Lobster air tawar pada dasarnya sangat tahan pada lingkungan yang ekstrim. Lobster  air  tawar  dapat  bertahan  tanpa  diberi  pakan  selama  beberapa  hari,
sehingga  dapat  ditransportasikan  dalam  waktu  yang  lama.  Namun  semakin  lama waktu transportasi, risiko kematian  lobster semakin tinggi dan penyusutan  bobot
yang terjadi semakin tinggi Morrissy et al. 2001; Suryaningrum et al. 2007.
4.3.3  Perubahan suhu media kemasan selama penyimpanan
Suhu  media  kemasan  mengalami  perubahan  sejak  awal  hingga  akhir  uji penyimpanan  lobster air tawar. Hasil pengamatan perubahan suhu  media pengisi
selama uji penyimpanan ditampilkan pada Gambar 10.
Gambar 10  Perubahan suhu media kemasan selama penyimpanan Suhu awal media pengisi yang digunakan adalah 9
o
C. Media pengisi serbuk gergaji  dan  spons  busa  tersebut  diusahakan  memiliki  suhu  yang  seragam  untuk
mendapatkan  kelulusan  hidup  yang  optimal  selama  penyimpanan  lobster  air tawar.  Perubahan  suhu  media  terus  terjadi  seiring  bertambahnya  waktu
penyimpanan. Hasil  pengamatan  perubahan  suhu  media  kemasan  menunjukkan  bahwa
suhu  akhir  untuk  masing-masing  lama  penyimpanan,  baik  untuk  media  pengisi serbuk  gergaji  dan  spons  busa,  memiliki  nilai  yang  berbeda.  Peningkatan  suhu
media kemasan spons busa secara umum terlihat lebih lambat dibandingkan media
9 11,33
16 19
23 24,33
26
9 12,67
15 17
20,33 22
23,67
5 10
15 20
25 30
12 24
36 48
60 72
S u
h u
O
C
Lama Penyimpanan Jam
Serbuk Gergaji Spons Busa
serbuk  gergaji.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  spons  busa  lebih  mampu mempertahankan suhu kemasan agar tetap rendah. Spons busa diketahui memiliki
daya serap air yang tinggi sehingga mampu mempertahankan suhu kemasan tetap rendah dan lembab Hastarini et al. 2006.
Penggunaan  serbuk  gergaji  sebagai  media  pengisi  dapat  mempertahankan suhu  kemasan  tetap  stabil  pada  kisaran  suhu  12
o
C  hingga  12  jam  penyimpanan awal.  Penyimpanan  selama  12  jam  terlihat  bahwa  media  kemasan  dengan  bahan
pengisi  serbuk  gergaji  tidak  mengalami  perubahan  suhu  yang  cukup  berarti. Peningkatan  suhu  menjadi  16
o
C  terjadi  ketika  penyimpanan  mencapai  lama penyimpanan 24 jam dan mencapai 19
o
C pada penyimpanan selama 36 jam. Suhu media  serbuk  gergaji  mengalami  peningkatan  menjadi  23
o
C  dan  24,33
o
C  pada penyimpanan  jam  ke-48  dan  60.  Suhu  media  serbuk  gergaji  pada  penyimpanan
jam ke-72 mencapai 26
o
C. Penggunaan serbuk gergaji sebagai media pengisi pada penyimpanan lobster
terbukti  dapat  mempertahankan  suhu  kemasan  tetap rendah  ≤21
o
C  hingga  36 jam  penyimpanan.  Serbuk  gergaji  terus  mengalami  peningkatan  suhu  seiring
semakin  lamanya  durasi  penyimpanan.  Hal  ini  terjadi  akibat  menurunnya kemampuan  es  sebagai  media  pendingin  dan  adanya  penetrasi  panas  dari  suhu
lingkungan  Junianto  2003.  Suhu  media  serbuk  gergaji  dapat  dipertahankan rendah  oleh  beberapa  faktor,  yaitu  penambahan  es  dan  penggunaan  stirofoam
sebagai wadah pengemas. Spons  busa  yang  digunakan  sebagai  media  pengisi  kemasan  terlihat
mengalami  peningkatan  suhu  yang  lebih  lambat  dibandingkan  serbuk  gergaji. Spons  busa  mengalami  peningkatan  suhu  seiring  lamanya  waktu  penyimpanan.
Suhu spons busa berturut-turut meningkat menjadi 12,67
o
C; 15
o
C; 19
o
C; 20
o
C; 22
o
C  dan  23,67
o
C  pada  penyimpanan  jam  ke-12,  24,  36,  48,  60  dan  72.  Suhu media  spons  busa  pada  akhir  penyimpanan  jam  ke-72  hampir  mencapai  24
o
C, lebih  rendah  dibandingkan  suhu  media  serbuk  gergaji.  Spon  busa  terlihat  dapat
mempertahan kan suhu media tetap rendah ≤21
o
C hingga 48  jam penyimpanan. Pengamatan  secara  visual  terhadap  bahan  pengisi  menunjukkan  bahwa  media
spons  busa  tidak  menunjukkan  perubahan  yang  berarti  saat  kemasan  dibongkar,
kelembaban  masih  terjaga  dengan  baik  sehingga  masih  memungkinkan  untuk memperpanjang waktu transportasi.
Media spons busa dapat dimanfaatkan sebagai media pengisi kemasan pada transportasi  lobster air tawar hidup  sistem kering  karena  memiliki daya serap air
yang tinggi, mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang relatif lama serta  kondisinya  stabil.  Daya  serap  air  yang  tinggi  pada  media  spons  busa
menyebabkannya  lebih  mampu  mempertahankan  kelembaban  dan  suhu lingkungan  agar  tetap  rendah  dibandingkan  serbuk  gergaji.  Semakin  tinggi  daya
serap  air,  semakin  tinggi  pula  nilai  kapasitas  dingin  dari  bahan  pengisi  sehingga suhu  lingkungan  dapat  dipertahankan  lebih  lama  Hastarini  et  al.  2006.  Hasil
pengamatan  menunjukkan  bahwa  spons  busa  terbukti  merupakan  media  yang praktis, ekonomis,  stabil dan  memiliki daya serap air  yang tinggi sehingga dapat
mempertahankan kelembaban media kemasan dengan sangat baik. Suhu kemasan yang optimum untuk transportasi lobster air tawar sebaiknya
berkisar  antara  15-21
o
C  Suryaningrum  et  al.  1999.  Lobster  dalam  kondisi tenang pada suhu ini, sehingga aktivitas lobster tidak banyak bergerak. Suhu kritis
yang tidak dapat ditoleransi dalam transportasi  hidup  yaitu di  atas 30
o
C, karena pada  suhu  ini  metabolisme  lobster  yang  ditransportasikan  dipastikan  akan
meningkat pesat Meade et al. 2002. Suhu media kemasan yang digunakan juga tidak boleh terlalu dingin atau kurang dari suhu pembiusan. Lobster yang dikemas
pada suhu  yang terlalu dingin dan dalam  jangka  waktu yang  lama selama proses transportasi  akan  mengalami  eklamsia  kejang  syaraf  yang  dapat  menyebabkan
kematian Suryaningrum et al. 2007. Perubahan suhu yang kecil menyebabkan lobster tetap tenang, tidak banyak
bergerak, aktivitas metabolisme dan respirasi berkurang sehingga diharapkan daya tahannya  cukup  tinggi  di  luar  habitatnya.  Rendahnya  metabolisme  lobster  akan
menghasilkan kebutuhan  energi untuk aktivitas  yang  juga rendah. Hal  ini  berarti bahwa  perombakan  Adenosin  Triphosphat  ATP  menjadi  Adenosin  Diphosphat
ADP,  Adenosin  Monophosphat  AMP  dan  Inosin  Monophosphat  untuk menghasilkan  energi  sangat  rendah,  sehingga  oksigen  yang  digunakan  unuk
merombak  ATP  untuk  menghasilkan  energi  juga  sangat  rendah.  Kadar  oksigen
dalam  darah  lobster  pada  akhirnya  tidak  turun  secara  drastis,  sehingga  lobster mampu hidup lebih lama selama proses transportasi Karnila dan Edison 2001.
Suhu kemasan memegang peran penting dalam menentukan kelulusan hidup lobster.  Suhu  kemasan  yang  terlalu  tinggi  ataupun  terlalu  rendah  akan
menyebabkan  mortalitas  yang  tinggi  selama  proses  transportasi.  Media  yang digunakan untuk transportasi lobster air tawar sistem kering harus bersifat lembab,
dengan suhu di dalam kemasan dipertahankan berkisar antara 12,9-25,4
o
C. Dalam kondisi ini, transportasi lobster air tawar akan lebih lama dan kelulusan hidupnya
tinggi  Suryaningrum  et  al.  2007.  Semakin  lama  bahan  pengisi  mampu menyimpan  dingin  maka  semakin  panjang  waktu  dan  jarak  tempuh  transportasi
yang bisa dilakukan Hastarini et al. 2006. Suhu  media  kemasan  selama  penyimpanan  ikut  menentukan  ketahanan
hidup  lobster  air  tawar  dalam  transportasi  hidup  sistem  kering.  Perubahan  suhu yang cukup besar sejak awal hingga akhir transportasi akan menyebabkan lobster
tersadar  dari  kondisi  imotil  sehingga  aktivitas  dan  metabolismenya  meningkat. Aktivitas  dan  metabolisme  yang  semakin  tinggi  akan  menuntut  ketersediaan
oksigen  yang  siap  dikonsumsi,  akan  tetapi  ketersediaan  oksigen  di  dalam  media kering  terbatas.  Biota  yang  dikemas  akan  mengalami  kekurangan  oksigen  yang
pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian Karnila dan Edison 2001
5  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Kesimpulan