rempahdedaunan yang mudah didapat di lingkungan sekitar. Selain tidak mencemarkan lingkungan juga murah harganya.
Sedangkan penggunaan pupuk di Kecamatan Plered pada umumnya menggunakan pupuk tunggal yaitu Urea Pril, TSPSP-36, ZA dan KCl.
Belakangan ada kecenderungan petani untuk menggunakan pupuk organikkandang tetapi petani yang menggunakannya masih relatif sedikit yang
tertarik dengan pertanian organik. Dengan adanya program pupuk berimbang diharapkan petani yang terbiasa menggunakan pupuk tunggal akan beralih
menggunakan pupuk majemuk yang terbukti dapat meningkatkan produksi yang diperoleh petani.
5.3. Gambaran Umum Petani Sampel
Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh petani sampel, diperoleh data karakteristik petani di daerah penelitian. Data ini meliputi umur, pendidikan,
jumlah anggota keluarga, pengalaman usahatani, status dan luas lahan yang dimiliki.
5.3.1. Karakter Petani Sampel
Penelitian dilakukan di Kecamatan Plered dengan responden sebanyak 55 responden. Berikut ini akan disajikan karakteristik responden dan usahataninya.
Pemaparan karakteristik ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi petani dan keragaan usahatani padi di Kecamatan Plered.
Petani sampel sebagian besar berumur antara 41 – 50 tahun dan di atas 50 tahun, yaitu 43.33 persen 13 orang untuk petani peserta program pemupukan
berimbang berumur antara 41 – 50 tahun dan di atas 50 tahun dan 48 persen 12
orang untuk petani non peserta program pemupukan berimbang berumur antara 41 – 50 tahun dan 44 persen 11 orang di atas 50 tahun. Sedangkan yang berumur
antara 31 – 40 tahun jumlahnya paling sedikit, yaitu 13.33 persen 4 orang untuk petani peserta program pemupukan berimbang dan 8 persen 2 orang untuk
petani non peserta program pemupukan berimbang. Dari penyebaran umur petani sampel terlihat bahwa pada umumnya petani
di Kecamatan Plered telah memasuki usia tua. Semakin tua umur semakin berkurang kekuatan fisiknya sehingga produktivitasnya semakin menurun. Harus
ada regenerasi agar keberlanjutan pertanian khususnya usahatani padi terus berjalan dan berkesinambungan.
Umur petani akan mempengaruhi fisiknya untuk bekerja dan berfikir. Menurut Soeharjo dan Patong 1973, umumnya petani yang berumur muda dan
sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat daripada petani tua. Petani muda lebih cepat menerima inovasi baru kosmopolit = terbuka serta lebih berani
menanggung resiko dibandingkan petani tua. Tingkat pendidikan petani responden sebagian besar tamat SD, sebagian
tamat SLTP. Pada petani peserta program pemupukan berimbang sudah ada yang menduduki bangku kuliah 3.33 persen sedangkan pada petani responden non
pupuk berimbang paling tinggi pendidikan formalnya SLTA 8 persen. Dilihat dari tingkat pendidikan formalnya, petani responden masih memerlukan tambahan
pendidikan baik secara formal ataupun pelatihan-pelatihan tentang inovasi teknologi padi sehingga dapat menunjang keberhasilan usahatani padi yang
dilakukannya.
Petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak menggunakan teknologi baru dibandingkan dengan yang mempunyai
pendidikan rendah, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin respon dalam menggunakan input-input baru. Menurut Soeharjo dan Patong 1973,
pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan yang lebih tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis.
Tabel 3. Karakteristik Petani Sampel di Kecamatan Plered Pupuk Berimbang
Non Pupuk Berimbang Uraian
Jumlah orang
Persentase Jumlah
orang Persentase
1. Umur tahun a. 31 – 40 tahun
4 13.33
2 8.00
b. 41 – 50 tahun 13
43.33 12
48.00 c. 50 tahun
13 43.33
11 44.00
2. Pendidikan a. Tidak Tamat SD
3 10.00
3 12.00
b. SD 17
56.67 16
64.00 c. SLTP
6 20.00
4 16.00
d. SLTA 3
10.00 2
8.00 e. Kuliah S1
1 3.33
3. Pengalaman Usahatani a. 10 tahun
2 6.67
3 12.00
b. 10 – 20 tahun 11
36.67 11
44.00 c. 21 – 30 tahun
8 26.67
7 28.00
d. 31 – 40 tahun 8
26.67 4
16.00 e. 40 tahun
1 3.33
4. Jumlah Tanggungan a. 1 – 2 orang
10 33.33
10 40.00
b. 3 – 4 orang 13
43.33 11
44.00 c. 4 orang
7 23.33
4 16.00
5. Status Lahan a. Milik Sendiri
29 96.67
23 92.00
b. Sakap 1
3.33 2
8.00 6. Luas Lahan
a. 0,25 2
6.67 3
12.00 b. 0,25 – 0,50
18 60.00
19 76.00
c. 0,51 – 0,75 2
6.67 1
4.00 d. 0,76 – 1,00
7 23.33
1 4.00
e. 1,00 1
3.33 1
4.00
Sumber: Data diolah
Pada umumnya petani responden melakukan usahatani padi merupakan turun temurun, sesuai dengan kebiasaan yang telah diwariskan dari orang tua
mereka. Jadi, petani responden telah mulai mengenal usahatani padi sejak kecil dan menekuninya sebagai patokan perhitungan pengalaman usahatani setelah
berumahtangga untuk menghidupi keluarganya. Pengalaman usahatani petani responden sebagian besar berkisar 10 – 20 tahun dan sebagian 21 – 30 tahun, 31 –
40 tahun, bahkan ada yang mempunyai pengalaman di atas 40 tahun. Petani yang relatif tua mempunyai kapasitas pengelolaan usahatani yang lebih matang.
Jumlah tanggungan keluarga petani responden berkisar antara 1 – 7 orang. Jumlah tanggungan 1 – 2 orang pada petani peserta program pupuk berimbang
sebanyak 10 keluarga 33.33 persen dan pada petani non peserta program pemupukan berimbang juga sebanyak 10 keluarga 40 persen, jumlah tanggungan
3 – 4 orang pada petani peserta program pemupukan berimbang sebanyak 13 keluarga 43.33 persendan non peserta program pemupukan berimbang 11
keluarga 44 persen, dan di atas 4 orang pada petani peserta program pemupukan berimbang sebanyak 7 keluarga 23.33 persen dan pada petani non peserta
program pemupukan berimbang sebanyak 4 keluarga 16 persen. Anak-anak petani responden tidak dapat diharapkan sebagai tenaga kerja dalam keluarga
karena mereka sebagai pelajar atau bersekolah. Status lahan umumnya merupakan milik sendiri, yaitu pada petani peserta
program pemupukan berimbang sebanyak 29 petani 96.67 persen dan pada petani non peserta program pemupukan berimbang sebanyak 23 petani 92
persen. Status lahan dengan sistem sakap, yaitu pada petani peserta program
pemupukan berimbang sebanyak 1 petani 3.33 persen dan pada petani non peserta program pemupukan berimbang sebanyak 2 petani 8 persen.
Luas lahan petani responden berkisar 0.1 – 1.2 hektar. Luas lahan kecil dari 0.25 ha pada petani peserta program pemupukan berimbang sebanyak 2 petani
6.67 persen dan pada petani non peserta program pemupukan berimbang sebanyak 3 petani 12 persen. Luas lahan antara 0.25 – 0.50 ha pada petani
peserta program pemupukan berimbang sebanyak 18 petani 60 persen dan pada petani non peserta program pemupukan berimbang sebanyak 19 petani 76
persen. Luas lahan antara 0.51 – 0.75 ha pada petani peserta program pemupukan berimbang sebanyak 2 petani 6.67 persen dan pada petani non peserta program
pemupukan berimbang sebanyak 1 petani 4 persen. Luas lahan antara 0.76 – 1.00 ha ada petani peserta program pemupukan berimbang sebanyak 7 petani
23.33 persen dan pada petani non peserta program pemupukan berimbang sebanyak 1 petani 4 persen. Luas lahan besar dari 1.00 ha masing-masing pada
petani peserta program pemupukan berimbang dan petani non peserta program pemupukan berimbang sebanyak 1 petani atau 3.33 persen dan 4 persen.
5.3.2. Usahatani Padi Sawah