100 mgl, sedangkan MS-222 dengan dosis 25 mgl dan 100 mgl tidak efektif bila digunakan  dalam  proses  imotilisasi  udang  galah.  Namun  dari  berbagai  cara
imotilisasi  tersebut,  pembiusan  menggunakan  suhu  rendah  lebih  menguntungkan dibandingkan  menggunakan  zat  anti-metabolit,  karena  lebih  murah,  mudah  dan
aman  serta  tidak  meninggalkan  residu  kimia  yang  membahayakan  konsumen Junianto 2003; Suryaningrum et al. 2005; Nitibaskara et al. 2006.
Imotilisasi  menggunakan  suhu  rendah  secara  bertahap  dapat  dilakukan dengan menurunkan suhu media air dari suhu normal ±27
o
C ke suhu pembiusan secara perlahan-lahan. Penurunan  suhu dilakukan dengan kecepatan 5-10
o
Cjam atau 0,4-0,8
o
Cmenit Suryaningrum et al. 2005. Penurunan suhu secara bertahap ini  dimaksudkan  agar  ikan  secara  bertahap  direduksi  aktivitas,  respirasi  dan
metabolismenya  sampai titik  imotil  yang diperlukan.  Aktivitas  ikan  pada kondisi imotil  diharapkan  sudah  cukup  rendah  bahkan  sudah  pingsan  sehingga  mudah
ditangani untuk proses transportasi Nitibaskara et al. 2006. Hasil  penelitian  Suparno  et  al.  1994
a
pada  biota  lobster  hijau  pasir Panulirus  homarus  menunjukkan  bahwa  imotilisasi  dengan  penurunan  suhu
secara  bertahap  mampu  mempertahankan  kelangsungan  hidup  lobster  di  dalam media  serbuk  gergaji  dingin  14-15
o
C  selama  25  jam  dengan  tingkat  kelulusan hidup 100 atau 35 jam dengan tingkat kelulusan  hidup 66,5. Hasil penelitian
Handini  2008  menunjukkan  bahwa  teknik  pembiusan  melalui  penurunan  suhu secara  bertahap  hingga  suhu  pembiusan  15
o
C  pada  udang  galah  menghasilkan kelulusan  hidup  lebih  baik  dibandingkan  pembiusan  secara  langsung.  Perbedaan
kecepatan penurunan suhu pada proses pembiusan dapat menghasilkan kelulusan hidup yang berbeda selama proses transportasi Salin et al. 2001.
2.7    Pengemasan
Pengemasan  berfungsi  sebagai  wadah, pelindung, penunjang, sarana dalam penyimpanan dan transportasi serta alat persaingan dalam pemasaran suatu produk
Hambali  et  al.  1990.  Pengemasan  juga  berperan  penting  untuk  mencegah  atau mengurangi  kerusakan  bahan  yang  dikemas  serta  mempermudah  penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi hasil pertanian Herodian et al. 2004. Pengemasan lobster air laut yang  biasa dilakukan adalah mengemas lobster
dalam  kotak  stirofoam  yang  berisi  media  serbuk  gergaji  dingin  kemudian  kotak
pengemas  disegel  dengan  lakban.  Suhu  media  kemasan  dipertahankan  sama dengan  suhu  pembiusan  menggunakan  satu  atau  dua  bongkahan  es  seberat
0,5-1 kg yang dibungkus plastik. Bongkahan es ini diletakkan di bagian atas atau bawah  kemasan.  Jumlah  es  yang  digunakan  disesuaikan  dengan  ukuran  kotak
kemasan.  Kemasan  berukuran  50x50x50  cm
3
menggunakan  es  seberat  0,5-1  kg; kemasan  berukuran  40x60x40  cm
3
dan  40x30x30  cm
3
menggunakan  es  seberat 0,5  kg;  sedangkan  kemasan  berukuran  30x30x40  cm
3
menggunakan  es  seberat 0,3-0,5 kg Setiabudi et al. 1995; Jailani 2000; Suryaningrum et al. 2005.
Jumlah  es  yang  digunakan  dalam  media  kemasan  harus  tepat.  Apabila jumlah es yang ditambahkan terlalu banyak maka suhu dalam kemasan akan turun
menjadi  lebih  rendah  dari  suhu  pembiusan  Suryaningrum  et  al.  2007.  Udang windu tambak Penaeus monodon tidak mampu hidup lama pada suhu di bawah
suhu pembiusan 12
o
C karena pada suhu ini terjadi kerusakan sistem syaraf dan otak yang berakibat pada kelumpuhan dan kematian Andasuryani 2003.
Pengemasan dalam transportasi  lobster hidup untuk tujuan  ekspor biasanya menggunakan kotak stirofoam sebagai kemasan primer dan kotak karton sebagai
kemasan  sekunder.  Kotak  stirofoam  berfungsi  sebagai  isolator  panas  untuk mencegah  penetrasi  panas  yang  masuk  ke  dalam  kemasan.  Kotak  karton  yang
digunakan  sebaiknya  memiliki  dinding  ganda  yang  dilapisi  dengan  lapisan  lilin. Tujuan penggunaan karton adalah untuk menekan goncangan yang terjadi selama
pengangkutan  dan  memperbaiki  penampilan  dan  estetika  kemasan.  Lapisan  lilin dimaksudkan  untuk  mencegah  kerusakan  kotak  kardus  karena  kelembaban  yang
tinggi selama pengemasan Junianto 2003; Herodian et al. 2004. Media  pengemas  udang  dalam  kemasan  stirofoam  yang  dibantu  dengan
penggunaan  es  tidak  mampu  dipertahankan  suhunya  tetap  stabil  selama penyimpanan  pada  suhu  kamar.  Suhu  kemasan  yang  digunakan  akan  terus
mengalami  peningkatan  sehingga  mempengaruhi  kelulusan  hidup  udang Herodian et al. 2004. Peningkatan suhu terjadi karena penetrasi udara luar yang
lebih tinggi ke dalam  kemasan sehingga dapat  meningkatkan suhu  media  serbuk gergaji Kumum 2006. Suhu awal bahan pengisi dan suhu lingkungan luar yang
terlalu  tinggi  akan  menyebabkan  kenaikan  suhu  kemasan  lebih  cepat  terjadi Nitibaskara et al. 2006.
2.8  Media Pengisi Kemasan