Reproduksi Habitat TINJAUAN PUSTAKA

alam seperti Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri. Di Kalimantan banteng hidup di sepanjang Sungai Mahakam dan di Kalimantan Barat bagian tengah Lekagul McNeely 1977, sedangkan di Bali banteng berada di Taman Nasional Bali Barat Gambar 2. Gambar 2 Peta penyebaran banteng di Jawa dan Kalimantan. Hoorgerwerf 1970, menduga bahwa sekitar tahun 1940 populasi banteng di Jawa tidak lebih dari 2.000 ekor, sebagian besar terdapat dalam kawasan perlindungan dan di dataran rendah sebelah selatan Jawa. Populasi tersebut menurun terus menerus dari tahun ke tahun, hingga tahun 1978 populasi banteng yang ada di Pulau Jawa diperkirakan tidak lebih dari 1.500 ekor. Berdasarkan pengamatan Tim Taman Nasional Meru Betiri 2002 dan 2009 di SPTN II Ambulu populasi banteng di Taman Nasional Meru Betiri mengalami peningkatan yakni pada tahun 2002 sebanyak 93 ekor100 ha dan tahun 2009 menjadi sekitar 102 ekor100 ha.

2.5 Reproduksi

Banteng melakukan perkawinan dalam suatu periode waktu tertentu tergantung dari lokasinya. Menurut Lekagul Mcneely 1977, musim kawin banteng di Thailand adalah dalam bulan Mei dan Juni. Sedangkan Hoogerwerf 1970 menyatakan bahwa musim kawin banteng di Taman Nasional Ujung Kulon adalah bulan Juli, September dan Oktober, kadang-kadang juga dalam bulan November dan Desember. Musim kawin di TNMB diduga antara bulan Juli sampai Oktober. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari. Lamanya kebuntingan adalah 9,5–10 bulan. Jumlah anak setiap induk 1-2 ekor tetapi umumnya satu ekor. Anakan dilahirkan dalam waktu satu menit, 40 menit kemudian anakan sudah bisa berdiri, 60 menit kemudian menyusu pada induknya. Selanjutnya anakan akan disapih dalam umur 10 bulan. Banteng termasuk monoestroes atau mempunyai satu musim kawin dalam satu tahun. Umur termuda banteng betina untuk mulai berkembang biak adalah 3 tahun, sedangkan banteng jantan lebih dari 3 tahun. Banteng dapat mencapai umur 21-25 tahun, sehingga seekor banteng betina sepanjang hidupnya dapat menghasilkan anak sebanyak 21 kali Hoogerwerf 1970.

2.6 Habitat

Menurut Alikodra 1990 habitat merupakan suatu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan satwa yang digunakan untuk tempat mencari makan, minum, berlindung, bermain, dan berkembang biak. Alikodra 1983 menyatakan bahwa lingkungan hidup banteng yang paling ideal, terdiri atas komposisi hutan alam yang berfungsi sebagai tempat berlindung dan bersembunyi dari segala macam gangguan, baik cuaca, manusia maupun pemangsa. Padang penggembalaan digunakan sebagai tempat mencari makan, istirahat, mengasuh, dan membesarkan anaknya, serta melakukan hubungan sosial lainnya. Banteng membutuhkan sumber air tawar sebagai tempat minum, sedangkan hutan pantai atau payau digunakan sebagai daerah penyangga yang melindungi banteng dari pemburu. Daerah pantai digunakan sebagai tempat mencari garam yang dibutuhkan banteng untuk membantu pencernaan. Secara garis besar habitat memiliki tiga komponen utama, tempat yang menyediakan pakan, sumber air, dan cover atau ruang untuk tempat berlindung, mengasuh anak, dan berkembang biak. Lekagul McNeely 1977 menyatakan bahwa banteng menyukai habitat yang lebih terbuka dan lebih bersifat pemakan rumput grazer dari pada pemakan semak dan daun browser. Menurut Alikodra dan Palete 1980, banteng sangat menyukai fungsi dan komponen lingkungan hidup yang meliputi: 1. Hutan alam primer dipergunakan banteng sebagai tempat berlindung dari serangan musuhpredator, tempat istirahat, tempat tidur dan tempat berkembang biak. 2. Padang rumputsavana, sebaiknya terletak pada daerah yang berbukit sampai datar serta dibatasi oleh hutan alam primer ke arah darat dan hutan pantaipayau ke arah laut. 3. Sumber air, yang berdekatan dengan padang rumput. 4. Hutan pantai atau hutan payau sebagai “buffer zone”, yaitu sebagai pencegahan intrusi garam ke arah darat dan tempat berlindung atau beristirahat. 5. Air laut, sangat penting untuk keperluan hidup guna mencukupi kebutuhan mineral bagi satwa banteng, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa herbivora besar.

2.7 Pakan