Pengaruh Program Pemupukan Berimbang terhadap Produksi Padi Sawah

penentu bagi petani dalam keputusan mengadopsi teknologi budidaya padi sawah di Kabupaten Kendari. 6.3. Pengaruh Program Pemupukan Berimbang terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah

6.3.1. Pengaruh Program Pemupukan Berimbang terhadap Produksi Padi Sawah

Pendugaan fungsi produksi ini menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas, seperti pada persamaan 4.3. Beberapa variabel produksi yang diduga mempengaruhi produksi padi sawah di Kecamatan Plered adalah luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk an-organik dan organik, jumlah pestisida, tenaga kerja dalam dan luar keluarga, dan peubah dummy program. Dari beberapa variabel di atas, digunakan variabel yang dianggap penting dan dapat mewakili fungsi produksi padi sawah yaitu luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk an- organik, tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Tabel 7. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Program Pemupukan Berimbang di Kecamatan Plered Pupuk Berimbang Non Pupuk Berimbang Gabungan Tanpa Dummy Gabungan dengan Dummy Gabungan dengan Restriksi Model I Model II Model III Model IV Model V N 30 25 55 55 55 DF Error 24 19 49 48 50 SSE 0.47448 0.81687 1.70208 1.64882 1.76661 Intersep 2.36343 6.13236 6.69410 6.19719 6.66330 Lahan -0.29700 0.60814 0.88161 0.67333 0.81075 Benih 0.59982 0.03095 -0.49747 -0.20610 -0.46060 Pupuk 0.45754 0.33934 0.44594 0.37411 0.45126 TKDK 0.00341 0.14053 0.07861 0.06354 0.02947 TKLK 0.36065 -0.02102 0.17982 0.15910 0.16911 Dummy 0.08486 Restriksi 0.72923 R 2 0.9463 0.8398 0.9044 0.9054 0.9027 Sumber: Data diolah Keterangan: Taraf nyata α 1 persen , 5 persen , 10 persen Data yang dipakai untuk analisis pada pendugaan fungsi produksi berdasarkan luas lahan aktual petani. Hal ini disebabkan data yang berdasarkan luas lahan per hektar tidak memberikan hasil yang diharapkan. Peubah-peubah yang dimasukkan dalam model tidak mewakili, terlihat dari nilai R 2 yang kecil 0.4031. Pendugaan fungsi produksi seperti pada Tabel 7, terbagi menjadi 5 lima model meliputi fungsi produksi tunggal program pemupukan berimbang Model I bagi petani peserta program pemupukan berimbang, fungsi produksi tunggal non program pemupukan berimbang Model II bagi petani non peserta program pemupukan berimbang, fungsi produksi gabungan tanpa dummy program pemupukan berimbang Model III, fungsi produksi gabungan dengan dummy program pemupukan berimbang Model IV, dan fungsi produksi gabungan terestriksi Model V, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 11, 12, 13, 14, dan 15. Untuk mengetahui adanya perubahanperbedaan teknologi pemupukan berimbang yang dilaksanakan pada usahatani padi sawah di Kecamatan Plered dilakukan analisis dengan uji F terhadap perbedaan slope dan intersep pada model I, II, III, dan IV. Untuk melihat perbedaan slope antara fungsi produksi program pupuk berimbang dan non pupuk berimbang dilakukan uji F pada model I dan model II terhadap model IV dan untuk melihat perbedaan intersep antara fungsi produksi program pemupukan berimbang dan non program pemupukan berimbang dilakukan uji F pada model III terhadap model IV Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, hasil uji perbedaan slope antara model I, II dan Model IV didapatkan nilai F hitungnya 2.38 F 0.05 2.44, artinya tidak terdapat perbedaan slope antara teknologi yang diterapkan petani peserta program pemupukan berimbang dengan petani non peserta program pemupukan berimbang di Kecamatan Plered. Sedangkan hasil uji F untuk mengetahui perbedaan intersep antara model III terhadap model IV didapatkan nilai F hitung 1.55 F 0.05 4.05, artinya intersep antara program pemupukan berimbang dan non program pemupukan berimbang juga tidak berbeda. Tabel 8. Uji Analisis Varian Fungsi Produksi Program Pemupukan Berimbang di Kecamatan Plered Sumber SS DF MS F-value Model I, II 1.29135 43 0.03003 Perbedaan slope 0.35747 5 0.07149 2.38075 Model IV 1.64882 48 0.03435 Perbedaan intersep 0.05326 1 0.05326 1.55051 Model III 1.70208 49 0.03474 Sumber: Data diolah Berdasarkan hasil uji tersebut, tidak terdapat perbedaan secara nyata teknologi yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Prered baik penerapan teknologi pada program pemupukan berimbang maupun non program pemupukan berimbang. Hal ini juga ditunjukkan dengan variabel dummy yang tidak signifikan. Untuk itu, dipilih model V sebagai fungsi produksi padi sawah di Kecamatan Plered dan digunakan untuk analisis selanjutnya. Untuk menguji apakah ekonomi skala usaha berada pada kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale maka dilakukan analisis ekonomi skala usaha. Caranya dengan menjumlahkan nilai parameter dugaan pada model V. Total nilai parameter dugaan adalah 1,0000 artinya Σb i = 0. Nilai parameter input tetap lahan dan input tidak tetap jumlah benih, jumlah pupuk an-organik, dan jumlah tenaga kerja dalam dan luar keluarga sama dengan satu menunjukkan skala usaha berada pada kondisi constant return to scale. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya program pemupukan berimbang yang dilaksanakan di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta memberikan peningkatan produksi padi sawah tetapi tidak secara signifikan. Kondisi ini terjadi karena beberapa permasalahan yang ditemui di lapangan. Salah satu anjuran teknologi Program Pemupukan Berimbang adalah jadwal pemupukan I pada 0 – 7 hst, tetapi tidak semua petani dapat melakukannya disebabkan datangnya suplai pupuk NPK yang terlambat sampai ada yang baru melakukan pemupukan 15 hst. Sementara kalau pemupukan I dilakukan pada 0 – 7 hst, pertumbuhan tanaman akan lebih bagus dan lebih tahan terhadap OPT dibandingkan dengan jadwal pemupukan I yang biasa dilakukan petani ± 15 hst Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta, 2005. Permasalahan lain yang mungkin menyebabkan program pemupukan berimbang tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada produksi petani adalah petani tidak melakukan pemupukan dengan pupuk organik, yang rekomendasinya untuk Kabupaten Purwakarta 200 – 500 kgha. Alasan petani tidak menggunakan pupuk kandang adalah susah mendapatkannya dan baunya yang tidak sedap. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2006, penggunaan pupukbahan organik baik berupa jerami padi maupun pupuk kandang akan meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah sehingga produksi padi yang dihasilkan juga akan meningkat. Disamping itu, pemakaian pupuk an-organik pupuk buatan N, P, dan K tidak sesuai dengan rekomendasi baik dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta maupun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Peraturan Menteri Pertanian mengenai rekomendasi pemupukan N, P, dan K untuk padi sawah spesifik lokasi untuk Kabupaten Purwakarta seperti terlihat pada Lampiran 16. Untuk pemakaian pupuk Urea, petani peserta program pemupukan berimbang PB menggunakan di atas rekomendasi 255 kg Ureaha dan petani non peserta program pemupukan berimbang NPB menggunakan di bawah rekomendasi 219 kg Ureaha, yang dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Menurut rekomendasi yang telah disesuaikan spesifik lokasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006, pemakaian pupuk Urea sama dengan rekomendasi dari Dinas Pertanian Purwakarta 250 kg Ureaha, SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 50 kgha di bawah rekomendasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta dan pemakaian petani. Pemakaian pupuk Urea, SP-36, dan KCl dapat ditekan bila pada waktu pengolahan lahan, jerami dikembalikan ke tanah dan bukan dibakar akan menghemat pemakaian pupuk Urea dan KCl serta penggunaan pupuk kandang akan menghemat pemakaian pupuk Urea dan SP-36. Tabel 9. Penggunaan dan Rekomendasi Pupuk N, P, dan K di Kecamatan Plered Departemen Pertanian Jenis Pupuk Phonska NPK DPP PB NPB Tanpa BO + 5 tonha Jerami + 2 tonha Pupuk Urea 250 267 250 255 219 250 230 200 SP-36 125 67 100 92 105 50 50 KCl 75 53 100 62 58 50 30 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta 2005 dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2006 Keterangan: DPP = Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta PB = Petani Peserta Program Pemupukan Berimbang NPB = Petani Non Peserta Program Pemupukan Berimbang BO = Bahan Organik Formula Phonska = N : P : K = 15 : 15 : 15 Formula NPK = N : P : K = 30 : 8 : 6 Jadwal pemupukan dan penyiangan tanaman padi yang terjadi di lapangan saling mendahului, maksudnya ada beberapa petani yang melakukan penyiangan terlebih dahulu atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena kepentingan petani di luar usahataninya dan tenaga kerja yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut rekomendasi, kegiatan pemupukan dilakukan sebelum penyiangan, dan menurut Vergara 1995 sebaiknya 1 – 2 hari sebelum penyiangan agar pupuk yang diberikan terbenam ke dalam tanah dan tidak menguap atau hanyut bersama air sehingga dapat terserap oleh tanaman secara maksimal. Hal ini juga dapat mengefisienkan pemakaian pupuk yang diberikan. Pada awal tahun 2006 ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian mengenai rekomendasi pemupukan N, P, dan K untuk padi sawah spesifik lokasi per kecamatan pada 21 provinsi di Indonesia. Kecamatan Plered merupakan salah satu kecamatan yang telah mempunyai rekomendasi pupuk yang telah disesuaikan dengan spesifik lokasinya. Rekomendasi pupuk tersebut berupa kombinasi pemakaian pupukbahan organik pupuk kandang, jerami padi dan pupuk an- organik N, P, K. Agar benar-benar spesifik lokasi dibantu dengan beberapa metode dan alat bantu peningkatan efisiensi pemupukan N, P, dan K untuk tanaman padi sawah, antara lain Bagan Warna Daun BWD untuk pemupukan N, Petak Omisi dan Paddy Soil Test Kit Perangkat Uji Tanah Sawah untuk pemupukan P dan K. Diharapkan dengan adanya rekomendasi tersebut, Program Pemupukan Berimbang ke depan akan memberikan hasil produksi seperti apa yang diinginkan. Hasil pendugaan parameter fungsi produksi pada model V seperti terlihat pada Lampiran 15, memiliki nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.9027 yang berarti keragaman variabel bebas input luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk an-organik, dan tenaga kerja dalam dan luar keluarga yang dimasukkan ke dalam model dapat menerangkan keragaman variabel terikat produksi padi sawah sebesar 90.27 persen, sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lainnya yang tidak termasuk di dalam model. Data variabel bebas dan variabel terikat fungsi produksi padi sawah di Kecamatan Plered dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat dilihat dari masing-masing parameter dugaan pada Tabel 10. Parameter dugaan yang sesuai dengan harapan tanda parameter dugaan yang positif dan mempunyai pengaruh secara nyata signifikan pada produksi padi sawah di Kecamatan Plered adalah luas lahan, jumlah pupuk an-organik, jumlah tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan parameter dugaan jumlah benih bertanda negatif dan tidak berpengaruh secara nyata sementara tenaga kerja dalam keluarga bertanda positif dan juga tidak berpengaruh secara nyata pada produksi padi sawah di Kecamatan Plered. Sesuai dengan program pemupukan berimbang, variabel jumlah pupuk an- organik bertanda positif dan berbeda nyata pada taraf 1 persen yang berarti variabel jumlah pupuk berpengaruh nyata pada produksi padi sawah di Kecamatan Plered. Besarnya nilai parameter dugaan jumlah pupuk 0.45126, setiap penambahan jumlah pupuk 1 persen akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.45 persen dengan asumsi faktor produksi lain tetap cateris paribus. Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Program Pemupukan Berimbang Model V di Kecamatan Plered Variabel Parameter Dugaan t-hitung Pr I t I Lahan 0.81075 2.32 0.0247 Benih -0.46060 -1.29 0.2020 Pupuk An-organik 0.45126 3.39 0.0014 Tenaga Kerja Dalam Keluarga 0.02947 0.75 0.4585 Tenaga Kerja Luar Keluarga 0.16911 2.66 0.0104 Restriksi 0.72923 1.35 0.1791 R 2 = 0.9132 Sumber: Data diolah Keterangan: Taraf nyata α 1 persen , 5 persen Variabel jumlah tenaga kerja juga sesuai dengan harapan, parameter dugaan bertanda positif dan berbeda nyata pada taraf 5 persen yang berarti variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata pada produksi padi sawah di Kecamatan Plered. Besarnya nilai parameter dugaan jumlah tenaga kerja luar keluarga 0.16911, setiap penambahan jumlah tenaga kerja luar keluarga 1 persen akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.17 persen. Untuk variabel luas lahan sesuai dengan harapan, parameter dugaan bertanda positif dan berbeda nyata signifikan pada taraf 5 persen dengan nilai elastisitas 0.81075, artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi padi sawah di Kecamatan Plered sebesar 0.81 persen. Untuk variabel jumlah benih tidak sesuai dengan harapan, parameter dugaan bertanda negatif dan tidak berbeda nyata terhadap produksi padi sawah di Kecamatan Plered. Kondisi ini didukung dari data di lapangan bahwa jumlah benih yang dipakai oleh petani di Kecamatan Plered 31.81 kg telah melebihi jumlah rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta 30 kg. Hasil analisis ini juga didukung oleh penjelasan dari Koordinator Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan Purwakarta yang menyatakan bahwa petani menggunakan benih melebihi rekomendasi yang telah ditetapkan untuk menghindari resiko kekurangan benih pada saat penanaman. Hasil penelitian di atas sesuai dengan pernyataan Feder, et al. 1985, luas lahan merupakan faktor penentu dalam produksi dan pendapatan usahatani yang diperoleh petani. Penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sama adalah Kasryno 1999 yang menyatakan bahwa faktor produksi yang paling dominan mempengaruhi produksi padi di Pulau Jawa adalah lahan diikuti tenaga kerja, traktor, dan pupuk. Hal yang sama dinyatakan oleh Kalo 1983 dari hasil penelitiannya bahwa lahan merupakan faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi padi di Indramayu dengan semakin baiknya jaringan irigasi sawah. Barhiman 1982 juga menyatakan bahwa faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi padi di empat desa di Jawa Barat Mariuk, Balida, Jatisari, dan Sentul adalah luas lahan dan tenaga kerja dan berdasarkan masing- masing desa, Jatisari dan Sentul juga menunjukkan bahwa luas lahan merupakan faktor produksi yang paling berpengaruh secara nyata tetapi faktor tenaga kerja tidak berpengaruh nyata karena ketersediaan tenaga kerja dalam usahatani relatif cukup banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perluasan areal tanam sawah masih dapat dilakukankan dalam peningkatan produksi padi baik secara perluasan areal tanam baru maupun dengan peningkatan Indeks Pertanaman IP padi. Berbeda kondisinya di daerah penelitian, ketersediaan tenaga kerja dirasakan kurang oleh petani dalam melakukan usahataninya. Hal ini disebabkan berkurangnya minat masyarakat terutama anak mudanya untuk bekerja di sektor pertanian. Mereka lebih tertarik untuk bekerja di sektor lain seperti industri atau menjadi tenaga kerja di kota bahkan menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Pupuk merupakan sarana produksi saprodi yang cukup penting dalam peningkatan produksi padi. Berdasarkan evaluasi Bank Dunia, pemupukan memberikan sumbangan 4 persen disamping kecukupan air irigasi 16 persen dan varietas unggul modern 5 persen dan secara bersama-sama memberikan sumbangan 75 persen terhadap laju kenaikan produksi padi menjelang tercapainya swasembada beras pada tahun 1984 Balai Penelitian Tanaman Padi, 2003. Pupuk adalah nutrisi tanaman padi yang berguna dalam proses pertumbuhannya untuk menghasilkan gabah yang banyak dan berkualitas. Pemberian pupuk yang tepat 6 tepat akan memberikan hasil padi sesuai dengan yang diharapkan. Varietas unggul modern yang dikembangkan melalui strategi pemuliaan Revolusi Hijau Balai Penelitian Tanaman Padi, 2003 telah mendominasi 90 persen areal pertanaman padi di Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006. Varietas tersebut responsif terhadap pemupukan terutama N, P, dan K. Hal ini mendukung hasil uji di atas yang menyatakan bahwa pemupukan yang dilakukan petani di Kecamatan Plered terhadap tanaman padinya dapat meningkatkan produksi. Dampak dari penanaman varietas unggul modern, penggunaan pupuk dalam dosis tinggi. Rekomendasi pemupukan yang dianjurkan merupakan rekomendasi pupuk secara umum dan berlaku di semua daerah di Indonesia tanpa menguji ketersediaan hara dalam tanah. Akibatnya merusak kondisi lahan dan lingkungan, timbulnya hama dan penyakit baru tanaman Muntoya, 1994 serta efisiensi pemupukan terabaikan. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif di atas secara berkelanjutan, telah dikeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 01KptsSR.13012006 mengenai rekomendasi pemupukan N, P, dan K pada padi sawah secara spesifik lokasi. Rekomendasi berdasarkan ketersediaan hara di dalam tanah dan kebutuhan tanaman terhadap pupuk sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

6.3.2. Pengaruh Program Pemupukan Berimbang terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah