III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan wilayah Peri-urban Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah peri-urban adalah wilayah kecamatan yang
mengelilingi pusat kota dan berbatasan dengan kabupaten tetangga Kota Makassar. Wilayah peri-urban di lokasi penelitian terdiri dari lima Kecamatan
yaitu Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Manggala, Kecamatan Rappocini, dan Kecamatan Tamalate Gambar 2. Penelitian ini
dilakukan pada Bulan Maret - Agustus 2012. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari: perencanaan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, pengecekan
lapangan, analisis data, interpretasi hasil, dan penulisan.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan alat tulis yang digunakan berupa seperangkat komputer dengan perangkat lunak Software Microsoft Word, Microsoft Excel, Arc-GIS versi
9.3, dan peralatan penunjang lain seperti alat tulis, kamera digital, Global Positioning System GPS Garmin Oregon, dan kuesioner.
3.3. Pelaksanan Penelitian 3.3.1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan penduduk untuk
menggali informasi terkait proses terjadinya perubahan penggunaan lahan yang berdampak pada fragmentasi penggunaan lahan. Data sekunder terdiri dari data
spasial dan data atribut. Data spasial berupa Peta Rupa Bumi Indonesia Kota Makassar skala 1 : 50.000, Peta Administrasi Kota Makassar skala 1 : 25.000,
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015 skala 1 : 25.000, Citra Satelit akuisisi tahun 2001, tahun 2007 Ikonos, dan 2010 Google Earth.
Data atribut berupa jumlah penduduk, laju pertambahan penduduk 2001-2010, dan data PDRB Kota Makassar.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian di wilayah peri urban Kota Makassar
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1 Tabel 1. Jenis , bentuk, dan sumber data penelitian
Jenis data Skala
Bentuk Sumber data Peta Rupa Bumi Indonesia
1 : 50 000 Dijital
Bakosurtanal Peta Administrasi
1 : 25 000 Dijital
Bappeda Kota Makassar
Citra Satelit Ikonos akuisisi 12 Agustus 2001, 2 April
2007, dan 13 Juli 2010 Google Earth
1 m dan 0,6 m
Dijital JICA – Mamminasata
dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Provinsi Sulawesi Selatan
Kota Makassar dalam Angka 2002,2007, 2010, 2011
- Tabular BPS Kota Makassar
Aktor Perubahan Penggunaan Lahan
- Tabular Wawancara
3.3.2. Analisis data Klasifikasi penggunaan lahan
Citra satelit yang diperoleh telah terkoreksi geometri berdasarkan peta Bakosurtanal sehingga dapat dilanjutkan dengan proses klasifikasi penggunaan
lahan. Metode klasifikasi visual didasarkan pada tiga hierarki klasifikasi penutupanpenggunaan lahan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Ketiga hierarki
klasifikasi diturunkan menjadi warnarona, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan, asosiasi spasial Lillesand dan Kiefer 1997, dan kedekatan
interpreter dengan objek Munibah 2008. Teknik dijitasi secara on screen digunakan untuk mengklasifikasikan penggunaan lahan. Klasifikasi penggunaan
lahan seperti PermukimanPerumahan PP, Lahan Industri LI, Bisinis B
merupakan penggunaan lahan utama dalam analisis. Penggunaan lahan
mangrove dan tanaman kehutanan lainnya diklasifikasi menjadi Hutan H.
Tambak dan Empang diklasifikasi sebagai penggunaan lahan EmpangTambak
ET. Sawah diklasifikasi menjadi Tanaman Pangan Lahan Basah TPLB. Klasifikasi Tanaman Pangan Lahan Kering TPLK terdiri dari tegalan, kebun
campuran, tanah kosong. Taman, Lapangan, Jalan Utama, dan Pekuburan
diklasifikasi sebagai Penggunaan Lahan Lain PLL. Tubuh Air TA terdiri dari
sungai, kanal, waduk, dan rawa. Generalisasi penutupan lahan menjadi klasifikasi penggunaan lahan disajikan ada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi penutupanpenggunaan lahan wilayah peri-urban Kota Makassar
No Penutupan Lahan Klasifikasi Penggunaan Lahan
1 Sawah
Tanaman Pangan Lahan Basah TPLB
2 Ladang
Tanaman Pangan Lahan Kering TPLK
Kebun Campuran Lahan Kosong
Area berumput
3 SPBU Pertamina
Bisnis B Mini MarketMall
Pasar Tempat Rekreasi
Hotel Terminal Angkutan Darat
4 Pabrik PengolahanPengepakan
Industri I Pabrik Kapur
Pergudangan Instalasi Gardu Listrik PLN
5 PerumahanPermukiman
PerumahanPermukiman PP Rumah Ibadah
Gedung Olah Raga Rumah Toko Ruko
Perkantoran SekolahPerguruan Tinggi
6 Mangrove
Hutan H JatiTanaman Kehutanan
7 Tambak
EmpangTambak ET Empang
8 Rawa
Tubuh Air TA SungaiKanal
Waduk Area Perairan
9 Jalan Utama
Penggunaan Lahan Lain PLL Lapangan Terbuka Sepak Bola
dan Golf Area Pekuburan
Taman Kota TPAS Tempat Pembuangan
Akhir Sampah
Visualisasi penggunaan lahan pada sumber yang berbeda memberikan karakteristik tampilan objek yang berbeda. Tampilan penggunaan lahan pada
wilayah penelitian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tampilan penggunaan lahan pada citra satelit dan foto lapangan
No Penggunaan Lahan Citra Satelit
Foto Lapangan 1
Tanaman Pangan Lahan Basah
TPLB: Sawah
2 Tanaman Pangan
Lahan Kering TPLK:
KebunLadang
3 Bisnis:
SPBU Pertamina
4 Industri:
Industri Pengepakan
5 Perumahan
Permukiman
6 Hutan
: Mangrove
7 Empang
Tambak
8 Tubuh Air
: Sungai
9 Penggunaan Lahan
Lain : Jalan Utama
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Perubahan distribusi penggunaan lahan pada dua atau lebih data dapat diidentifikasi dengan berbagai teknik. Teknik identifikasi yang umum digunakan
adalah membandingkan atribut data tersebut. Perubahan nilai pada atribut tersebut umumnya luasan ha penggunaan lahan Trisasongko et al. 2009.
Perubahan distribusi penggunaan lahan tahun 2001 ke tahun 2007 dan tahun 2007 ke tahun 2010 dianalisis menggunakan matriks transisi. Hasil analisis
matriks transisi menyajikan informasi pola perubahan penggunaan lahan.
Analisis Fragmentasi Penggunaan Lahan
Fragmentasi penggunaan lahan adalah proses perubahan penggunaan lahan dari penggunaan homogen menjadi heterogen. Kecenderungan
perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun dan indikasi perkembangan kota yang sprawl dapat diidentifikasi dengan analisis fragmentasi.
Salah satu alat analisis fragmentasi penggunaan lahan adalah Landscape Fragmentation Analysis, yang dapat dijalankan di software Arc View maupun Arc
GIS Vogt et al. 2007. Analisis fragmentasi mengidentifikasi empat tipe yaitu : Core inti, perforated berlubang, edge tepi, dan patch. Kajian fragmentasi
penggunaan lahan dapat dilakukan untuk berbagai tipe penutupanpenggunaan lahan seperti hutan, lahan semak, lahan perkotaan, dan lain-lain Parent dan
Hurd 2008. Gambaran mengenai empat tipe fragmentasi penggunaan lahan perumahanpermukiman disajikan pada Gambar 3.
Proses diferensiasi pada Model LFA menggunakan operasi logika dengan dua pendekatan analisis piksel picture element yaitu 8 tetangga dan 4 tetangga
Gambar 4. Proses analisis fragmentasi dimulai dari peta tematik dengan dua atribut, misalnya perumahanpermukiman dan non perumahanpermukiman.
Ukuran batas ditentukan secara arbiter yaitu 25 meter. Core ditetapkan jika
piksel inti dan 8 tetangga adalah perumahanpermukiman, dan berada pada jarak lebih besar 25 meter dari non perumahanpermukiman. Patch ditetapkan jika
piksel dan 4 tetangga depan belakang, kiri kanan perumahanpermukiman, berada pada jarak lebih kecil sama dengan 25 meter dari non
perumahanpermukiman, dan tidak masuk dalam track piksel core. Edge ditetapkan berada pada track piksel core perumahanpermukiman tetapi tidak
berdekatan dengan patch non perumahanpermukiman. Perforated ditetapkan berada pada track piksel core perumahanpermukiman tetapi berdekatan dengan
patch non perumahanpermukiman. Analisis fragmentasi penggunaan lahan perkotaan hanya dilakukan pada penggunaan lahan perumahanpermukiman,
industri, dan bisnis. Bagan alir proses pemilahan tipe fragmentasi penggunaan lahan perkotaan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 3. Tipe fragmentasi perumahanpermukiman.
a b Piksel inti
Piksel tetangga
Gambar 4. Ilustrasi piksel 8 tetangga a dan 4 tetangga b. Area Core, misalnya pada perumahanpermukiman, memiliki piksel yang
dipertimbangkan tidak terdegradasi oleh “efek tepi”. Bagian tepi dalam perumahanpermukiman yang lain dipertimbangkan sebagai Perforated,
selebihnya diklasifikasi sebagai Edge. Sementara itu, Patch adalah fragmen kecil perumahanpermukiman yang sama sekali terdegradasi oleh “efek tepi”.
Proses analisis fragmentasi penggunaan lahan perkotaan untuk tiga titik pengamatan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengekstrak peta penggunaan lahan menjadi dua tema seperti peta perumahanpermukiman 2, peta non perumahanpermukiman 1.
2. Mengkonversi format data vektor menjadi data raster interval 10 m dengan pertimbangan ukuran rata-rata satu unit bangunan 10x10 m, ukuran file,
dan waktu pemrosesan data. 3. Menentukan edge width lebar tepi, yaitu diasumsikan sebesar 25 m
4. Memasukkan peta penggunaan lahan perumahanpermukiman dua tema Perumahanpermukiman dengan kode 2 dan non perumahanpermukiman
dengan kode 1 pada Landscape Fragmentation Tools 5. Menghasilkan peta fragmentasi penggunaan lahan permukimanpermukiman.
6. Tahapan 1-5 dilakukan ulang untuk penggunaan lahan industri dan area bisnis.
Hasil dari proses analisis fragmentasi penggunaan lahan memberikan gambaran mengenai proporsi tipe fragmentasi penggunaan lahan pada tiga seri
pengamatan penggunaan lahan selama 10 tahun terakhir. Kecenderungan perubahan luasan tipe fragmentasi memberikan gambaran motif perubahan
penggunaan lahan dan proses fragmentasi penggunaan lahan.
Analisis Deskriptif: Aktor Perubahan Penggunaan Lahan
Proses perubahan penggunaan lahan dikendalikan oleh manusia sebagai aktornya. Aktor perubahan penggunaan lahan di wilayah peri urban Kota
Makassar ditelusuri dengan melakukan wawancara semi terstruktur ke masyarakat. Pengambilan sampel dilakukan dengan pola transek 8 arah dari
pusat kota Center of Business District. Metodologi transek telah digunakan oleh
Shrestha et al. 2012 untuk mendeksi fragmentasi sepanjang perkotaan- perdesaan di Phoenix Metropolitan Area AS. Shrestha et al. 2012
menggunakan ukuran blok transek dengan interval 15 km dan pusat piksel digunakan untuk analisis fagmentasi. Namun pada penelitian ini, penentuan titik
sampel dilakukan secara purposive berdasarkan penggunaan lahan yang melewati garis transek dari Center of Business District CBD. Penentuan
sampel berbasis titik dilakukan dengan pertimbangan penggunaan lahan yang heterogen di wilayah perkotaan. Jumlah responden yang menjadi sampel
pengamatan dan wawancara adalah sebanyak 72 titik. Informasi yang digali adalah terkait status kepemilikan lahan, etnissuku, dan tingkat pendidikan.
Variabel ini didasarkan pada fakta kualitatif bahwa status kepemilikan, etnissuku, dan tingkat pendidikan diduga mendorong terjadinya perubahan
penggunaan lahan. Pengambilan foto penggunaan lahan dilakukan bersamaan dengan proses wawancara. Hasil wawancara dan pengamatan lapangan
diorganisir menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif mampu memberikan informasi pendukung dalam menggambarkan identitas dan
kecenderungan aktor perubahan penggunaan lahan. Karakteristik aktor perubahan penggunaan lahan yang diamati adalah etnissuku dan tingkat
pendidikan.
Gambar 5. Bagan alir klasifikasi tipe fragmentasi penggunaan lahan Diadopsi dari Parent dan Hurd 2008.
3.4. Diagram Alir Penelitian