VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat penerapan teknologi usahatani padi sawah di Kecamatan Plered berada pada kategori sedang 60 – 75 persen. Kalau dilihat dari tingkat
produksi dan pendapatan, perbedaan produksi sebesar 976 kg dan perbedaan pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp 830 959.
2. Permasalahan yang dihadapi petani dalam penerapan teknologi pemupukan berimbang pada usahatani padi sawah di Kecamatan Plered adalah kurangnya
modal petani untuk membeli sarana produksi dan membiayai upah tenaga kerja serta tidak adanya jaminan harga yang layak pada saat panen raya.
3. Proses adopsi teknologi pemupukan berimbang di Kecamatan Plered dipengaruhi oleh faktor luas lahan, biaya pupuk, dan harga gabah, dimana
semakin luas lahan petani, semakin kecil biaya pupuk, dan semakin tinggi harga gabah semakin besar peluang petani dalam mengadopsi teknologi
pemupukan berimbang. 4. Produksi padi sawah di Kecamatan Plered dipengaruhi oleh faktor luas lahan,
jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja luar keluarga, dimana semakin luas lahan petani, semakin banyak jumlah pupuk, dan semakin banyak tenaga kerja
luar keluarga dalam mengerjakan usahatani padi sawah semakin tinggi produksi yang dihasilkan.
5. Tetapi secara analisis statistik peningkatan produksi padi sawah yang diperoleh petani di Kecamatan Plered tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
a. Ketersediaan sarana produksi pupuk tidak tepat waktu sehingga pemupukan pertama tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah
ditetapkan. b. Jadwal pemupukan dan penyiangan yang saling mendahului tergantung
ketersediaan tenaga kerja sehingga pemupukan yang dilakukan kurang efisien dan efektif.
c. Pemupukan tidak menggunakan pupuk organik sesuai rekomendasi yang telah ditetapkan.
d. Rekomendasi pupuk yang telah ditetapkan masih secara umum dan belum bersifat spesifik lokasi.
7.2. Saran
1. Tingkat penerapan teknologi di daerah penelitian perlu ditingkatkan dari kategori sedang menjadi tinggi melalui komponen pupuk dan pemupukan
serta perlindungan tanaman yang sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan sehingga produksi dan pendapatan petani dapat ditingkatkan.
2. Perlu dilakukan kaji ulang dalam penentuan rekomendasi teknologi usahatani padi sawah di Kecamatan Plered yang lebih spesifik lokasi agar penerapan
teknologi yang dianjurkan memberikan dampak yang lebih optimal bagi kehidupan petani.
3. Petani perlu diberi insentif sebagai stimulus dalam proses adopsi teknologi pemupukan berimbang. Selain penyediaan input produksi seperti yang telah
dilakukan perlu juga adanya jaminan harga gabah yang layak. 4. Perlu koordinasi yang lebih baik antara instansi dan stake holders terkait agar
tujuan yang diharapkan dari Program Pemupukan Berimbang dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. 1997. Revolusi Hijau dengan Swasembada Beras dan Jagung. Sekretariat Badan Pengendalian Bimas, Departemen Pertanian, Jakarta.
Agus, F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno, A.M. Fagi dan W. Hartatik. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2005. Penjelasan Kebijakan Inpres No. 9 Tahun
2002. Departemen Pertanian, Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2006. Rekomendasi Pemupukan
N, P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi Per Kecamatan. Peraturan Menteri Pertanian No. 01KptsSR. 13012006. Departemen Pertanian,
Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Padi. 2002. Refleksi Penelitian Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta. . 2003. Penelitian Padi Menuju Revolusi Hijau
Lestari. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Barhiman, S. 1982. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Kasus Empat Desa di Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. BPS. 2003. Kecamatan Plered dalam Angka. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
. 2005. Angka Ramalan III 2005 Produksi Padi dan Palawija di Indonesia.
Biro Pusat Statistik, Jakarta. Buana, T. 1997. Adopsi Teknologi Budidaya Padi Sawah bagi Petani Penduduk
Asli di Sekitar Satuan Pemukiman Transmigrasi di Kabupaten Kendari. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Chisholm, R. dan McCarty, M. 1978. Principles of Economics. Scott, Foresman and Company, Glenview.
Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company, New York.
Deputi Setnet Bidang Hukum Dan Perundang-Undangan. 2002. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2002 tentang Kebijakan Perberasan.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purwakarta. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pelaporan Intensifikasi Faktor Penentu Impact Point Teknis,
Ekonomis, dan Sosial. Diperta Kabupaten Purwakarta, Purwakarta. Ditjen Bina Sarana Pertanian. 2004. Perkembangan Subsidi Pupuk untuk Sektor
Pertanian dan Usulan Subsidi Pupuk Tahun 2005. Departemen Pertanian, Jakarta.
Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan. 2002. Pedoman Peningkatan Mutu Intensifikasi Tanaman Serealia. Departemen Pertanian, Jakarta.
. 2004. Pedoman Penggunaan Pupuk Berimbang Padi Irigasi dan Rawa. Departemen Pertanian, Jakarta.
. 2005. Program Pengembangan
Serealia 2005. Makalah dalam Pertemuan Nasional Pemupukan Berimbang Tanggal 23 – 25 Agustus 2005 di Bangka Belitung.
Fausiah, L. 2005. Petani dan Pelaku Agribisnis Mencari Sistem Pembiayaan yang Sesuai. Makalah dalam Lokakarya Pembiayaan Pertanian, Departemen
Pertanian, Tanggal 7 Desember 2005. Sekretariat Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Feder, G., R.E. Just dan Zilberman. 1985. Adoption of Agricultural Innovations in Developing Countries: A Survey. Economic Development and Cultural
Change, Ghatak, S. dan K. Ingersent. 1984. Agriculture and Economic Development.
Harvester Press, London. Hadisapotro, S. 1973. Biaya dan Pendapatan Usahatani. Departemen Ekonomi
Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yokyakarta. Hartoyo, S. 1994. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Penawaran Tanaman Pangan
di Jawa: Pendekatan Multi-Input Multi-Output. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hasan, I. 1994. Kebijaksanaan Penyediaan dan Distribusi Pangan Nasional. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. JakartaBogor, 23-25
Agustus 1993. Halaman 1-7. Herdt, R.W. dan A.M. Mandac. 1981. Economic Development and Cultural
Change: Modern Technology and Economic Efficiency of Philliphine Rice Farmers. Holmes and Meier Publishers, New York.
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hutabarat, B. 1988. Ekonomi Produksi Padi di Indonesia. Prosiding Patanas Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi Berimbang. Pusat
Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Kalo, H.T. 1983. Pembagian Pendapatan dalam Usahatani Padi di daerah Irigasi Rentang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Fakultas
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasryno, F. 1999. Efficiency Analysis of Rice Farming. Prosiding Dinamika
Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Buku I. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor.
Las, I., A.K. Makarim, A. Hidayat, A.S. Karama dan I. Manwan. 1991. Peta Agroekologi Utama Tanaman Pangan di Indonesia. Laporan Khusus Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. . 2005. Sudah Perlukah Padi Organik? Makalah dalam Apresiasi Potensi
Teknologi TepatgunaSpesifik Lokasi Padi Lahan Kering di Bandung, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Padi Balitpa, Sukamandi.
Lionberger, H.F. dan P.H. Gwin. 1983. Comunication Strategies. Illinois. Interstate Orienters and Publisher, Inc.
Makarim, A.K., Hidayat, Sismiyati, Nasution, Muhadjir, Ningrum, Djazuli dan Murtado. 1992. Status P dan Pendugaan Keperluan Pupuk P pada Padi
Sawah. Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas dan Studi Khusus. Vol.3: Padi. Halaman 199-210.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
., S. Partohardjono, dan D. Pasaribu. 2004. Hara Berimbang dan Hasil Padi. Makalah dalam Rapat Koordinasi Program Pemupukan
Berimbang. Jakarta. Muntoyah. 1994. Menuju Pertanian Alami dengan Teknologi Effective
Microorganisms. Tumbuh, Jakarta. Nahraeni, W. 2000. Keputusan Petani dalam Penerapan Teknologi Tabela
Program Pengkajian SUTPA di Jawa Barat. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Noer, I. 2002. Pengaruh Program ITTARA Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Timur. Tesis Magister Sains.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pindyck, R.S. dan D.L. Rubinfeld. 1991. Econometric Models and Economic Forecasts. Third Edition. McGraw-Hill Inc., New York.
Rasahan, C.A. 2000. Pertanian dan Pangan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Rogers, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Diffusion of Innovations. Second
Edition. The Free Press, New York. . 1983. Diffusion of Innovations. Fourth Edition. The Free Press,
New York. Santoso, P., N. Pangarsa, Yuniarti, A. Suryadi, K.B. Andri dan B. Nusantoro.
2001. Kajian Adopsi dan Dampak Teknologi Sistem Usaha Pertanian Padi di Jawa Timur. BPTP Jawa Timur, Surabaya.
Sidhu, S.S. 1974. Economic of Technical Change in Wheat Production in The Indian Punjab. American Journal of Agricultural Economics, 56 2: 217-
226. Simatupang, P. 1988. Metode Analisa Ekonomi Produksi, Konsumsi, Pendapatan,
dan Alokasi Tenaga Kerja Keluarga Tani. Prosiding Patanas. Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi Berimbang. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Soeharjo, A. dan D. Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Surya, A. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Mengadopsi Usahatani Padi Metode Pengendalian Hama Terpadu. Skripsi Sarjana.
Jurusan Ilmu-Ilmu Soaial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pribadi, Y. 2002. Analisis Produksi dan Faktor Penentu Adopsi Teknologi Sawit Dupa pada Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan. Tesis
Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Puspitasari. 2001. Produksi dan Perhitungan Kehilangan Hasil Padi di Balitan
Sukamandi. Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Utomo, M. dan Nazaruddin. 1996. Bertanam Padi Sawah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Vergara. 1995. Usahatani Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yuliani, E. 2004. Kecepatan Adopsi Teknologi Peternak Domba Kasus pada Inovasi Teknologi Sapta Usaha Peternakan di Garut Kabupaten Bogor.
Skripsi Sarjana. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
L A M P I R A N
Lampiran 1. Perkembangan Produksi Padi Tahun 1974 - 2004
15.00 20.00
25.00 30.00
35.00 40.00
45.00 50.00
55.00 60.00
Tahun P
roduk si
Jut a t
on G
K G
Pr oduksi 23.44
31.52 39.71
46.15 46.60
49.70 51.05
49.34 49.20
50.87 51.90
50.46 51.49
52.14 54.06
74 - 78 79 - 83 84 - 88
89 - 93 94
95 96
97 98
99 00
01 02
03 04
SWASEMBADA I 1984
SWASEMBADA II 2004
SURPLUS = 2,3 JUTA TON
BIMAS OPSUS
INSUS SUPRA INSUS
GEMA PALAGUNG PROKSI MANTAP
Lampiran 2. Komponen Penentu Impact Point Teknologi Padi Sawah
No Macam Faktor Penentu
Bobot 1 Benih
0-150
1.1 Mutu Benih 50
1.1.1 Baik berlabel
50 1.1.2 Kurang baik tidak berlabel
25 1.1.3 Asal saja tidak memperhatikan mutu benih
1.2 Varietas Benih 50
1.2.1 Varietas unggul bermutu nasional 50
1.2.2 Varietas unggul lokal yang beradaptasi baik 25
1.2.3 Varietas lain yang tidak diketahui adaptasinya
1.3 Penggantian Benih 25
1.3.1 Sesuai anjuran 25
1.3.2 Tidak sesuai anjuran 10
1.3.3 Tidak ada penggantian benih
1.4 Jumlah Benih yang Digunakan 25
1.4.1 Sesuai anjuran 25
1.4.2 Tidak sesuai anjuran
2 Pupuk dan
Pemupukan
0-200 Dosis Pupuk
2.1 Dosis Pupuk Anorganik 60
2.1.1 Sesuai anjuran
60 2.1.2 Tidak sesuai anjuran
30 2.1.3 Tidak
dipupuk
2.2 Dosis Pupuk Organik Pupuk KandangKompos 35
2.2.1 Sesuai anjuran
35 2.2.2 Tidak sesuai anjuran
15 2.2.3 Tidak
dipupuk
Lampiran 2. Lanjutan
Cara Pemberian Pupuk
2.3 Cara Pemberian Pupuk Anorganik 40
2.3.1 Sesuai anjuran
40 2.3.2 Tidak sesuai anjuran
20 2.3.3 Tidak
dipupuk
2.4 Cara Pemberian Pupuk Organik pupuk KandangKompos 20
2.4.1 Sesuai anjuran
20 2.4.2 Tidak sesuai anjuran
10 2.4.3 Tidak
dipupuk Waktu Pemberian Pupuk
2.5 Waktu Pemberian Pupuk Anorganik 25
2.5.1 Sesuai anjuran
25 2.5.2 Tidak sesuai anjuran
10 2.5.3 Tidak
dipupuk
2.6 Waktu Pemberian Pupuk Organik Pupuk KandangKompos 20
2.6.1 Sesuai anjuran
20 2.6.2 Tidak sesuai anjuran
10 2.6.3 Tidak
dipupuk
3 Pengairan 0-50
3.1 Waktu Pengaturan Kebutuhan Air 20
3.1.1 Sesuai anjuran
20 3.1.2 Tidak sesuai anjuran
10 3.1.3 Tidak ada pengaturan kebutuhan air
3.2 Cara Pengaturan Kebutuhan Air 15
3.2.1 Sesuai anjuran
15 3.2.2 Tidak sesuai anjuran
5 3.2.3 Tidak ada pengaturan kebutuhan air
3.3 Pembuatan ParitDrainase 15
3.3.1 Dibuat parit sesuai anjuran 15
Lampiran 2. Lanjutan
3.3.2 Dibuat parit tidak sesuai anjuran 5
3.3.3 Tidak dibuat paritdrainase
4 Bercocoktanam
0-200
4.1 Cara Pengolahan Tanah 40
4.1.1 Sesuai anjuran
40 4.1.2 Tidak sesuai anjuran
20 4.1.3 Tidak ada pengolahan tanah
4.2 Jarak tanam 40
4.2.1 Sesuai anjuran
40 4.2.2 Tidak sesuai anjuran
20 4.2.3 Asal saja tidak ada jarak tanam
4.3 Jumlah Benih per Lubang Tanam 20
4.3.1 Sesuai anjuran
20 4.3.2 Tidak sesuai anjuran
4.4 Cara Penanaman 20
4.4.1 Sesuai anjuran
20 4.4.2 Tidak sesuai anjuran
4.5 Kedalaman Benih yang Ditanam 20
4.5.1 Sesuai anjuran
20 4.5.2 Tidak sesuai anjuran
4.6 Waktu Penanaman 40
4.6.1 Sesuai anjuran
40 4.6.2 Tidak sesuai anjuran
4.7 Penyulaman 20
4.7.1 Sesuai anjuran
20 4.7.2 Tidak sesuai anjuran