campuran EM benih disebar ke dalam lajur-lajur yang sudah dibentuk. Untuk memperkecil kemungkinan kegagalan persemaian akibat gangguan fisik dan
biologis, maka dilakukan pemagaran dengan plastik di sekeliling areal persemaian.
Persemaian sebaiknya dilakukan di lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami. Maksudnya agar bibit yang siap dipindah,
waktu dicabut dan akan ditanami mudah diangkut dan tetap segar Utomo dan Nazaruddin, 2000.
Puspitasari 2001 menyatakan bahwa untuk jumlah benih sebanyak 25-30 kg yang akan ditanam dalam 1 hektar lahan sawah, luas bedengan persemaian
yang dibutuhkan dapat menggunakan seperlima bagian di satu petakan sawah. Pada lahan persemaian perlu dilakukan pembajakan atau pencangkulan 3 kali agar
tanah melumpur. Kecambah yang disemai akan cepat tumbuh. Hingga umur 1 minggu kebutuhan hara masih disuplai oleh keping biji, setelah itu bedengan
persemaian perlu ditabur dengan Urea sebanyak 2.5 kg, TSP 1 kg dan KCl 1 kg untuk lahan 1 ha.
2. Penanaman
Setelah pengolahan lahan selesai maka bibitpun siap ditanam. Bibit biasanya dipindah saat berumur 18-25 hari, umumnya 21 hari 3 minggu. Bibit
ditanam dengan cara dipindah tanam pindah = tapin dari bedengan persemaian ke petakan sawah. Caranya bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan
menjaga agar bagian akarnya terikut semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh di sawah dengan sebagian akar
terbenam ke air.
Jarak tanam yang dipakai oleh petani peserta program pemupukan berimbang dan non peserta program pemupukan berimbang beragam, 25 x 25 cm,
25 x 27 cm, dan 27 x 27 cm. Bibit yang ditanam perlubang juga beragam ada yang 1 – 2, 2 – 3, 3 – 5, bahkan ada yang 5 – 7 batanglubang. Posisi bibit tegak,
kedalaman sekitar 2 – 3 cm. Dari 30 petani peserta program pemupukan berimbang, 24 petani 80 persen menggunakan jarak tanam 25 x 25 cm, 3 petani
10 persen menggunakan jarak tanam 25 x 27 cm dan 3 petani 10 persen menggunakan jarak tanam 27 x 27 cm, dan dari 25 petani non peserta program
pemupukan berimbang, 19 petani 76 persen menggunakan jarak tanam 25 x 25 cm, 2 petani 8 persen menggunakan jarak tanam 25 x 27 cm dan 4 petani 16
persen menggunakan jarak tanam 27 x 27 cm. Kedalaman tanam sekitar 2 cm tapi jangan kurang dari itu agar bibit tidak mudah hanyut. Jarak tanam padi
biasanya 20x20 cm atau 25x25 cm Utomo dan Nazaruddin, 2000.
3. Pemupukan
Dalam kegiatan pemupukan, terlihat perbedaan perlakuan antara petani peserta program dan non peserta program pemupukan berimbang. Jadwal
pemupukan pertama pada petani peserta program pemupukan berimbang dianjurkan pada umur tanaman padi 0 – 7 hst dan pemupukan kedua relatif sama
dengan petani non peserta program pemupukan berimbang, yaitu 30 – 35 hst sedangkan jadwal pemupukan pertama pada petani non peserta program
pemupukan berimbang biasanya setelah penyiangan pertama ± 2 minggu hst. Dari 30 petani peserta program pemupukan berimbang, 8 petani 27 persen
melakukan pemupukan pertama 0 – 7 hst, 22 petani 73 persen melakukan pemupukan pertama 14 – 17 hst dan dari 25 petani non peserta program
pemupukan berimbang, 2 petani 8 persen melakukan pemupukan pertama 0 – 7 hst, 23 petani 92 persen melakukan pemupukan pertama 14 – 21 hst.
Jenis pupuk dan dosis pupuk sesuai rekomendasi yang digunakan oleh petani peserta program pemupukan berimbang adalah pupuk majemuk NPK
dengan dosis NPKKujang 400 kgha dan PhonskaPetro 300 kgha + Urea 150 kgha. Petani non peserta program pemupukan berimbang menggunakan pupuk
tunggal dengan dosis Urea 250 kgha + TSPSP-36 100 kgha + KCl 100 kgha. Aplikasi pemupukan oleh petani di lapangan, dari 30 petani peserta program
pemupukan berimbang, 25 petani 83 persen menggunakan jenis dan dosis pupuk anorganik sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Pertanian Kab. Purwakarta, 5
petani 17 persen menggunakan jenis dan dosis pupuk anorganik tidak sesuai rekomendasi dan dari 25 petani non peserta program pemupukan berimbang,
semuanya menggunakan jenis dan dosis pupuk anorganik tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kab. Purwakarta baik
untuk pupuk tunggal maupun majemuk. Karena distribusi pupuk ke lokasi program terlambat maka ada beberapa
petani peserta program pemupukan berimbang mau melakukan pemupukan sesuai anjuran tertunda jadwalnya walaupun banyak juga petani peserta program
pemupukan berimbang tidak melakukan pemupukan pertama sesuai anjuran karena masih ragu-ragu untuk melaksanakannya. Petani tetap melakukan
pemupukan sesuai kebiasaan petani sebelum adanya program pemupukan berimbang atau seperti jadwal yang dilakukan oleh petani non peserta program
pemupukan berimbang, yaitu 2 minggu hst.
Beberapa petani padi sawah di Kecamatan Plered hanya menggunakan pupuk kandang sebagai pupuk tanamannya. Hal ini dilakukan karena pada
kegiatan pelatihan mingguan yang diberikan dari Pemerintah Daerah Purwakarta petani diberikan pengetahuan mengenai pertanian organik. Beberapa petani
tertarik untuk melaksanakan pertanian organik yang salah satunya dengan memakai pupuk kandang dalam usahatani padi sawahnya. Mungkin perlu
ditetapkan rekomendasi pupuk kandangorganik dalam usahatani padi di Purwakarta khususnya di Plered.
4. Penyiangan