2.8 Media Pengisi Kemasan
Media pengisi kemasan adalah bahan yang ditempatkan di antara biota hidup dalam kemasan untuk menahan atau mencekal posisi biota tersebut
Herodian et al. 2004. Media pengisi yang digunakan dalam transportasi hidup sistem kering berfungsi untuk mencegah biota tidak mengalami pergeseran dalam
kemasan, menjaga suhu lingkungan di dalam kemasan tetap rendah sehingga biota tetap dalam keadaan pingsan serta memberikan kelembaban dan lingkungan udara
yang memadai untuk kelangsungan hidupnya selama transportasi Prasetyo 1993; Wibowo dan Soekarto 1993; Junianto 2003.
Penggunaan media pengisi harus memperhatikan kestabilan suhu media kemasan. Suhu media kemasan harus dapat dipertahankan serendah mungkin
mendekati suhu pembiusan imotilisasi. Hal ini karena suhu media kemasan berperan dalam mempertahankan tingkat terbiusnya biota perairan selama
pengangkutan, sehingga ketahanan hidup biota dalam media bukan air dapat dijaga Junianto 2003. Suryaningrum et al. 1994 menyatakan bahwa suhu akhir
media pengisi kemasan yang ideal untuk transportasi sistem kering adalah tidak lebih dari 20
o
C. Beberapa jenis media pengisi dapat digunakan dalam transportasi lobster hidup sistem kering, seperti serbuk gergaji, sekam padi, serutan kayu,
kertas koran, karung goni, rumput laut jenis Gracilaria sp. dan spons busa Prasetyo 1993; Ning 2009, akan tetapi dalam aplikasinya memiliki keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Syarat media pengisi kemasan yang baik adalah memiliki sifat berongga,
dapat mempertahankan posisi biota dalam kemasan, tidak mudah rusak atau menimbulkan bau serta memiliki nilai ekonomis yang rendah ditinjau dari harga
bahan baku Prasetyo 1993. Media pengisi yang baik juga harus memiliki daya serap air yang tinggi, mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu relatif
lama dan kondisi media harus stabil Suryaningrum et al. 2007. Sampai saat ini, serbuk gergaji merupakan jenis media pengisi yang paling
sering digunakan pada transportasi biota perairan hidup sistem kering. Serbuk gergaji mempunyai panas jenis yang lebih besar daripada sekam padi atau serutan
kayu, memiliki tekstur yang baik dan seragam serta nilai ekonomisnya relatif rendah. Serbuk gergaji yang digunakan sebaiknya berasal dari jenis kayu yang
sedikit mengandung getah atau resin, kurang beraroma terpenten, tidak beracun, tidak berbau tajam dan bersih Junianto 2003. Jenis kayu yang umum digunakan
antara lain kayu mindi Melia azedarach, jeungjing Albizia falcata dan jati Tectona grandis Karnila dan Edison 2001.
Srikirishnadhas dan Kaleemur 1994 menyatakan bahwa penggunaan serbuk gergaji sebagai media kemasan dapat dikombinasikan dengan jerami atau
sisa potongan karung goni. Bahan tersebut didinginkan menggunakan freezer terlebih dahulu sebelum digunakan. Suhu kemasan dijaga tetap rendah dengan
menambahkan es batu pada bagian dasar kemasan. Pada lapisan dasar kemudian ditebarkan serbuk gergaji ±0,5 cm dan diatasnya ditempatkan lapisan jerami atau
potongan karung goni. Spons busa mempunyai prospek yang baik untuk digunakan sebagai media
pengisi kemasan dalam transportasi lobster air tawar hidup sistem kering Suryaningrum et al. 2007. Spons busa diketahui dapat menyerap air sebanyak
empat belas kali berat spons itu sendiri Hastarini et al. 2006. Penggunaan media pengisi spons pada penyimpanan udang galah Macrobrachium rosenbergii
menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 74 pada kemasan sebanyak satu lapis yang berisi 20 ekor udang selama 24 jam penyimpanan Ning 2009. Media
pengisi yang memiliki daya serap air tinggi mampu mempertahankan suhu dingin kemasan lebih lama Prasetyo 1993.
Kestabilan suhu media kemasan dalam transportasi biota hidup sistem kering merupakan faktor yang harus dapat dipertahankan mendekati titik imotil.
Suhu media di bawah suhu pembiusan akan menyebabkan lobster mengalami kejang eklamsia dan kematian, sedangkan suhu media kemasan di atas 21
o
C akan mengakibatkan aktivitas lobster kembali normal sehingga memerlukan
banyak oksigen untuk respirasi dan metabolismenya Suryaningrum et al. 1999. Suhu media kemasan berperan dalam mempertahankan tingkat terbiusnya lobster
selama pengangkutan Junianto 2003.
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat