4. Pengertian Kota City dan Perkotaan Urban
Dalam kehidupan sehari-hari kota selalu nampak sibuk. Warga kota yang menjadi penghuni kota memerlukan tempat berteduh, tempat bekerja, tempat
bergaul, dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu, kita dapat melihat beberapa aspek kehidupan di kota antara lain aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya,
aspek pemerintahan, dan sebagainya. Pada zaman paleotik sebelum orang tahu akan logamdan sedikit-sedikit sudah menggunakan batu sebagai alat, makna pada
waktu itu yang dianggap kota ialah tempat tinggal di gua-gua, di lembah-lembah atau tempat-tempat yang terlindung. Pola permukiman dalam hal ini kota,
mengalami perubahan dan kemajuan dari zaman ke zaman sesuai dengan kemampuan manusia setempat dan tata geografi daerah tersebut. Untuk membuat
sebuah batasan atau definisi mengenai kota tidaklah demikian mudah. Ternyata masih ada beberapa pandangan definisi yang belum dapat disatukan. R. Bintarto
1977 dalam R. Bintarto, 1989 : 35-36. Menurut Bintarto, definisi kota adalah:
”Dari segi geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi
dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
Dari fakta, kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup dan tempat rekreasi. Oleh karena itu, kelangsungan dan
kelestarian kota harus didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai untuk waktu yang selama mungkin.
Dari foto udara, kota itu nampaknya sebagai aglomerasi atau pengelompokan bangunan yang dikelilingi atau dibatasi oleh jalur-jalur
jalan atau dan sungai-sungai yang diselang-seling dengan kelompok pepohonan besar-kecil.” R. Bintarto, 1989: 36.
Selanjutnya, Bintarto mengatakan bahwa: ”Istilah kota dan adaerah perkotaan dibedakan di sini karena ada dua
pengertian yaitu: kota untuk city dan daerah perkotaan untuk ’urban’. Istilah city diidentikkan dengan kota, sedang urban berupa suatu daerah
yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan modern, dapat disebut perkotaan.” R. Bintarto, 1989: 36.
Di Swedia, Polandia, dan Romania apa yang disebut dengan urban adalah kot-kota dan kabupaten-kabupaten yang termasuk dalam wilayah administrasi
urban. Di Hongaria, suatu pemukiman dapat disebut urban apabila pemukiman tersebut memenuhi persyaratan ’urban’ dan tidak memandang pada besar kecilnya
daerah pemukiman tersebut. Di Kanada semua kota, kabupaten dan desa-desa yang digabungkan disebut ’urban’. Pengertian urban di Australia adalah ibu kota
dari propinsi atau ibu kota karesidenan, kota-kota yang memiliki ciri-ciri khusus lain juga dianggap ’urban’. Batas wilayah kekotaan mempunyai luas dan bentuk
yang berbeda-beda tergantung pada tingkat budaya dan teknologi penduduk setempat. R. Bintarto, 1989: 37.
Penggolongan kota dapat didasarkan pada fungsi, struktur mata pencaharian, tipe masyarakat, jumlah penduduknya, besar-kecilnya daerah
permukiman dan sebagainya. Jadi penggolongan kota ini dapat dilihat dari segi ekonomi, segi sosiologi, segi demografi, dan segi geografis yang abstrak.
Dalam konteks P2KP ini, yang dimaksud dengan perkotaan disini adalah urbankecamatan urban dengan menggunakan kriteria BPS; kecamatan yang
memiliki jumlah kelurahan lebih banyak dari pada jumlah desa dan ditambah
dengan kecamatan yang menjadi ibukota kabupaten, serta keduanya bukan lokasi sasaran Program Pengembangan Kecamatan PPK,dan merupakan lokasi sasaran
proyek yang telah disepakati sesuai dengan hasil koordinasi interdept dan proyek- proyek lainnya serta adanya pemekaran wilayah administratif di daerah.
Pedoman Umum P2KP, 2004: 14. Kecamatan Teras adalah salah satu dari lima kecamatan di wilayah
Kabupaten Boyolali yang menjadi wilayah sasaran P2KP 2.2 KMW SWK-XIII Jateng-Kabupaten Boyolali.
5. Persepsi