menguraikan bahwa sistem klasifikasi yang digunakan oleh Oldeman dalam menetapkan macam bulan adalah curah hujan rata-rata bulanan selama periode paling sedikit 10 tahun. Kriteria tinggi curah hujan rata-rata yang digunakan Oldeman dalam menentukan macam bulan adalah: 1 Bulan Kering BK adalah bulan dengan curah hujan rata-rata 100 mm, 2 Bulan Lembab adalah bulan dengan curah hujan rata-rata 100-200 mm, 3 Bulan Basah adalah bulan dengan curah hujan rata-rata 200 mm. Berdasarkan kriteria macam bulan, periode Bulan Basah terjadi pada Desember, Januari, Februari, Maret, dan April. Bulan Kering terjadi pada Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober. Bulan Mei dan Nopember merupakan Bulan Lembab di Kota Makassar. Menurut Oldemen Wilayah Kota Makassar termasuk tipe iklim pertanian C3. Sedangkan menurut Schmid- Ferguson, Kota Makassar termasuk wilayah dengan tipe hujan D daerah sedang dengan ciri vegetasi hutan musim.

4.2. Kondisi Demografi