Setelah proses pembugaran selama 1 jam, terlihat bahwa seluruh lobster telah bugar sepenuhnya dengan kelulusan hidup sebesar 100.
Kondisi lobster yang dibius dengan kisaran suhu 9-7
o
C pada saat dilakukan pembongkaran terlihat berbeda dibandingkan dengan lobster yang dibius pada
suhu 15-13
o
C dan 12-10
o
C. Pada waktu kemasan dibongkar, lobster masih dalam kondisi imotil dan posisinya tidak berubah. Ketika dimasukkan dalam air, lobster
mulai bergerak dan berjalan. Aktivitas lobster normal kembali setelah berada di dalam air selama 1 jam.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kisaran suhu pembiusan 9-7
o
C lebih baik jika digunakan sebagai suhu pembiusan dibandingkan kisaran suhu 15-13
o
C dan 12-10
o
C karena menghasilkan kondisi imotil yang lebih lama selama uji penyimpanan. Pada suhu 9-7 ºC lobster telah pingsan dan dalam keadaan tenang
ketika diangkat dari air sehingga mudah ditangani untuk dikemas, sedangkan pada suhu 15-13 ºC dan suhu 12-10 ºC lobster masih belum pingsan sepenuhnya. Suhu
pembiusan lobster pada kisaran 15-13
o
C dan 12-10
o
C bila digunakan untuk transportasi sistem kering secara statis atau penyimpanan hidup dapat berisiko
pada tingginya mortalitas, sehingga kisaran suhu 9-7
o
C digunakan sebagai suhu pembiusan lobster air tawar dalam penelitian utama.
4.3 Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pengemasan dengan serbuk gergaji dan spons busa pada uji transportasi sistem kering secara
statis uji penyimpanan selama selang waktu tertentu terhadap tingkat kelulusan hidup lobster. Pembiusan lobster air tawar pada penelitian utama menggunakan
metode pembiusan secara bertahap dengan suhu pembiusan 9-7
o
C.
4.3.1 Kelulusan hidup lobster air tawar selama penyimpanan
Kelulusan hidup lobster ditentukan setelah lobster dibugarkan dalam air selama 1 jam untuk melihat kemampuan lobster beradaptasi kembali dalam media
air setelah dilakukan penyimpanan Suryaningrum et al. 2008. Uji penyimpanan lobster dengan menggunakan cara pengemasan yang berbeda serbuk gergaji dan
spons busa pada penelitian ini menghasilkan mortalitas dan tingkat kebugaran
lobster yang berbeda pula. Tingkat kelulusan hidup lobster air tawar pada uji penyimpanan sistem kering ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat kelulusan hidup lobster air tawar Media kemasan
Kelulusan hidup lobster air tawar 12 jam
24 jam 36 jam
48 jam 60 jam
72 jam Serbuk gergaji
100 100
93,33 80
80 73,33
Spon busa 100
100 100
100 100
93,33 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lobster air tawar yang dikemas
menggunakan media serbuk gergaji menghasilkan tingkat kelulusan hidup sebesar 100 hingga penyimpanan jam ke-24. Selanjutnya tingkat kelulusan hidup lobster
turun menjadi 93,33 pada jam ke-36, 80 pada jam ke-48 dan jam ke-60. Pada akhir penyimpanan jam ke-72, tingkat kelulusan hidup lobster sebesar 73,33.
Pengemasan lobster air tawar dengan menggunakan spons busa secara umum menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang lebih tinggi dibandingkan
pengemasan menggunakan media pengisi serbuk gergaji. Lobster yang dikemas pada media spons busa memiliki tingkat kelulusan hidup sebesar 100 hingga
penyimpanan jam ke-60, dan pada akhir penyimpanan jam ke-72 sebesar 93,33, lebih tinggi dibandingkan tingkat kelulusan hidup pada media serbuk gergaji yaitu
sebesar 73,33. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelulusan hidup lobster air tawar
menurun seiring bertambahnya lama penyimpanan. Penurunan nilai kelulusan hidup tersebut disebabkan karena sebagian lobster yang dibius telah tersadar pada
saat disimpan sehingga aktivitas maupun metabolismenya meningkat. Aktivitas dan metabolisme lobster yang semakin tinggi menuntut ketersediaan oksigen yang
tinggi pula, sedangkan ketersediaan oksigen dalam media kemasan sangat terbatas sehingga lobster dapat mengalami kekurangan oksigen yang berakibat pada
kematian Suryaningrum et al. 2005. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan cara pengemasan dan
lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata p0,05 terhadap kelulusan hidup lobster air tawar, akan tetapi interaksi kedua faktor tersebut tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata p0,05. Hasil uji lanjut Tukey
Multiple Comparison untuk perlakuan cara pengemasan ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Kelulusan hidup lobster air tawar dengan perlakuan cara pengemasan
Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript ....
yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05
Hasil uji lanjut Tukey untuk perlakuan cara pengemasan menunjukkan bahwa kelulusan hidup lobster hingga 72 jam penyimpanan pada media spons
busa adalah sebesar 98,89±4,71, lebih tinggi dibandingkan kelulusan hidup lobster pada media serbuk gergaji sebesar 87,78±13,96. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan spons busa sebagai media kemasan menghasilkan tingkat kelulusan hidup yang lebih baik dibandingkan serbuk gergaji.
Tingkat kelulusan hidup lobster yang dikemas menggunakan media pengisi spons busa lebih tinggi dibandingkan serbuk gergaji. Hal ini antara lain
disebabkan oleh masih tingginya kelembaban media spons busa selama penyimpanan. Kelembaban yang masih tinggi pada spons busa selama
penyimpanan mampu mempertahankan suasana basah pada karapas maupun insang lobster, sehingga ketika lobster tersadar dan konsumsi oksigen meningkat
maka lobster masih dapat memperoleh oksigen melalui pertukaran gas secara difusi antara titik air yang menempel pada insang dan lingkungan sekitar media
pengisi. Media pengisi yang digunakan untuk transportasi krustasea hidup seperti lobster atau udang sebaiknya memiliki kelembaban 70-100 untuk mencegah
87,78 ±13,96
a
98,89 ±4,71
b
80 85
90 95
100
Serbuk Gergaji Spons Busa
K e
lu lu
san H
id u
p
Media Kemasan
terjadinya dehidrasi dan mengurangi risiko mortalitas selama trasnportasi Mohamed dan Devaraj 1997.
Hasil uji lanjut Tukey juga menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat
kelulusan hidup lobster pada media serbuk gergaji, akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada media spons. Hasil uji lanjut Tukey Multiple
Comparison untuk perlakuan lama penyimpanan ditampilkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Kelulusan hidup lobster air tawar dengan perlakuan lama penyimpanan
Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript ....
yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05
Tingkat kelulusan hidup lobster air tawar yang dikemas menggunakan serbuk gergaji pada penyimpanan jam ke-12 dan ke-24 tidak berbeda nyata
dengan kelulusan hidup pada penyimpanan jam ke-36, 48 dan 60, akan tetapi berbeda nyata dengan kelulusan hidup pada penyimpanan jam ke-72. Perlakuan
lama penyimpanan pada media spons busa terlihat tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kelulusan hidup losbter.
Kematian lobster yang disimpan dalam media serbuk gergaji diduga karena lobster tersebut dalam kondisi lemah atau telah sadar selama penyimpanan akibat
meningkatnya suhu media. Lobster yang telah sadar membutuhkan oksigen lebih banyak karena aktivitasnya mulai meningkat sementara cadangan oksigen dalam
tubuh terbatas sehingga lobster membutuhkan pasokan oksigen dari lingkungan
100
a
100
a
93,33
ab
80
ab
80
ab
73,33
b
100
a
100
a
100
a
100
a
100
a
93,33
a
20 40
60 80
100
12 24
36 48
60 72
K e
lu lu
san H
id u
p
Lama Penyimpanan Jam
Chart Title
Serbuk Gergaji Spon Busa
sekitar media pengisi. Namun pasokan oksigen dalam media pengisi serbuk gergaji terbatas sehingga menyebabkan lobster tersebut akan kekurangan oksigen
dan akhirnya mati saat penyimpanan. Bentuk serbuk gergaji yang memiliki rongga udara kecil menyebabkan kemampuan memasok oksigennya tidak sebaik spons
busa yang memiliki rongga udara lebih besar dibandingkan serbuk gergaji. Bertahannya lobster hidup lebih lama dalam media kemasan spons juga
karena spons memiliki kelembaban yang tinggi. Hasil pengukuran air yang terdapat dalam media spons cukup tinggi, karena spons dapat menyerap air hingga
14 kali dari berat spons sendiri. Spon busa memiliki nilai densitas kamba sebesar 0,35 kgl serta memiliki tekstur yang berongga-rongga sehingga dapat
menampung oksigen Hastarini et al. 2006. Jenis media pengisi yang memiliki rongga udara yang lebih besar akan memasok udara O
2
bebas lebih besar Sufianto 2008.
Kondisi lobster air tawar sebelum diberi perlakuan juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan transportasi. Lobster air tawar yang
ditransportasikan dalam keadaan tidak bugar, cacat fisik, bertelur maupun moulting lebih rentan terhadap kematian ketika ditransportasikan. Fotedar
dan Evans 2011 menyatakan bahwa tingginya mortalitas pada krustasea selama penyimpanan pasca penangkapan dan transportasi krustasea hidup kebanyakan
merupakan hasil dari respon stres yang disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai, penanganan fisik ataupun hipoksia.
Waktu transportasi yang semakin lama dapat menyebabkan rusaknya insang, yang menurut Morrissy et al. 2001 bersifat
tidak reversible setelah ditransportasi dalam keadaan kering. Jeffs 2003 menambahkan bahwa kelulusan hidup lobster juga dipengaruhi
oleh ukuran lobster yang akan ditransportasikan. Lobster yang berukuran kecil memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lobster
yang berukuran besar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Romero dan Murillo 1997 serta Morrissy et al. 2001 yang menyatakan bahwa transportasi
bibit lobster air tawar ±10 g dengan menggunakan sistem basah selama 24 jam dan 48 jam menghasilkan kelulusan hidup sebesar 88,7 dan 72,7.
4.3.2 Penyusutan bobot lobster air tawar selama penyimpanan