Definisi Perhatian Orang tua

yang diberikan seorang pembiming baik orangtua atau wali kepada anak atau anak didik dalam aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu . Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak di antaranya sebagai berikut: 27 1 Konsep pendidikan anak dan tujuannya. 2 Mencari informasi tentang pendidikan anak sebanyak-banyaknya. 3 Memahami kiat mendidik anak secara praktis, sehingga setiap gejala perkembangan anak dapat ditanggapi secara cepat. 4 Tanamkan nilai pada diri sendiri dulu sebelum ditransfer pada anak- anak. 5 Mengajarkan pada anak untuk mengenal dan menghafal Al-Qur’an sejak sedini mungkin agar dasar Agama tertanam kokoh dalam diri anak. 6 Ciptakan lingkungan yang kondusif yang mendukung keberhasilan penanaman nilai kepada anak. c Bentuk Perhatian Orang Tua dalam Pendidikan Anak Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut: 28 1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. 2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya. 27 Bunda Pathi, Mendidik Anak dengan Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Qasis, h. 48. 28 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Bulan Bintang, cet. 17, h. 38. 3. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya. 4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim. Keteladanan orang tua menjadi sangat penting dalam perkembangan jiwa anak. Jika orang tua selalu memberikan contoh dalam pelaksanaan ibadah, baik dalam bentuk perkataan, maupun perbuatan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak anak akan memiliki akhlak mulia dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Sifat teladan bagaikan magnet yang dapat menarik anak mengikuti apa yang mereka lihat sendiri. Tidak ada yang meragukan betapa efektifnya sikap tauladan orang tua dalam mendidik anak. Disinilah peran penting orang tua, mereka dituntut mampu memainkan peran edukatifnya dengan memberikan pendidikan terutama pendidikan keagamaan yang benar sekaligus sebagai figur identifikasi bagi anak-anaknya. Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan pendidikan mengenai agama, baik melalui contoh, perbuatan, perlakuan, kata-kata dan sebaginya. Segala yang anak lihat dan anak rasakan di dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya, akan menjadi contoh dan panutan bagi anak. d Peranan Orang Tua Terhadap Anak Menurut ST. Vembriarto, keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak; yaitu: 29 1 Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak- anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya. 29 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: 2005, cet.1, h. 33. 2 Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi penuh kasih sayang dan rasa aman 3 Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya. 4 Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. 5 Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempatmedan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan. 6 Fungsi keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.

2. Definisi Motivasi Belajar

a Pengertian Motivasi Menurut Purwa Atmaja Prawira, motivasi memiliki akar kata dari bahasa Latin movere, yang berarti bergerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi dapat diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang dimotivasi tersebut dapat bergerak. 30 30 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012, h. 319. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. 31 Pemberian motivasi adalah salah satu teknik yang dapat meningkatkan semangat dan keinginan belajar siswa. Manusia pada hakikatnya selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Dorongan dan motivasi dari seorang guru terhadap siswanya akan dapat memompa semangat siswa untuk memiliki keinginan kuat guna mencari dan meneliti apa yang hendak diketahuinya. 32 Menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc Donald yang dikemukakan mengandung 3 elemen penting. 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysilogical” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia, penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia tapi 31 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, cet. 19, h.73-75. 32 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”, Jakarta : Tazkia Publishing, 2011, cet. 2, jilid. 6, h. 112. kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 33 Abraham Maslow 1943; 1970 mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkan dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid. Manusia memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan tersebut dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan psikologis yang kompleks yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. 34 Aktualisasi Diri Penghargaan Sosial Keamanan Fisiologis Gambar 11.1 kebutuhan pokok manusia menurut Maslow Kebutuhan pokok tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 35 a. Kebutuhan fisiologis rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya; b. Kebutuhan rasa aman merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya; c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki; d. Kebutuhan akan penghargaan berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan; 33 SardimanA.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, cet. 23, h. 73-74. 34 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, cet. 1, h. 314. 35 Ibid. e. Kebutuhan aktualisasi diri kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya. Menurut beberapa ahli psikologi, pada diri seseorang terdapat penentuan tingkah laku. Yang bekerja untuk mempengaruhi tingkah laku itu. Faktor penentu tersebut adalah motivasi atau daya penggerak tingkah laku manusia. Misalnya, seseorang berkemauan keras atau kuat dalam belajar karena adanya harapan penghargaan atas prestasinya. Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu. 36 b Pengertian Belajar Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi. 37 1 Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris of Learning 1975 menyatakan bahwa : ‘Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan- keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.” 2 Gagne, The Conditions of Learning 1975 menyatakan bahwa : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi 36 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet. 4, h. 8. 37 Ngalim Purwanto, Psokologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2010, cet. 24, h. 84. ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performance-nya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” 3 Morgan, dalam buku Introduction to Psychology 1978 mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” 4 Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” Perubahan yang dialami seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Jika tangan seseorang menjadi bengkok karena tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut. Padahal jika kita renungkan, sesungguhnya belajar adalah merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar