2.2   Komposisi Kimia Lobster Air Tawar
Komposisi  kimia  daging  lobster  air  tawar  jantan  dan  betina  yang dibudidayakan  di  kolam  tanah  tidak  memiliki  perbedaan  yang  nyata
p0.05  setelah  dianalisis  menggunakan  basis  basah  dan  basis  kering Thompson et al. 2004. Komposisi kimia lobster air tawar red claw berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1  Komposisi kimia daging lobster air tawar jantan dan betina
Komposisi Jantan
Betina Basis Basah
Air Protein
Lipid Serat
Abu Basis Kering
Protein Lipid
Serat Abu
80,37±0,45 16,71±0,33
0,14±0,02 0,10±0,01
1,41±0,08
85,36±2,59 0,70±0,10
0,50±0,10 7,18±0,35
86,61±0,68 16,20±0,66
0,17±0,02 0,10±0,01
1,42±0,056 88,04±1,21
0,94±0,11 0,52±0,02
7,75±0,35
Sumber: Thompson et al. 2004
2.3  Budidaya Lobster Air Tawar
Budidaya  lobster  air  tawar  Cherax  quadricarinatus  saat  ini  telah berkembang  menjadi  suatu  industri  yang  sukses  secara  komersial  terutama  di
negara-negara  tropis  dan  subtropis  di  seluruh  dunia  Rodgers  et  al.  2006. Budidaya  lobster  air  tawar  sebagai  komoditas  konsumsi  cukup  diminati  karena
menyimpan  banyak  potensi.  Udang  jenis  ini  memiliki  pertumbuhan  yang  cepat, relatif  tahan  terhadap  serangan  penyakit,  perubahan  lingkungan  dan  kepadatan
yang  tinggi,  tidak  memiliki  stadia  larva  serta  pemeliharaannya  relatif  mudah Thompson  et  al.  2004.  Jenis  yang  saat  ini  banyak  dipilih  pembudidaya  adalah
red claw dan yabby yang habitat aslinya berasal dari Australia Ruscoe 2006. Kondisi alam di Indonesia yang  beriklim tropis dan tidak mengenal  musim
dingin  merupakan  tempat  yang  cocok  bagi  budidaya  lobster  air  tawar.  Beberapa faktor yang mendukung dalam budidaya lobster air tawar di Indonesia antara lain
iklim  dan  geografi  yang  kondusif,  teknik  budidaya  yang  sudah  ada  dan  terus berkembang,  pasar  konsumsi  yang  nyata,  serta  ragam  bentuk  olahan  yang
menarik.  Tingkat  kesulitan  budidaya  lobster  air  tawar  dapat  disejajarkan  dengan komoditas  perikanan  lainnya.  Kendala  budidaya  lobster  air  tawar  umumnya
terganjal pada lama waktu pembesaran. Lobster air tawar dapat dibudidayakan di akuarium,  kolam  semen  skala  kecil  hingga  kolam  yang  luas  dengan  manajemen
pemeliharaan yang intensif Lukito dan Prayugo 2007. Kualitas  air  merupakan  faktor  penting  dalam  budidaya  lobster  air  tawar
karena air merupakan media hidup yang utama. Beberapa faktor fisika dan kimia air yang dapat mempengaruhi hidup lobster air tawar adalah suhu, oksigen terlarut
dissolved  oxygen,  karbondioksida  CO
2
bebas,  pH,  alkalinitas,  amoniak,  nitrat dan nitrit. Air yang digunakan untuk pemeliharaan lobster air tawar secara umum
memiliki  beberapa  persyaratan  seperti  suhu,  pH,  degree  of  hardness  dH, alkalinitas,  oksigen  terlarut,  CO
2
,  amoniak  dan  H
2
S  Lukito  dan  Prayugo  2007. Kualitas air pemeliharaan lobster air tawat ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kualitas air pemeliharaan lobster air tawar Parameter
Standar Suhu
pH dH
Alkalinitas Oksigen Terlarut
Karbondioksida Amoniak
H
2
S Sumber air
25-29
o
C 7-9
50-500 ppm 50-200 ppm
± 5 ppm Maks.  10 ppm
Maks. 0,05 ppm Maks. 0,02 ppm
Air sungai, air tanah, irigasi
Sumber: Lukito dan Prayugo 2007
2.4  Penanganan dan Transportasi Lobster Air Tawar Salah  satu  kelebihan  lobster  air  tawar  dibandingkan  lobster  air  laut  adalah
kemampuan  hidupnya  di  luar  media  air  dalam  lingkungan  yang  lembab  dengan waktu  yang  lebih  lama.  Oleh  karena  itu,  lobster  air  tawar  dapat  diperdagangkan
hidup  dan  transportasi  dilakukan  dengan  sistem  kering.  Media  kemasan  yang digunakan  untuk  transportasi  harus  bersifat  lembab  dan  suhu  di  dalam  kemasan
dipertahankan berkisar antara 12,9-25,4
o
C. Transportasi lobster dalam kondisi ini lebih lama dan kelulusan hidupnya tinggi Suryaningrum et al. 2007.
Lobster  air  tawar  yang  ditransportasikan  umumnya  merupakan  lobster ukuran konsumsi. Lobster hidup untuk konsumsi adalah lobster hidup yang sehat
dan memiliki kelengkapan organ tubuh dengan berat tubuh lebih besar atau sama dengan 60 gekor sesuai dengan SNI 4488.2:2011. Lobster harus dalam keadaan
bugar, sehat, tidak sedang ganti kulit moulting dan tidak sedang bertelur. Organ tubuh  lobster  seperti  antena  dan  kaki  juga  harus  lengkap  dan  tidak  boleh  patah
BSN  2011
a
.  Lobster  yang  mengalami  ganti  kulit  moulting  atau  bertelur mempunyai  daya  tahan  tubuh  yang  lemah  dan  berpeluang  mati  selama  proses
transportasi  Suryaningrum  et  al.  2005.  Lobster  yang  berasal  dari  tambak  atau hasil  budidaya  perlu  diadaptasikan  terlebih  dahulu  sebelum  proses  pemindahan
atau transportasi hidup Wibowo dan Soekarto 1993. Tahap  penanganan  lobster  air  tawar  untuk  transportasi  yang  ditetapkan
oleh  SNI  4488.3:2011  yaitu  penanganan  awal,  sortasi,  penampungan  dan pengkondisian,  penenangan  dan  pengemasan  BSN  2011
b
.  Penanganan  awal dilakukan  segera  setelah  lobster  dipanen.  Lobster  terlebih  dahulu  dicuci  dengan
air  mengalir  dalam  bak  penampungan  selama  24  jam  untuk  menghilangkan kotoran  terutama  kotoran  yang  masuk  dalam  karapas,  yang  dapat  menyebabkan
infeksi  insang  selama  proses  transportasi  Suryaningrum  et  al.  2007.  Selama penanganan awal, kualitas air dipertahankan  sesuai  habitatnya.  Sortasi dilakukan
dengan cara memisahkan lobster sesuai mutu dan ukuran dengan mempertahankan lobster tetap dalam keadaan hidup.
Penampungan  diperlukan  apabila  lobster  yang  dipasarkan  tidak  langsung dikirim  ke  konsumen  atau  jumlah  lobster  yang  hendak  dijual  belum  mencukupi
sehingga dikumpulkan terlebih dahulu dalam bak penampungan. Hal penting yang harus  diperthatikan  selama  penampungan  adalah  kualitas  air,  kelarutan  oksigen,
pH  dan  suhu  air  selama  penampungan.  Pengkondisian  dilakukan  apabila  lobster yang  akan  dipasarkan  tidak  dalam  keadaan  bugar,  sehingga  dibutuhkan
pemeliharaan terlebih dahulu selama beberapa hari Suryaningrum et al. 2007. Penenangan  dilakukan  untuk  mendapatkan  lobster  dalam  keadaan  pingsan
sempurna  mencapai  metabolisme  basal.  Penenangan  dapat  dilakukan  dengan pembiusan  menggunakan  suhu  rendah,  baik  secara  bertahap  maupun  langsung
hingga  lobster  imotil.  Pengemasan  dilakukan  dengan  membungkus  lobster
menggunakan  kertas  koran  di  bagian  badan  dan  ekor  dengan  bagian  kepala terbuka danatau disusun berlapis dalam media kemasan kemudian dimasukkan ke
dalam kotak stirofoam dan ditutup rapat BSN 2011
b
. Lobster  air  tawar  yang  akan  ditransportasikan  terlebih  dahulu  dipuasakan
selama  1-2  hari.  Pemuasaan  bertujuan  untuk  mengurangi  kotoran  yang  ada  pada organ  pencernaan  lobster  sebanyak  mungkin  serta  mengurangi  aktivitas
metabolisme  lobster  selama  transportasi  Suryaningrum  et  al.  2005.  Waktu transportasi  maksimal  lobster  air  tawar  yang  dipasarkan  untuk  tujuan  ekspor
adalah 72 jam atau 3 hari Suryaningrum et al. 2008.
2.5  Transportasi Hidup Sistem Kering