menggunakan  kertas  koran  di  bagian  badan  dan  ekor  dengan  bagian  kepala terbuka danatau disusun berlapis dalam media kemasan kemudian dimasukkan ke
dalam kotak stirofoam dan ditutup rapat BSN 2011
b
. Lobster  air  tawar  yang  akan  ditransportasikan  terlebih  dahulu  dipuasakan
selama  1-2  hari.  Pemuasaan  bertujuan  untuk  mengurangi  kotoran  yang  ada  pada organ  pencernaan  lobster  sebanyak  mungkin  serta  mengurangi  aktivitas
metabolisme  lobster  selama  transportasi  Suryaningrum  et  al.  2005.  Waktu transportasi  maksimal  lobster  air  tawar  yang  dipasarkan  untuk  tujuan  ekspor
adalah 72 jam atau 3 hari Suryaningrum et al. 2008.
2.5  Transportasi Hidup Sistem Kering
Transportasi  hidup  biota perairan  yaitu  memindahkan  biota perairan dalam keadaan hidup dengan diberi tindakan untuk menjaga agar derajat kelulusan hidup
survival  rate  tetap  tinggi  hingga  di  tempat  tujuan.  Metode  transportasi  hidup biota perairan  secara umum ada dua  jenis,  yaitu  menggunakan  media air sistem
basah  dan  tanpa  media  air  sistem  kering.  Transportasi  hidup  sistem  basah umumnya digunakan untuk transportasi jarak dekat lokal, sedangkan transportasi
hidup sistem kering digunakan untuk transportasi jarak jauh dengan tujuan ekspor Suryaningrum et al. 2005.
Transportasi  hidup  dengan  media  non  air  sistem  kering  menggunakan prinsip  hibernasi. Hibernasi  merupakan upaya untuk  menekan  metabolisme  biota
perairan  sehingga  dapat  bertahan  dalam  kondisi  lingkungan  yang  minimum Junianto  2003.  Hibernasi  dapat  dilakukan  melalui  teknik  pembiusan
imotilisasi.  Metabolisme  biota  perairan  pada  kondisi  ini  berada  pada  kondisi basal  dan  oksigen  yang  dikonsumsi  sangat  sedikit,  hanya  sekedar  untuk
mempertahankan  kelangsungan  hidup  biota  tersebut  Shigeno  1979  dalam Andasuryani  2003.  Hal-hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  transportasi  biota
perairan  hidup  sistem  kering  antara  lain  suhu  lingkungan,  kadar  oksigen  dan proses  metabolisme Andasuryani 2003, serta tingkat kepadatan dalam kemasan
Suryaningrum  et  al.  2008.  Biota  yang  dikemas  dengan  kepadatan  yang  lebih tinggi akan memiliki risiko kelulusan hidup yang lebih rendah Ning 2009.
Transportasi  hidup  sistem  kering  memiliki  beberapa  kelebihan  yaitu  dapat mengurangi stres pada  organisme  yang ditransportasikan,  menurunkan kecepatan
metabolisme dan konsumsi oksigen, mengurangi mortalitas akibat perlakuan fisik getaran, kebisingan, cahaya, tidak mengeluarkan hasil metabolisme feses serta
tidak  perlu  media  air  sehingga  daya  angkut  lebih  besar.  Stabilitas  suhu  dalam kemasan memegang peranan yang penting karena fluktuasi suhu yang tajam dapat
menyebabkan  kematian  biota  yang  ditransportasikan  Nitibaskara  et  al.  2006. Hubungan suhu dengan lama penyimpanan pada transportasi lobster hidup sistem
kering ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Hubungan lama penyimpanan dengan suhu penyimpanan
Lama pengangkutan jam Suhu penyimpanan
o
C 12-15
15-20 20-80
30-50 50-90
16-14 14-12
12-10
10-6 6-4
Sumber: Rahman dan Srikirishnadhas 1994
2.6   Pembiusan Imotilisasi Pembiusan  imotilisasi  merupakan  proses  yang  dilakukan  untuk
menurunkan  aktivitas,  metabolisme  dan  respirasi  biota  perairan  sebelum ditransportasikan.  Kondisi  imotil  diperlukan  agar  proses  metabolisme  lobster
berkurang  sehingga  aktivitas  fisiologis,  kebutuhan  oksigen  dan  produksi  CO
2
lobster menjadi rendah Nitibaskara et al. 2006. Terdapat  beberapa  teknik  imotilisasi  biota  perairan,  yaitu  dengan
menggunakan  suhu  rendah  atau  zat  anti  metabolit  anestesi.  Teknik  imotilisasi menggunakan  suhu  rendah  dapat  dilakukan  dengan  penurunan  suhu  secara
bertahap  maupun  secara  langsung,  sedangkan  zat  anti  metabolit  yang  digunakan dapat bersifat alami atau sintetis Suryaningrum et al. 2005.
Bahan  anti-metabolit  alami  yang  dapat  digunakan  untuk  membius  udang atau  lobster  antara  lain  ekstrak  biji  karet  dan  minyak  cengkeh,  sedangkan  bahan
anti-metabolit sintetis yang biasa digunakan dalam transportasi ikan hidup adalah MS-222  dan  CO
2
. Pemakaian  CO
2
yang  disarankan  adalah  dengan  mencelupkan campuran gelembung CO
2
dan O
2
1:1 dalam media air Nitibaskara et al. 2006. Coyle et al. 2005 menambahkan bahwa bahan anti-metabolit yang paling cocok
digunakan  untuk  membius  udang  galah  adalah  minyak  cengkeh  dengan  dosis
100 mgl, sedangkan MS-222 dengan dosis 25 mgl dan 100 mgl tidak efektif bila digunakan  dalam  proses  imotilisasi  udang  galah.  Namun  dari  berbagai  cara
imotilisasi  tersebut,  pembiusan  menggunakan  suhu  rendah  lebih  menguntungkan dibandingkan  menggunakan  zat  anti-metabolit,  karena  lebih  murah,  mudah  dan
aman  serta  tidak  meninggalkan  residu  kimia  yang  membahayakan  konsumen Junianto 2003; Suryaningrum et al. 2005; Nitibaskara et al. 2006.
Imotilisasi  menggunakan  suhu  rendah  secara  bertahap  dapat  dilakukan dengan menurunkan suhu media air dari suhu normal ±27
o
C ke suhu pembiusan secara perlahan-lahan. Penurunan  suhu dilakukan dengan kecepatan 5-10
o
Cjam atau 0,4-0,8
o
Cmenit Suryaningrum et al. 2005. Penurunan suhu secara bertahap ini  dimaksudkan  agar  ikan  secara  bertahap  direduksi  aktivitas,  respirasi  dan
metabolismenya  sampai titik  imotil  yang diperlukan.  Aktivitas  ikan  pada kondisi imotil  diharapkan  sudah  cukup  rendah  bahkan  sudah  pingsan  sehingga  mudah
ditangani untuk proses transportasi Nitibaskara et al. 2006. Hasil  penelitian  Suparno  et  al.  1994
a
pada  biota  lobster  hijau  pasir Panulirus  homarus  menunjukkan  bahwa  imotilisasi  dengan  penurunan  suhu
secara  bertahap  mampu  mempertahankan  kelangsungan  hidup  lobster  di  dalam media  serbuk  gergaji  dingin  14-15
o
C  selama  25  jam  dengan  tingkat  kelulusan hidup 100 atau 35 jam dengan tingkat kelulusan  hidup 66,5. Hasil penelitian
Handini  2008  menunjukkan  bahwa  teknik  pembiusan  melalui  penurunan  suhu secara  bertahap  hingga  suhu  pembiusan  15
o
C  pada  udang  galah  menghasilkan kelulusan  hidup  lebih  baik  dibandingkan  pembiusan  secara  langsung.  Perbedaan
kecepatan penurunan suhu pada proses pembiusan dapat menghasilkan kelulusan hidup yang berbeda selama proses transportasi Salin et al. 2001.
2.7    Pengemasan