Penerimaan Fiskal Daerah Dampak desentralisasi fiskal terhadap kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah

endogennya pada taraf nyata 1 persen. Sementara itu, untuk melihat signifikan tidaknya variabel eksogen secara individual terhadap variabel endogen digunakan uji t dengan dua kriteria taraf nyata α yaitu: 1 persen dan 15 persen. Satuan peubah dan hasil estimasi dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 6.

5.1. Penerimaan Fiskal Daerah

Pada blok persamaan penerimaan fiskal daerah terdapat dua persamaan yang diestimasi, yaitu persamaan penerimaan pajak daerah dan persamaan bagi hasil pajak. Hasil estimasi persamaan-persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. Hasil estimasi penerimaan pajak daerah menunjukan bahwa seluruh peubah yang diduga berpengaruh terhadap pajak daerah memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pajak daerah. Peubah-peubah yang mempengaruhi pajak daerah tersebut adalah PDRB, kepadatan populasi, dan pajak tahun sebelumnya. PDRB berpengaruh positif dan nyata terhadap pajak daerah karena PDRB merupakan indikator terhadap aktivitas ekonomi, sehingga semakin besar PDRB menyebabkan penerimaan yang berasal dari pajak daerah semakin besar pula. Peubah selanjutnya yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak adalah kepadatan populasi, dimana peubah tersebut memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pajak daerah. Artinya, apabila kepadatan populasi meningkat akan berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak daerah. Kepadatan populasi berhubungan positif terhadap penerimaan pajak daerah karena apabila penduduk bertambah banyak, maka transaksi yang terjadi pada sumber-sumber pajak akan meningkat, misalnya semakin banyak jumlah rumah makanrestoran dan semakin banyak kendaraan yang menggunakan layanan parkir. Transaksi- transaksi tersebut merupakan sumber-sumber penerimaan pajak daerah. Pajak daerah tahun sebelumnya juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pajak daerah. Signifikannya pengaruh pajak daerah tahun sebelumnya disebabkan dalam menentukan target pungutan pajak, pemerintah daerah berpatokan paling tidak jumlahnya harus lebih besar dari pada pajak daerah tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari elastisitasnya, pajak daerah tidak responsif terhadap perubahan PDRB dan kepadatan populasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 17. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Penerimaan Fiskal Daerah Persamaan Pajak Daerah Pajak Elastisitas Nama Peubah Parameter Estimasi ProbITI Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept -235.759 0.1458 - - PDRB 0.000316 0.0471 a 0.437 0.865 Kepadatan Populasi 10.32535 0.0065 a 0.314 0.621 Lag Pajak 0.494567 0.0005 a - - Dummy Des Fiskal 225.7637 0.0043 a - - F-Hitung: 45.82 ; R 2 : 0.750 Persamaan Bagi Hasil Pajak BHP Elastisitas Nama Peubah Parameter Estimasi ProbITI Jk. Pendek Jk. Panjang Intercept -964.499 0.3443 - - PDRB 0.001636 0.0424 a 0.144 1.165 Lag Bagi Hasil Pajak 0.876616 .0001 a - - Dummy Des Fiskal 2518.875 0.0004 - - F-Hitung: 68.62 ; R 2 : 0.769 Keterangan: a berbeda nyata pada taraf uji α=0.01 Pajak daerah setelah desentralisasi fiskal mengalami peningkatan yang signifikan dibanding sebelum desentralisasi fiskal yang ditandai oleh tanda positif dan signifikan pada peubah desentralisasi fiskal. Kesimpulan serupa juga ditemukan dalam beberapa studi sebelumnya, seperti pada Sjafrizal 2002 dan Panjaitan 2006 di Sumatera Utara; Riyanto 2003, Sumedi 2005, Usman 2006, dan Nanga 2006 di Indonesia; Saefudin 2005 di Riau. Kebijakan desentralisasi fiskal signifikan dalam meningkatkan pajak daerah karena setelah desentralisasi fiskal daerah berusaha untuk meningkatkan kemampuan fiskalnya dari sumber-sumber pajak daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber terbesar pendapatan asli daerah, walaupun setelah desentralisasi kontribusinya mengalami penurunan seperti yang ditunjukkan pada hasil tabulasi kondisi penerimaan daerah pada bab sebelumnya. Persamaan lain yang berada dalam blok penerimaan fiskal daerah adalah bagi hasil pajak. Hasil estimasi menunjukan bahwa seluruh peubah yang diduga berpengaruh terhadap bagi hasil pajak memiliki dampak positif dan signifikan terhadap bagi hasil pajak. Peubah-peubah yang mempengaruhi bagi hasil pajak tersebut adalah PDRB dan bagi hasil pajak tahun sebelumnya. PDRB positif dan signifikan mempengaruhi bagi hasil pajak. Sama seperti diketahui sebelumnya, PDRB merupakan indikator berjalannya perekonomian, sehingga jika PDRB meningkat maka sumber-sumber penerimaan bagi hasil pajak juga akan meningkat. Bagi hasil pajak tahun sebelumnya positif dan signifikan mempengaruhi bagi hasil pajak. Hal tersebut dikarenakan dalam menentukan target bagi hasil pajak, pemerintah daerah berpatokan paling tidak jumlahnya harus lebih besar dari pada bagi hasil pajak tahun sebelumnya. Kalimantan Tengah tidak memiliki sumber daya alam sehingga salah satu sumber penerimaan yang diharapkan mampu menambah kapasitas fiskal daerah adalah bagi hasil pajak. Oleh karena itu setiap tahunnya pemerintah daerah berusaha untuk meningkatkan penerimaan bagi hasil pajak sehingga diharapkan jumlahnya tidak kurang dari tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari elastisitasnya, bagi hasil pajak hanya responsif terhadap perubahan PDRB dalam jangka panjang. Bagi hasil pajak setelah desentralisasi fiskal mengalami peningkatan yang signifikan dibanding sebelum desentralisasi fiskal yang ditandai oleh tanda positif dan signifikan pada peubah desentralisasi fiskal. Kesimpulan serupa juga ditemukan dalam beberapa studi sebelumnya, seperti pada Sjafrizal 2002 dan Panjaitan 2006 di Sumatera Utara; Riyanto 2003, Sumedi 2005, Usman 2006, dan Nanga 2006 di Indonesia; Saefudin 2005 di Riau. Kebijakan desentralisasi fiskal signifikan dalam meningkatkan bagi hasil pajak karena mulai tahun 2001, daerah memperoleh bagi hasil dari pajak penghasilan PPh orang pribadi personal income tax. Selain itu, pemerintah daerah mulai serius dalam mengelola sumber-sumber penerimaan bagi hasil pajaknya karena didesak untuk membiayai pengeluaran daerah yang semakin meningkat.

5.2. Pengeluaran Fiskal Daerah