Penyiangan Pengendalian OPT Usahatani Padi Sawah

Beberapa petani padi sawah di Kecamatan Plered hanya menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk tanamannya. Hal ini dilakukan karena pada kegiatan pelatihan mingguan yang diberikan dari Pemerintah Daerah Purwakarta petani diberikan pengetahuan mengenai pertanian organik. Beberapa petani tertarik untuk melaksanakan pertanian organik yang salah satunya dengan memakai pupuk kandang dalam usahatani padi sawahnya. Mungkin perlu ditetapkan rekomendasi pupuk kandangorganik dalam usahatani padi di Purwakarta khususnya di Plered.

4. Penyiangan

Menurut rekomendasi dari Dinas Pertanian Purwakarta, penyiangan dilakukan setelah pemupukan baik penyiangan pertama maupun penyiangan kedua. Tetapi karena kebiasaan atau karena tenaga kerjanya tidak tersedia tepat waktu maka sebelum penyiangan dilakukan pemupukan terlebih dahulu karena biasanya pumupukan dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Penyiangan dan pemupukan dilakukan secara manual oleh tenaga kerja wanita. Kegiatan penyiangan yang dilakukan petani peserta program pemupukan berimbang dan petani non peserta program pemupukan berimbang di Kecamatan Plered dua kali, yaitu 2 minggu hst dan 30 – 35 hst. Dari 30 petani peserta program pemupukan berimbang, untuk penyiangan pertama 12 – 15 hst dan penyiangan kedua 30 – 36 hst dan dari 25 petani non peserta program pemupukan berimbang, penyiangan pertama 14 – 20 hst dan penyiangan kedua 30 – 40 hst. Gulma yang ada dicabut, digumpalkan dan dibenamkan dengan kaki ke dalam tanah sawah. Penyiangan ini dilakukan agar padi tidak bersaing dengan gulma dalam memperoleh zat hara yang sangat dibutuhkan padi untuk tumbuh dan berbuah. Penyiangan dilakukan pada gulma yang tumbuh pada tanaman berumur 15, 35 dan 55 hari setelah tanam hst, kebanyakan petani menyesuaikan dengan jadwal pemupukan. Gulma yang tumbuh dicabut dan dibenamkan ke tanah sawah cara manual dan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida Indamin yang biasanya dilakukan pada 7 hst dengan dosis 50 ccha Utomo dan Nazaruddin, 2000.

5. Pengendalian OPT

Pada musim tanam pertama MT. I biasanya gangguan Organisme Pengganggu Tanaman OPT tidak mengkhawatirkan sehingga tidak banyak petani yang melakukan pengendalian OPT pada tanaman padinya. Berdasarkan data Kabupaten Purwakarta dalam Angka 2003, OPT yang sering menyerang tanaman padi sawah di Kecamatan Plered diantaranya Tungro, Hama Putih, Tikus, dan Ulat grayak. Secara umum di Indonesia menurut Suparyono dan Setyono 1993, ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi, antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus, dan burung. Penyakit tanaman padi adalah hawar daun dan pelepah, bercak bakteri, busuk batang dan lain-lain. Cara dengan penyemprotan tidak lagi dianjurkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta karena selain pestisida mencemari irigasi atau sumber air di sekitarnya juga menghabiskan biaya besar. Dengan Pengendalian Hama Penyakit Terpadu PHPT sangat dianjurkan yang merupakan suatu sistem pengelolaan populasi hama dengan menggunakan seluruh teknik yang cocok dalam suatu cara yang terpadu untuk mengurangi populasi hama dan penyakit serta mempertahankannya pada tingkat di bawah jumlah yang dapat merugikan. Petani padi sawah di Kecamatan Plered telah terkelompok dalam kelompoktani-kelompoktani yang setiap minggu selalu mengadakan pertemuan dengan PPL bersama aparat Pemda setempat untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan tambahan bagaimana berusahatani yang lebih baik dan benar. Salah satu pengetahuan yang dibagikan adalah pembuatan pestisida organiknabati. Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan pestisida nabati adalah jahe, kunyit, ubi jalar, jengkol, serehwangi, daun jeruk, tembakau, daun surian. Bahan ditumbuk, setelah ditumbuh diberi campuran EM EM + 6 liter air, dimasukkan dalam karung dan direndam selama 2 hari. Untuk 1 ha tanaman padi membutuhkan 8 liter air rendaman dicampur dengan 48 liter air biasa Dinas Pertanian Kab. Purwakarta, 2005. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat pestisida nabati ini adalah Rp 25 000 untuk kebutuhan 2 hektar lahan. Menurut pengalaman petani yang telah mencobanya, pestisida ini cukup ampuh dalam upaya pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan dan murah harganya. Dari 30 petani peserta program pemupukan berimbang, 6 petani 20 persen menggunakan pestisida nabati dan dari 25 petani non peserta program pemupukan berimbang, 2 petani 8 persen yang menggunakan pestisida nabati.

6. Panen dan Pasca Panen