PENUTUP Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kita menghadapi situasi dilema yang sangat luar biasa. Dimana pendidikan kita seperti terjajah oleh situasi atau keadaan yang sangat kompleks. Gempuran-gempuran ini menjadi paradox bagi dunia pendidikan kita. Seperti halnya teknologi informasi yang mebutuhkan kemampuan daya saring yang pada akhirnya akan memberikan efek positif bagi dunia pendidikan. Hal ini memerlukan peranan kerjasama seluruh komponen terutama pemerintah. Agar proses penyerapan pendidikan menjadi sempurna. Memberikan perhatian khusus terhadap dunia pendidikan. Kemudian memperhatikan kebutuhan dari setiap klasifikasi yang harus diberikan secara proporsional akan memberikan dampak positif. Seluruh komponen masyarakat yang berperan seperti orang tua, guru, media, serta lainnya. Baik secara langsung ataupun tidak haruslah menyadari batapa komponen-komponen ini akan sangat mempengaruhi dunia pendidikan kita. Dengan harapan, kita dapat bersinergi sehingga seluruh prosesnya berjalan dengan sangat baik. Perhatian orang tua menjadi salah satu peran yang sangat penting. Untuk memberikan pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak. Kesadaran, kemampuan internal pribadi orang tua tidak boleh dinafikkan. Sehingga orangtua secara khusus dapat dan ikut belajar sehinnga mampu untuk memberikan pengajaran bagi anak-anak. Pendidikan dimulai dalam keluarga atas anak infant yang belum mandiri, kemudian diperluas di lingkungan tetangga atau komunitas sekitar millieu, lembaga prasekolah, persekolahan formal dan lain-lain tempat anak-anak mulai dari kelompok kecil sampai rombongan relatif besar lingkup makro dengan pendidikan dimulai dari guru rombongankelas yang mendidik secara mikro dan menjadi pengganti orang tua Rasyidin, 2007:36 1 Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat 1 dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 29 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 29 Tahun 2003 tersebut, dikatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.” 2 Sarlito Wirawan Sarwono dalam makalahnya Remaja dalam Era Industri dan Komunikasi menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan nilai-nilai manusia. Perubahan ini semakin memudarkan nilai-nilai moral dalam masyarakat, yang pada gilirannya menuntut masyarakat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang sedang berlangsung, atau tidak sama sekali. Untuk kemudian dilindas dan tertinggal Sarlito Wirawan, 1988: 2 3 Pendidikan anak merupakan kewajiban serta tanggung jawab orang tua, dan bermula dari rumah. Setiap rumah tangga berbeda dengan yang lainnya, masing-masing mempunyai ciri khas, dan di setiap rumah tangga orang tua adalah pemimpin. 4 Sebagai pemimpin, orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan, mengawasi, mempengaruhi, dan menggerakkan si anak agar mau belajar dengan penuh gairah. Untuk memotivasi anak sebaiknya orang tua harus 1 Sukardjo dan Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Pers,2009, h. 9. 2 Ibid., h. 14. 3 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka setia, 2013, h. 235. 4 Ali Samil H., Panduan Praktis Bagi Orang Tua Mendampingi Remaja Meraih Sukses, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2000, h. 34-35. mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik dengan anak. 5 Memiliki kepribadian yang mantap dalam nuansa moralitas bagi orang tua ayah dan ibu dalam suatu rumah tangga, tampaknya bukan sesuatu hal yang mudah. Nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip kemerdekaan, persamaan, dan saling terima tidak gampang diterapkan dalam cara berpikir dan bertindak pada suatu keluarga. 6 Banyak orang tua yang melupakan bahwa hal yang paling penting bagi anak adalah perhatian orang tuanya. Anak ingin mendapat tanggapan, ingin dihargai, ingin mengutarakan isi hati. Menghargai anak sangatlah penting, karena bisa jadi nilai rendah pada saat ulangan adalah bentuk protes dirinya dan anak akan bersikap “Masa bodo”. Masa kanak-kanak merupakan masa yang labil, naik-turun, tidak mantap dan mudah berubah. Sementara, masa ini diyakini sebagai masa yang sangat penting bagi warna hidup seseorang kelak. Para psikolog aliran Freudian berpandangan bahwa manusia ditentukan oleh masa lima tahun pertama dalam kehidupannya. Pepatah yang terkenal di dunia Islam mengatakan, “Belajar di waktu kecil bagai melukis di atas batu, sedangkan belajar di waktu besar bagai melukis di atas air.” 7 Ibnul Jauzi mengatakan, “Pembentukan yang utama ialah pada masa kanak-kanak. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan kemudian telah menjadi kebiasaannya, maka akan sukarlah untuk meluruskannya. Pendidikan budi pekerti anak wajib dimulai dari rumah dalam keluarga sejak masa kanak-kanak. Jangan dibiarkan anak-anak tanpa pendidikan. Jika anak dibiarkan saja tanpa diperhatikan dan tidak dibimbing, ia akan melakukan kebiasaan yang 5 Ibid. 6 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, cet. 1, h. 78-79. 7 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al- Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, h. 105. kurang baik, dan kelak akan sukar baginya meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. 8 Masa pendidikan di sekolah dasar, merupakan kesempatan pertama yang sangat baik, untuk membina pribadi anak setelah orang tua. Seandainya guru-guru baik guru umum, maupun guru agama, di sekolah dasar itu memiliki persyaratan kepribadian dan kemampuan untuk membina pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai bertumbuh ke arah yang kurang baik, dapat segera diperbaiki. Dan anak yang dari semula telah mempunyai dasar yang baik dari rumah dapat dilanjutkan pembinaannya dengan cara yang leih sempurna lagi. 9 Marvin Bekowitz dari University of Missouri-Louis, dalam buletin Character Educator, yang diterbitkan Character Educator Partnership menjelaskan bahwa ada peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya Emotional Intellegence and School Success drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. 10 Dalam islam, konsep pendidikan adalah menyeluruh yang tercermin dari manusia yang holistik. Kepribadian yang holistik terimplementasi dari dari mendayaupayakan semua potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT. Adapun potensi diri yang diberikan Allah kepada manusia adalah: 1. Potensi fisik 2. Potensi emosi 3. Potensi akademik 4. Potensi spiritual 5. Potensi kreatif 8 Ibid., h. 105. 9 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2009, cet. 17, h. 68. 10 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa Bandung: Pustaka setia, 2013, h. 247. 6. Potensi sosial Ahmad Fikri, 2010: 5 Apabila semua potensi di atas diimplementasikan dalam kehidupan, karakter atau akhlak mulia pada anak didik akan terbentuk. Hal itu akan tercapai apabila orang tua di rumah, guru di sekolah, masyarakat di lingkungan sosial mendidik dan mengarahkan anak untuk mengembangkan potensi tersebut dalam kehidupan nyata. Apabila hal tersebut diabaikan, kepribadian anak akan terpecah. 11 Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. 12 Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. 13 Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi proses dan sisi hasil belajar. Proses belajar berkaitan dengan pola perilaku siswa dalam mempelajari bahan pelajaran; sedangkan hasil belajar berkaitan dengan perubahan perilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Hasil belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan proses belajar. 14 Dengan kata lain, bagaimana seharusnya siswa belajar, akan sangat ditentukan oleh apa hasil yang ingin diperoleh oleh siswa. Manakala kriteria keberhasilan belajar siswa diukur dari seberapa banyak materi pelajaran dapat dikuasai siswa, akan berbeda proses belajar yang dilakukan dengan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana 11 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Loc. Cit, h. 248-249. 12 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, cet. 4, h.1. 13 Ibid. 14 Wina Sanjaya, Penelitian Tindak Kelas, Jakarta: Kencana, 2011, h. 2-3.