3. Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, bebas dalam mengemukakan pendapat tersebut harus disertai kesediaan untuk
mempertanggungjawabkan. 4. Prinsip persatuan. Artinya, sekalipun terdapat perbedaan pendapat
tetapi tidak boleh terjadi perpecahan. 5. Bersifat kekeluargaan. Artinya, sekalipun di antara peserta
musyawarah terjadi silang pendapat, akan tetapi suasana harus tetap akrab dan hati harus tetap dingin. Apabila setiap peserta musyawarah
mematuhi prinsip-prinsip musyawarah seperti tersebut di atas, maka setiap persoalan yang dimusyawarahkan dapat dipecahkan dengan
baik, tepat waktu, dan mampu menciptakan kerukunan, kerja sama yang harmonis, terhindar dari pertikaian fisik.
Setiap peserta musyawarah harus menjauhi sikap-sikap yang tidak baik dalam mengikuti kegiatan musyawarah, di antaranya:
1. Peserta pasif Peserta pasif maksudnya anggota musyawarah bersikap acutak acuh
atau tidak memperhatikan saat kegiatan musyawarah berlangsung. Ia tidak ambil pusing dalam mengambil keputusan atau bagaimana
baiknya, dan tidak memiliki pendirian dalam mengambil keputusan bersama.
2. Peserta super aktif over acting Peserta yang super aktif Maksudnya peserta yang mendominasi
pembicaraan, memaksakan kehendak, kurang menghargai pendapat orang lain, teguh mempertahankan pendapatnya walaupun keliru. Ia
memilih keluar walk out dari tempat musyawarah bila keputusan atau pendapatnya tidak sesuai dengan pendiriannya.
Musyawarah dalam keluarga biasanya dilakukan tidak dalam suasana formal resmi, tetapi secara kekeluargaan seperti sedang mengorbrol
biasa. Misalnya orang tua bertanya, “Siapa yang mau membersihkan lantai?” atau “Siapa yang mau memasak?”, dan sebagainya. Pertanyaan
tersebut merupakan sebuah usulan dari orang tua agar pekerjaan di rumah ada yang mengerjakan. Jika semua sepakat
akhirnya terbentuklah keputusan dalam pembagian tugas di rumah. Dengan demikian musyawarah pun telah terlaksana di keluarga kita.
Masih banyak contoh musyawarah yang dilakukan dalam kehidupan, baik di keluarga, sekolah, masyarakat, maupun negara. Persoalan yang
dimusyawarahkan biasanya menyangkut kepentingan umum dua orang atau lebih. Di lingkungan RT dan RW, sering juga diadakan
musyawarah. Dalam lingkungan RT atau RW yang biasa
dimusyawarahkan antara lain pemilihan RT atau RW, pengaturan jadwal siskamling atau ronda malam, pemeliharaan kebersihan
lingkungan, dan sebagainya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa orang tua sangat berperan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Cicih Sukaesih yang berjudul : “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di SDN Limusnunggal 01
Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, menyatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa diperlukan
adanya faktor-faktor yang mendukung motivasi belajar siswa salah satunya adalah perhatian orang tua di rumah. Jika orang tua memberikan perhatian
yang baik kepada anak di rumah maka akan terbentuk motivasi belajar yang baik pula, jika demikian maka hasil belajar dan perilaku anak akan menjadi
baik dalam keseharianannya.
50
Menurut Munawaroh dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa SMEA Budi
Mulia Ciledug Tangerang” menyatakan bahwa tidak adanya korelasi yang
50
Cicih Sukaesih, “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di Sdn Limusnunggal 01 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor”, skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012
signifikan namun data penelitian menunjukkan bahwa perhatian orang tua pada umumnya sedang dan prestasi belajar PAI tinggi.
51
Penelitian yang telah dilakukan oleh Cicih Sukaesih menyangkut perhatian orang tua terhadap motivasi belajar pendidikan agama islam siswa di SDN 01
Limusnunggal Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Dan penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh menyangkut perhatian orang tua terhadap prestasi
belajar pendidikan agama islam di SMEA Budi Mulia Ciledug Tangerang. Sedangkan penelitian ini akan menyangkut perhatian orang tua terhadap
motivasi belajar pendidikan kewarganegaraan di SDN 05 PG Jakarta Selatan.
C. Kerangka Berpikir
Orang tua adalah orang yang di tuakan dalam keluarga. Seorang anak memandang orang tua sebagai orang yang disegani tetapi juga tempat mereka
mengadu, berkeluh kesah dan sebagainya. Menjadi orang tua tidak seenaknya melarang anak ini dan itu, tetapi justru harus mengarahkan mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh. Seorang anak masih membutuhkan perhatian dari orang tua dalam kesehariannya. Namun beberapa orang tua ada yang
memutuskan untuk bersama-sama berkarir, sehingga diantara mereka perlu saling memberi dukungan psikologis satu sama lain agar memperkuat,
melengkapi dan menunjang karir masing-masing, tetapi kualitas hubungan dengan anak perlu dijaga dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Empati perlu dipertajam sehingga orang tua bisa menempatkan pikiran dan perasaannya ke dalam pikiran dan perasaan
anak dalam kondisi khusus misalnya si anak sedang belajar maka dibutuhkan lebih banyak perhatian dari orang tua. Pola hidup sibuk dapat menjadi model
bagi anak untuk mengembangkan sikap dan perilaku produktif, motivasi tinggi untuk berprestasi, bertanggung jawab dan mandiri.
Setiap orang tua diharapkan mampu menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak dan seluruh anggota keluarga. Dari keluarga seharusnya anak
51
Munawaroh, “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Agama Islam Siswa SMEA BudiMulia Ciledug Tangerang”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
memperoleh pendidikan, apa saja yang seharusnya boleh dilakukan dan apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Membiasakan anak hidup teratur,
tertib, disiplin, sopan, santun baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan diluar keluarga.
Jika pengaruh perhatian orang tua dilaksanakan di rumah secara efektif maka akan diperoleh motivasi belajar yang tinggi. Begitu pula sebaliknya
apabila pengaruh perhatian orang tua tidak dilaksanakan secara efektif di rumah, maka motivasi belajar siswa juga rendah.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ialah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, jumlah jawaban
yang empiris. Dalam penelitian biasanya hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesis penelitian biasanya dirumuskan untuk menjawab rumusan masalah yang tidak mempergunakan sampel. Sedangkan hipotesis statistik
adalah jawaban dan rumusan masalah yang mempergunakan sampel sebagai responden. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat hubungan yang kuat antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa di SDN 05 PG, Jakarta Selatan”. Dengan kata lain diduga semakin besar perhatian yang diberikan orang tua semakin tinggi pula
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hipotesis adalah: ”Pernyataan tentatif yang merupakan dugaanterkaan apa
saja yang kita amati dalam usaha memahaminya.” Jadi hipotesis merupakan jawaban sementara, karena dugaan sementara itu bisa benar bisa juga salah,
untuk itu diperlukan penelitian.
Hipotesa yang diajukan adalah untuk membuktikan seberapa besar hubungan perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Ha
: Ada hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Ho:
Tidak ada hubungan antara perhatian orang tua dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di
sekolah.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan pada kelas V, yang terletak di Jl. Mampang Prapatan II, Jakarta
Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan di semester genap yaitu pada bulan Mei - September 2016.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Bulan Kegiatan
Mei Juni
Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi
2 Penyebaran
kuesioner 3
Pengumpulan data
4 Pengolahan
Data 5
Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan bersifat deskriptif, yaitu dimaksudkan untuk menguji hipotesis
atau menjawab pertanyaan atau masalah yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan atau terjadi pada situasi yang ada sekarang ini.