6. Potensi sosial Ahmad Fikri, 2010: 5 Apabila semua potensi di atas diimplementasikan dalam kehidupan,
karakter atau akhlak mulia pada anak didik akan terbentuk. Hal itu akan tercapai apabila orang tua di rumah, guru di sekolah, masyarakat di
lingkungan sosial
mendidik dan
mengarahkan anak
untuk mengembangkan potensi tersebut dalam kehidupan nyata. Apabila hal
tersebut diabaikan, kepribadian anak akan terpecah.
11
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari
kondisi internal tersebut adalah “motivasi”.
12
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas
motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
13
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi proses dan sisi hasil belajar. Proses belajar
berkaitan dengan pola perilaku siswa dalam mempelajari bahan pelajaran; sedangkan hasil belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Hasil belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan proses belajar.
14
Dengan kata lain, bagaimana seharusnya siswa belajar, akan sangat ditentukan oleh apa hasil yang ingin diperoleh oleh siswa. Manakala
kriteria keberhasilan belajar siswa diukur dari seberapa banyak materi pelajaran dapat dikuasai siswa, akan berbeda proses belajar yang
dilakukan dengan kriteria keberhasilan ditentukan oleh sejauh mana
11
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Loc. Cit, h. 248-249.
12
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, cet. 4, h.1.
13
Ibid.
14
Wina Sanjaya, Penelitian Tindak Kelas, Jakarta: Kencana, 2011, h. 2-3.
siswa dapat memanfaatkan potensi otaknya untuk memecahkan suatu persoalan.
15
Setiap Orang tua dan Guru pasti menginginkan anak atau peserta didiknya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Motivasi akan
muncul jika adanya suatu dorongan. Dorongan yang paling kuat adalah dorongan dari keluarga sendiri terutama Orang tua. Motivasi yang
didapati anak dari orang tuanya tidak selalu berupa perkataan ataupun nasihat. Namun bisa juga berupa pembiasaan yang selalu dicontohkan
orang tua mereka terhadap dirinya. Dari perhatian yang selalu dilakukan orang tua di rumah terhadap
anaknya, akan tertanam pada jiwa anak rasa senang. Rasa senang itu menjadi motivasi bagi anak untuk belajar giat manakala orang tua
menyuruhnya untuk belajar ataupun yang lainnya. Fakta yang ditemukan dilapangan, dalam kegiatan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas banyak siswa yang bergurau dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan di depan kelas. Beberapa siswa ada yang izin kekamar mandi, tapi kenyataannya mereka berkeliaran diluar kelas bercanda
dengan temannya. Dan ada juga siswa yang duduk dengan wajah bertopang tangan.
Kondisi ekonomi orang tua siswa di sekolah ini tergolong menengah kebawah. Sebagian rumah yang mereka huni terbilang sempit. Mayoritas
latar belakang orang tua bekerja sebagai buruh, wiraswasta, satpam, dan karyawan. Banyak orang tua dari siswa di sekolah ini yang ibu dan
ayahnya sama-sama bekerja untuk menambah pemasukan keluarga. Karena terlalu sibuknya mereka diluar, seorang anakpun kurang
diperhatikan bagaimana nilai yang ia dapat di sekolah, bagaimana kondisi anaknya ketika di sekolah, berkelahikah dengan temannya atau
terlalu pasifkah ia di kelas. Motivasi yang didapatkan dirumah sangat
15
Ibid.
minim sekali. Pemahaman orang tua terhadap pendidikan anak belum sepenuhnya dipahami.
16
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara
Perhatian Orang
Tua Dengan
Motivasi Belajar
Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa” Studi penelitian di kelas V SDN 05 Pagi,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan- permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan, yaitu :
1. Perhatian Orang tua terhadap belajar anak masih rendah. 2. Siswa kurang mendapat motivasi belajar dari Orang tua.
3. Hanya sedikit siswa yang memiliki ketertarikan pada mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep pada pelajaran PKn.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada tiga poin :
1. Perhatian orang tua kepada anaknya. 2. Motivasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan
pada kelas V
semester II di
SDN 05 Pagi, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah penanaman jati diri ke dalam diri anak, yang menyangkut didalamnya menghargai,
moral dan cinta tanah air yang kemudian ditanamkan dalam sikap dan
16
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah Ibu Latifah dan observasi langsung peneliti di SDN 05 PG, Kecamatan mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada
tanggal 2 mei 2016.
perilaku hidupnya sehari-hari sehingga siswa menjadi senang dan mudah dalam memahami pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu : “Apakah Ada Hubungan Antara Perhatian Orang Tua
Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
F. Manfaat Penelitian
Tentunya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru, orang tua, siswa, maupun sekolah, manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi guru Dapat menambah informasi serta wawasan guru agar mengajak dan
terus menghimbau kepada orang tua untuk memberikan banyak perhatian kepada anak sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Bagi orang tua Agar orang tua lebih banyak memeberikan perhatian kepada anaknya,
sehingga anak selalu mendapatkan perhatian, arahan, wawasan, dan sebagainya.
3. Bagi siswa Dapat mendorong siswa menerapkan kandungan dan lebih memahami
nilai-nilai dari Pendidikan Kewarganegaraan . 4. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas siswa.
9
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Definisi Perhatian Orang tua
a Pengertian Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Jika seseorang sedang
berjalan di jalan besar, ia sadar akan adanya lalu lintas di sekelilingnya, akan kendaraan dan orang-orang yang lewat, akan toko-toko yang ada di
tepi jalan. Dalam keadaan seperti ini kita tidak mengatakan bahwa ia menaruh perhatian atau perhatiannya tertarik akan hal-hal di
sekelilingnya. Tetapi jika kemudian kita lihat ia bertemu dengan seseorang yang dikenalnya dan kemudian bercakap-cakap dengannya,
maka kita dapat mengatakan bahwa orang tersebut berada dalam keadaan sedang memperhatikan, yaitu ia mengarahkan indera atau sistem
persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu, dalam hal ini tentang orang yang dikenalnya itu, dalam tingkat yang lebih terinci.
17
Perhatian merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Pentingnya perhatian dalam menyerap pelbagai informasi tertera dalam
Q.S Qaf : 37
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”.
17
Slamento, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, cet. 5, h. 105
Para pendidik harus mengupayakan agar peserta didiknya dapat menyerap, memahami dan mempelajari pelajaran yang diberikan. Salah
satu metode yang digunakan Al-Qur’an untuk membangkitkan perhatian pada perintah, larangan dan anjuran adalah metode kisah. Selain itu,
diantara hal-hal yang dapat membantu pemusatan perhatian dan memudahkan proses belajar dan pemahaman adalah penyampaian
pengertian-pengertian yang abstrak dengan cara yang sederhana melalui perumpamaan yang riil dan dapat diindera Najati dalam Fadhilah,
2005
18
b Macam-macam Perhatian
Suryabrata menambahkan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi:
19
1 Atas dasar intensitasnya: Perhatian intensif
Perhatian tidak intensif
2 Atas dasar timbulnya: Perhatian spontan perhatian tak disengaja, perhatian sekehendak
Perhatian disengaja perhatian sekehendak, perhatian reflektif
3 Atas dasar luasnya obyek: Perhatian terpencar distributif
Perhatian terpusat konsentratif
Dari macam-macam perhatian diatas, orang yang paling banyak memberikan perhatiannya adalah orang tua. Orang tua terdiri dari Ayah
dan Ibu. Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah
yang selalu disampingnya. Ibulah yang selalu memberikan makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah
sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan dengan, 1 Ayah dan Ibu kandung 2 Orang tua 3 Orang yang dianggap
18
Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet. 1, h. 112.
19
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Raja Grafindo, 2005, cet. 13, h. 14.
tua cerdik, pandai dan ahli dan sebagainya 4 Orang yang dihormati disegani dikampung.
20
Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya
atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari- hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak
yang telah agak besar.
21
Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-
unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.
22
Berkenaan dengan hal tersebut, menurut John Locke bahwasanya ”manusia terlahir dalam
keadaan bersih bagaikan secarik kertas kosong yang belum ditulisi apa- apa”.
23
Kendatipun teori John Locke ini berbeda dalam implikasinya dengan konsep fitrah dalam Al-Quran, akan tetapi dari satu sisi memiliki
kesamaan, yaitu bahwa manusia itu dapat dikembangkan baik ke arah positif maupun ke arah negatif.
ﻲﻠﻋ ﺪﻟﻮﯾ دﻮﻟﻮﻣ ﻞﻛ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﷲا لﻮﺳﺮﻟﺎﻗ لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ةﺮﯾﺮھ ﻲﺑا ﻦﻋ ﮫﻧﺎﺴﺠﻤﯾ وا ﮫﻧاﺮﺼﻨﯾوا ﮫﻧادﻮﮭﯾ هاﻮﺑﺎﻓ ةﺮﻄﻔﻟا
ﻲﻘﺤﯿﺒﻟا هاور Dari Abu Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: “Setiap
anak yang dilahirkan itu telah membawa fithrah beragama perasaan percaya kepada Allah maka kedua orang tualah yang menjadikan ia
anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi “ HR. Imam Baihaqi.
Hadis di atas menekankan bahwa fitrah yang dibawa sejak lahir oleh anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak
akan berkembang tanpa dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar yang
20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 629.
21
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, cet. 20, h. 82.
22
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2010, h. 67
23
Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, Bandung: Alfabeta, h. 47.